Inspirasi tulisan ini muncul saat membaca satu bab dalam kitab klasik, Al-Majmu’ karangan Imam Nawawi, ketika membahas kategori hewan yang tidak boleh dibunuh. Kitab itu menyebutkan bahwa, Nabi Saw melarang membunuh empat hewan; semut dan lebah Sulaiman, burung Hudhud dan burung Shurad. Seterusnya, pengarang menyebutkan hewan yang haram dibunuh adalah katak. Alasan keharamannya didasari oleh sebuah hadis mauquf dari Abdullah bin Amr bin Ash. Ia berkata:
لَا تَقْتُلُوْا الضَّفَادِعَ فَاِنَّ نَقِيْقَهَا تَسْبِيْحٌ وَلَا تَقْتُلُوْا الْخُفَّاشَ فَاِنَّهُ لَمَّا خَرَبَ بَيْتَ الْمُقَدَّسِ قَالَ يَا رَبِّ سَلِّطْنِيْ عَلَى الْبَحْرِ حَتَّى أُغْرِقَهُمْ
Artinya: Jangan membunuh katak, karena bunyinya adalah tasbih, dan jangan membunuh kelelawar karena ketika Baitul Maqdis dirobohkan, ia berkata : Wahai Tuhanku, berilah kekuasaan padaku atas laut sehingga aku bisa menenggelamkan mereka. (HR. Al-Baihaqi)
Hal yang menarik perhatian dari hadis di atas adalah bagaimana katak berucap tasbih dan kelelawar yang ingin diberi super power agar bisa mengambil air laut yang akan digunakan untuk menenggelamkan orang-orang yang merobohkan Ka’bah. Dari sinilah, saya tertarik untuk mencari ucapan beberapa hewan yang baik untuk disimak sebagaimana dua hewan di atas. Dan, beberapa perkataan hewan yang ada di sekililing kita ternyata mengandung nasehat yang luar biasa. Berikut ucapan hewan yang pernah diperdengarkan kepada nabi Sulaiman :
Disebutkan dalam beberapa kitab tafsir, diantaranya Tafsir al-Tsa’labi: Nabi Sulaiman as menyatakan, bahwa burung merpati berkata:
سُبْحَانَ رَبِّي الْأَعْلَى
Artinya: Maha suci Tuhanku yang maha luhur.
Abu Syekh Ibnu Hiban dalam kitab al-Adzamah berkata: “Nabi Sulaiman berkata kepada sahabatnya: “Apakah kalian tahu apa yang dikatakan merpati laki-laki ini kepada merpati perempuannya?”
Para sahabat berkata,“Tidak.”
Beliau berkata, “Ikutlah bersamaku!! Itulah aku inginkan darimu. Demi Allah, ikutmu lebih aku sukai dari pada kerajaan Sulaiman.”
Sungguh perkataan yang terucap dari merpati ini membuat kita baper. Dan boleh jadi dicontoh oleh kaum muda di era milenial ini.
Ketika burung walet berteriak, dia membaca surat al-fatihah sampai akhir. Ia memanjangkan kalimat “wala ad-dhallin” sebagaimana yang dilakukan oleh para qari’.
Burung elang berkata:
يَا ابْنَ آدَمَ عِشْ مَا شِئْت آخِرُك الْمَوْتُ
Artinya: Wahai anak Adam, hiduplah sesukamu, tapi ingatlah akhirmu adalah kematian.
Gagak berkata:
كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إلَّا اللَّه
Artinya: Segala sesuatu pasti sirna kecuali Allah.
Tiga burung ini memberi pelajaran kepada kita, betapa pun kita mulia dan kaya kematian tetap akan merenggut segalanya. Kematian akan menghampiri siapa pun yang diberi nyawa oleh Allah.
Selanjutnya burung Qathah memberi pelajaran agar kita diam. Dia berkata:
مَنْ سَكَتَ سَلِمَ
Artinya: Barang siapa diam maka selamat
Burung bio memberi nasehat agar tidak menjadikan dunia sebagian tujuan utama:
وَيْلٌ لِمَنْ كَانَتْ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّهِ
Artinya: Celaka orang yang menjadikan dunia sebagai tujuan terbesarnya.
Kambing betina berdoa agar Allah melaknat para pembenci Baginda Nabi dan keluarganya:
اللَّهُمَّ الْعَنْ مُبْغِضِي مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدَ
Artinya: Ya Allah, laknatlah orang-orang yang membenci Muhammad dan keluarganya.
Sedangkan Ayam memperingatkan kita agar selalu berdzikir kepada Allah sebagaimana yang banyak kita dengar dari para penceramah:
اُذْكُرُوا اللَّهَ يَا غَافِلُونَ
Artinya: Berdzikirlah kepada Allah, hai orang-orang yang lupa.
Demikianlah beberapa suara hewan yang tidak bisa kita dengar secara jelas. Semoga dengan tulisan ini, setiap mendengar suara hewan-hewan di atas, kita bisa kembali mengingat ucapan atau nasehat yang keluar dari mulut mereka. Lihatlah apa yang terucap dan jangan melihat siapa yang berucap. (RM)