Said bin Amir adalah laki-laki sederhana yang sangat berani. Ketika ia diberi cahaya hidayah untuk memeluk Islam, ia memproklamirkan keislamannya tanpa sembunyi. Ia dulu yang dikenal sebagai seorang tokoh utama yang menyokong serangan kafir Quraish pada kaum Muslimin sejak itu ia menyatakan berhenti dan tidak ada kaitannya dengan mereka sama sekali. Berhala-berhala yang dulu ia sembah, kini ditanggalkan semua. Dan hatinya mantap untuk memeluk Islam.
Setelah resmi memeluk agama Islam, ia hijrah ke Madinah. Di sana ia bertemu dan terus membersamai nabi. Ia juga proaktif mengikuti peperangan bersama nabi. Terhitung sejak perang Khaibar dan peperangan setelahnya. Naman sayang, ia tak begitu lama menemani nabi sebab nabi wafat.
Puncak kepemimpinan dalam Islam digantikan oleh penerus nabi yaitu Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Kedua khalifah ini mengenal Said bin Amir sebagai sahabat yang memiliki kejujuran yang tinggi. Ketika ia memberi nasihat, kedua khalifah itu pasti menyimak dengan serius.
Ketika Umar bin Khattab baru saja dilantik. Ia seorang diri mendatangi Umar dan memberinya nasihat:
“Wahai Umar! Fokuskanlah pandangan dan segenap fikiranmu kepada kaum muslimin yang telah mempercayaimu memimpin mereka. Cintailah mereka seperti engkau mencintai dirimu dan keluargamu dan tidaksenanglah kamu kepada apa yang mereka tak senangi sebagaimana engkau dan keluargamu dan menyenangimu.”
Suatu waktu Umar bin Khattab memanggil Said untuk sebuah keperluan. Usut punya usut, ia hendak menjadikan Said sebagai seorang gubernur di sebuah distrik bernama Himsh. Tetapi Said menolak. Mendengar penolakan Said, Umar marah besar. Ia berkata:
“Kamu mengamanatiku menjadi khalifah. Tetapi ketika aku menerimanya kalian meninggalkan aku!. Sungguh aku akan menggugatmu.”
Akhirnya dengan berat hati Said menerima tawaran Umar. Ia kemudian diangkat untuk menjadi Gubernur di daerah Himsh. Sebelum berangkat, Umar bertanya soal gaji yang ia akan terima. Lagi-lagi Said menolak karena merasa tercukupi. Ia kemudian berangkat ke daerah yang hendak ia pimpin.
Selang berapa waktu, Umar mengirim utusan agar mendata orang-orang miskin di daerah itu. Tujuannya agar ada bantuan dari pemerintah pusat. Datanglah delegasi itu, setelah nama tercatat semua secara lengkap, ada satu nama yang tak asing. Nama itu adalah Said bin Amir. Karena penasaran, Umar bertanya pada masyarakat sekitar soal nama tersebut. Seluruh masyarakat menjawab kompak bahwa itu adalah Said bin Amir, sang Gubernur.
Mendengar hal itu, Umar karuan saja menangis dengan histeris. Sampai-sampai jenggot tebalnya basah dengan air mata. Umar kemudian mengambil uang seribu dinar khusus untuk Amir. Sembari menyerahkan uang itu, Umar berpesan pada delegasinya:
“Sampaikanlah salamku untuk dia! Dan katakan bahwa uang ini adalah dari Amirul Mukmini untuk Said agar ia bisa menggunakan uang untuk kebutuhan sehari-harinya.”
Ketika utusan sampai kepada Said dan tahu bahwa yang dibawa adalah sejumlah dinar, ia memohon agar benda itu dijauhkan darinya. Ia berkata:
“Innalillahi Wainna Ilaihi Rajiun!” seolah-olah ia tertimpa musibah atau ketiban sesuatu. Mendengar ucapannya, istinya kaget dan menemuinya.
“Ada apa wahai suamiku? Apakah Umar bin Khattab meniggal?” tanya istrinya penasaran.
“Bahkan lebih besar dari itu!” jawab Said.
“Apa? Apakah kaum muslimin sedang dalam masa kesulitan atau paceklik?” tanya kembali istrinya.
“Tidak! Bahkan lebih dari itu!” jawab Said.
“Lantas apa yang terjadi?” tanya sang istri untuk kesekian kalinya.
“Dunia masuk rumah kita untuk menghacurkan akhirat kita dan ia menjadi ujian di rumah kita.”
Kemudian Said dan istrinya menolak uang itu dan membagikan uang dari khalifah kepada kaum fakir miskin. Tercatat bahwa Said adalah Gubernur Miskin yang pernah ada dalam sejarah. Namanya tercatat sebagai nama penerima bantuan dari negara.[]