Jika anda bertanya: siapa perempuan pejuang pertama penjaga marwah agama Islam yang berhasil membunuh musuh dalam sejarah? Siapa perempuan yang bersenandung menyemangati kaum muslimin sembari menaiki kuda dan menyingsingkan pedang ketika perang? Jawabannya adalah Sofiyah binti Abdul Muttahlib, bibi rasulullah Saw.
Shofiyah adalah perempuan yang dikelilingi kemulian. Ia adalah putri Abdul Mutthalib bin Hasyim, kakek yang begitu menyayangi nabi zahir batin. Ibundanya adalah Halah binti Wahb, saudari kandung Aminah binti Wahb, ibunda kanjeng nabi. Suaminya yang pertama adalah al-Harist bin Harb, saudara kandung Abu Sufyan bin Harb, tokoh Bani Umayyah. Setelah suami pertama wafat, ia kemudian menikah lagi dengan al-Awwam bin Khuwailid, saudari Siti Khadijah, perempuan papan atas bangsa arab yang kemudian dinikahi nabi.
Ia kemudian ditinggal mati suaminya, al-Awwam. Praktis ia membesarkan anaknya sendirian.. Shofiyah mendidik Zubair dengan keras dan disiplin. Ia memang digembleng menjadi anak tahan banting. Ia diajari naik kuda dan strategi perang. Mainannya adalah panah dan memperbaikinya jika rusak. Tak jarang ia memukul Zubair jika melanggar aturan dan tidak sesuai dengan didikan Shofiyah. Hingga satu waktu, salah seorang kerabatnya menegur Sofiyah karena didikannya yang amat keras. Menurutnya, Sofiyah memukul anaknya dengan kebencian bukan kasih sayang.
Mendengar teguran itu, Sofiyah kemudian mengumandangkan syair.
من قال أبقصته فقد كذب
وانما أضربه لكي يليب
ويهزم الجيش و يأتي بالسلب
Siapa yang menuduh aku memukul Zubair dengan kebencian
Sungguh ia dalam Kedustaan
Aku memukulnya supaya ia Cerdik-cendikia
Meluluhlantahkan musuh dan memenangkan peperangan
Ketika perang Uhud meletus, Sofiyah beserta sekelompok kaum muslimat ikut serta di dalamnya. Ia bertugas menyediakan air, memberi minum pasukan, menyediakan panah dan memperbaiki jika ada yang rusak.
Ketika kaum Muslimin makin terpukul mundur karena kalah strategi, kondisi rasulullah makin genting. Yang membersamai beliau sedikit dan hampir saja musuh mendekati nabi, Sofiyah secara lincah melemparkan alat untuk minum para sahabat ke tanah dan memilih mengambil tombak untuk melindungi nabi. Ia bergerak dengan lincah seperti singa perempuan.
Pergerakannya ke medan perang kemudian diketahui nabi. Sementara di sisi lain, pamannya, Hamzah sudah tersungkur sebab tombak Wahsyi. Maka rasul kemudian memberi kode kepada Zubair agar menghalau ibundanya. Namun apa daya, ia tetap dengan tekadnya. Membela nabi hingga titik darah penghabisan.
“Kenapa kau mencegahku, aku hendak menolong saudaraku,” ujarnya pada Zubair. Jadi kenapa Sofiyah begitu gesit melindungi nabi bukan hanya karena beliau nabi akan tetapi karena beliau adalah keponakannya.
Ketika perang Khandaq Sofiyah juga memiliki andil besar. Sebagaimana kebiasaan nabi tiap menuju peperangan beliau meletakkan kaum perempuan dan anak-anak kecil di sebuah benteng. Dalam momen ini, benteng yang ditempati adalah benteng milik Hassan bin Tsabit.
Ketika kaum muslimin sudah ada di pinggiran Khandaq dan tidak kaum laki-laki sama sekali, Sofiyah melihat bayangan yang bergerak di tengah gelapnya fajar. Ia kemudian memokuskan diri, mempertajam pandangan dan pendengarannya, ternyata bayangan itu adalah bayangan seorang Yahudi yang menjadi mata-mata dan hendak menuju benteng. Ia berputar-putar, mencari info apakah di dalam benteng ada kaum laki-laki atau tidak?
Bukan tanpa alasan kenapa orang Yahudi mematai benteng itu, tujuannya jika dipastikan tidak kaum laki-laki di dalam, seluruh isi benteng, yaitu kaum perempuan dan anak akan jadi tawanan dan itu bisa disebut kiamat bagi kaum muslimin. Sofiyah kemudian bergumam, “Kaum Yahudi telah merusak janji yang mereka buat dengan nabi dan justru mereka berkoalisi dengan kafir Quraish.”
Ketika demikian, Sofiyah dengan cerdik memperbaiki posisinya. Khimar yang menutupi wajahnya dilipat ke kepala dan ia mengikatkan bajunya ke bagian tubuhnya. Harapannya ia bisa bergerak dengan leluasa tanpa kendala. Kemudian ia mengambil tongkat besi dipegangnya dengan kuat. Ketika posisi sudah tepat, ia kemudian memukulkan besi tersebut kapada orang Yahudi itu. Tiga kali pukulan, si Yahudi tersungkur.
Setelah dipastikan mati, Sofiyah kemudian mengambil belati yang ada di sakunya dan memutus kepala si Yahudi. dari atas benteng, Sofiyah melemparkan kepala itu kepada beberapa orang Yahudi yang menunggu di luar benteng yang siap menyerang kaum Muslimat.
Melihat kepala temannya yang bersimbah darah, mereka kaget bukan main. Mereka balik arah, lari terbirit-birit sembari berkata:
“Muhammad Saw. Memang canggih! Ia tak meninggalkan benteng yang diisi kaum perempuan dan anak-anak tanpa seorang laki-laki penjaga.”
Faktanya, yang berhasil membikin nyali musuh adalah seorang perempuan pemberani bernama Sofiyah Binti Abdul Muttahlib bukan seorang laki-laki. Dengan begitu bisa disebut Sofiyah adalah veteran perang dari kaum perempuan.”[]