Pengalaman menghampiri kematian (near death experience/NDE) Muslim Amjad Ali Jaffri yang didedahkan Joel memiliki sejumlah konsep yang lebih tipikal terkait kesadaran Islam. Misalnya, pentingnya makanan dan usaha yang halal atau sah secara hukum syariat Islam. Kita juga mendapati pentingnya melakukan perbuatan dengan cara yang baik dan dilandasi motivasi (niat) yang juga baik.
Bisa ditambahkan juga, NDE Muslim ini mengemukakan tentang pentingnya bertanya kepada ahli atau orang yang lebih berpengetahuan. Ini merupakan konsep Islam yang sangat kental. Nabi Muhammad Saw sering kali menekankan hal ini dalam banyak kesempatan. Alquran sendiri memuat singgungan baik tentang betapa berbedanya orang yang berilmu dan tak berilmu (QS. Az-Zumar: 9.), dan bahkan perintah untuk bertanya pada ahli tentang suatu persoalan apabila tak menguasainya (QS. An-Nahl: 43). Ini tentunya arahan tentang pentingnya ilmu dan orang yang memiliki ilmu.
Lebih jauh, bisa dikatakan gagasan yang paling spesifik bersifat Islami adalah yang terkait dengan “hak-hak Allah” dan pentingnya segala tindakan yang dilakukan ditujukan “demi keridhaan Ilahi”. Keridhaan Ilahi ini tidak bisa dilepaskan hubungannya dengan prinsip Ikhlas atau ketulusan. Prinsip-prinsip ini menjadi menarik bila dihubungkan dengan pengalaman sejumlah pihak yang mengalami NDE yang memberikan “kesimpulan” bernuansa humanis sekular.
Mereka ini sering kali mencatat bahwa misalnya dalam “kembalinya kilasan-kilasan kehidupan dari masa lalu” mereka diperlihatkan tindakan baik dan buruknya kepada manusia, namun ihwal doa dan praktik keagamaan tertentu jarang disinggung. NDE Jaffri yang melihat doa sebagai gelombang energi yang memiliki pengaruh tidak kecil, kiranya merupakan sumbangan penting terkait fenomena NDE secara umum.
Karena itu, penegasan Joel Ibrahim Kreps tentang NDE umumnya terasa sangat relevan untuk dikemukakan. NDE tentunya merefleksikan tingkatan kesadaran dan tingkatan evolusi dari orang yang mengalaminya. Jika mereka tidak menerima pelatihan dan petunjuk tentang hubungan dirinya dengan Tuhan, maka material ini tidak muncul di dalam NDE-nya.
Tampaknya seakan-akan pengalaman-pengalaman NDE itu secara khusus diperuntukkan sesuai kebutuhan orang yang mengalaminya dan level perkembangan spiritualnya. Boleh jadi, tujuan pengalaman tersebut adalah membawa yang bersangkutan untuk naik ke level selanjutnya.
Tentu saja selain aspek yang tipikal dengan kesadaran Islam, NDE Muslim memiliki sisi yang universal. Adanya pesan untuk mengasihi dan melindungi seluruh makhluk, kedengarannya betul-betul senada dengan prinsip-prinsip Kristiani dan Buddhis. Pesan ini terasa sangat relevan dikaitkan dengan kondisi dunia kontemporer di mana kaum muslim belakangan kian beranjak sektarian. Sejarah mengajarkan bahwa sektarianisme berperan besar dalam menyumbang kerusakan besar dan penderitaan yang berat.
Kerusakan dan penderitaan ini bersifat merata baik bagi sesama kaum Muslim sendiri maupun bagi umat manusia umumnya. Karenanya, NDE muslim yang bersifat lebih universal dan mengasihi dalam karakternya, merefleksikan masa-masa yang lebih awal dan lebih baik dalam sejarah Islam. Wallahu a’lam