Sedang Membaca
Humor Kiai: Salah Ngundang Mubalig

Humor Kiai: Salah Ngundang Mubalig

Humor D. Zawawi Imron tentang Jangkrik ABRI

Di daerah Bulu ada dua orang mantan kepala desa. Yang satu mantan kepala desa Lambangan Wetan, yang satu mantan kepala desa Lambangan Kulon. Mantan kepala desa Lambangan Kulon kebetulan seorang kiai yang biasa mengisi acara pengajian di manamana. Sedangkan mantan kepala desa Lambangan Wetan, meskipun bukan kiai dan tidak biasa mengisi pengajian tetapi namanya terkenal sebagai tokoh masyarakat yang dihormati karena waktu menjadi kepada desa sangat dicintai oleh rakyatnya.

Suatu ketika, Mbah Mantan Lambangan Wetan kedatangan tamu dari luar daerah, dari daerah Cepu. Si tamu membawa bungkusan yang olehnya sendiri dibawa dan diletakkan di belakang penyekat ruang tamu dengan ruang dalam. Setelah duduk saling menanyakan kabar, kemudian sang tamu menyampaikan maksud kedatangannya.

“Pertama,” kata si tamu. “Kami datang untuk silaturrahim. Yang kedua, kami disuruh jamaah dari Randu Blatung, Cepu menghendaki kehadiran untuk mengisi pengajian Isra’ Mikraj di Randu Blatung. Kapan Bapak bisanya, jama’ah menyerahkan. Asal, pada bulan Rajab.”

Tentu saja, Mbah Mantan Lambangan Wetan, langsung mengerti bahwa tamunya salah alamat. Tentu yang dimaksud ini adalah Mbah Mantan Lambangan Kulon.

Tapi, karena Mbah Mantan Lambangan Wetan tidak mau membikin malu tamunya, apalagi sudah meletakkan bungkusannya di belakang dan kebetulan kiai yang mantan lurah Lambangan Kulon masih keponakannya, maka Mbah Mantan memutuskan untuk tidak membuka dirinya. Bahkan, beliau menirukan gaya para

Baca juga:  Kitab Kecil Warisan Habib Utsman

Mbah Mantan mubalig. Diambilnya penanggalan (kalender), dilihat bulan Rajab:

“Saya bisa hari ini. Sampeyan catat saja tanggal sekian.”

Setelah selesai mencatat segala macam, si tamu pun pamitan pulang dengan mengucapkan segala terima kasih. Begitu tamunya pergi, Mbah Mantan tertawa ngakak.

Besoknya, Mbah Mantan datang ke tempat keponakannya, mantan lurah Lambangan Kulon yang kiai mubalig itu. Begitu datang, beliau menyodorkan tanggal dan hari.

“Kamu, hari ini, tanggal ini, harus datang untuk mengisi pengajian isra mikraj. Bisa kan?”

Mantan lurah Lambangan Kulon pun melihat catatannya.

“Bisa.”

“Sudah, nanti datang saja di masjid di Randu Blatung. Ya. Sampeyan harus bisa. Soalnya, gula dan tehnya sudah dikasihkan saya!” (Sumber: TawaShow di Pesantren oleh Akhmad Fikri AF)

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
1
Terhibur
4
Terinspirasi
1
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top