Sedang Membaca
Kisah Hikmah Klasik (18): Sufi yang Dekat dengan Pemerintah
Hosiyanto Ilyas
Penulis Kolom

Alumni Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Miftahul Ulum Bangkalan. Pernah menimba ilmu di Ponpes Attaroqqi Karongan Sampang. Pegiat Bahtsul Masail LBM NU.

Kisah Hikmah Klasik (18): Sufi yang Dekat dengan Pemerintah

201426113557

Dikisahkan ada dua ulama sufi yang ingin bertamu ke rumah Syekh Muhammad bin Khafif Asy-Syirazi. Setelah mereka sampai di rumah Syekh Muhammad bin Khafif Asy-Syairazi, ternyata Syekh Muhammad bin Khafif Asy-Syairazi tidak ada di rumahnya.

Seseorang memberi tahu kepada mereka, “Syekh Muhammad bin Khafif Asy-Syairazi tidak ada di rumah, ia dipanggil oleh raja untuk kepentingan negara.”

Setelah mendengar penjelasan itu, mereka mengingkari atau tidak suka terhadap Syekh Muhammad bin Khafif Asy-Syairazi, karena kedekatannya dengan pemerintah yang sedang berkuasa. Bahkan mereka menyesal dan tidak ingin lagi mendatangi rumah Syekh Muhammad bin Khafif Asy-Syirazi.

Tampa pikir panjang mereka berdua langsung meninggalkan rumah Syekh Muhammad bin Khafif Asy-Syairazi. Sebelum mereka pulang ke daerah asalnya, mereka singgah di pasar, untuk membeli pakaian. Mereka masuk ke pasar dan langsung mencari penjual pakaian. Di saat tawar-menawar pakaian, salah satu diantara mereka dengan tampa izin memagang pakaian yang paling mahal harganya.

Tiba-tiba si penjual pakaian menuduh mereka sebagai pencuri pakaian, karena di pasar itu sering terjadi pencurian. Terjadilah percekcokan antara mereka dengan si penjual pakaian, ahirnya si penjual pakaian melaporkan kejadian itu ke petugas ke amanan pasar, petugas keamanan pasar langsung membawa mereka semua ke hadapan raja untuk diadili.

Baca juga:  Dokter Beragama Nasrani Masuk Islam di Tangan Syekh As-Syibli

Si penjual pakaian memberi tau kepada raja tentang kronologi kejadian, ahirnya raja mengambil keputusan untuk memotong tangan mereka. Pada saat raja memutuskan untuk memotong tangan mereka, datanglah Syekh Muhammad bin Khafif Asy-Syairazi, dan ia meminta kepada raja untuk menunda eksekusi potong tangan, bahkan Syekh Muhammad bin Khafif Asy-Syairazi membela mereka. Ia berkata: “Saya melihat ada kebaikan yang terpancar di raut wajah mereka, dan ada bekas kejernihan hati dalam hati mereka.”

Mendengar pernyataan Syekh Muhammad bin Khafif Asy-Syairazi, hati si raja merasa kasihan kepada mereka, dan ahirnya raja mengampuni  mereka. Setelah itu Syekh Muhammad bin Khafif Asy-Syirazi menyalami mereka, dan berkata: “Wahai saudaraku! Semoga Allah merahmatimu, prasangkamu kepedaku itu keliru, aku dekat dengan para raja untuk menyelesaikan berbagai perkara atau masalah seperti yang kalian hadapi.” Mendengar pernyataan Syekh Muhammad bin Khafif Asy-Syirazi dua ulama sufi itu menyesal dan mereka bertaubat di tangan Syekh Muhammad bin Khafif Asy-Syairazi, bahkan mereka menjadi muridnya.

Mengambil pelajaran dari kisah di atas, Syekh Fariduddin Attar dalam karyanya Tadzqiratul Auliya’ ( Juz, 1 Hlm. 667 ) Mengutip ungkapan Syekh Muhammad bin Khafif Asy-Syirazi, ungkapannya sebagai berikut:

 

خلق الله تعالى العصمة والكفاية والجهد ، وخلق الملائكة ، وخيرهم بين الثلاثة ، فاختاروا العصمة

Baca juga:  Iblis, Firaun, dan Lebaran WA

Allah SWT telah menciptakan penjagaan, kecukupan, kemampuan atau kekuatan, dan Allah SWT telah menciptakan para malaikat. Dan Allah SWT memilihkan kepada para Malaikat diantara ketiganya (penjagaan, kecukupan, dan kekuatan), maka para Malaikat memilih penjagaan.

Pada prinsipnya para ulama yang dekat dengan pemerintah atau pro dengan kebijakan pemerintah, tidak serta merta kita tuduh ulama itu cinta harta dan jabatan. Dengan mendekati pemerintah mereka ikut andil dalam menentukan kebijakan, seperi yang dilakukan oleh Syekh Muhammad bin Khafif Asy-Syairazi. Wallahu A’lam Bissawab.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
1
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top