Sedang Membaca
Dukun Bayi dan Nalar Mistik

Guru Sejarah. Alumnus Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga, Surabaya. Saat ini sedang menempuh pendidikan pascasarjana di Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam, UIN Sunan Ampel Surabaya.

Dukun Bayi dan Nalar Mistik

Dzdvaftv4aexyic

Pada masa ini di mana dunia kontemporer menjadi serba online maka turut membentuk paradigma baru yang dalam banyak hal menyinggung  spiritualitas masyarakat lokal, diantara paradigma tersebut berwujud channel-channel youtube yang isi kontennya banyak menampilkan aktivitas-aktivitas seperti memburu dukun santet, duel dengan dukun santet, gaya seorang dukun santet, kejahatan dukun santet, dan masih banyak narasi lainnya yang menurut penulis secara perlahan telah turut membentuk paradigma serta propaganda negatif di tengah masyarakat luas tentang diri seorang dukun, apalagi konten-konten tersebut kabarnya banyak yang settingan.  Dan yang disebut dukun tidak selalu identik dengan santet serta keburukan, sebab dukun juga mempunyai peran strategis secara positif ditengah masyarakat.

Rina Anggorodi dalam jurnalnya berjudul Dukun Bayi dalam Persalinan oleh Masyarakat Indonesia, mengutip argumentasi Suparlan bahwa dukun mempunyai ciri-ciri : 1) pada umumnya terdiri dari orang biasa, 2) jenjang pendidikan tergolong biasa saja, 3) menjadi dukun karena panggilan hati atau petunjuk mimpi untuk menolong sesama sehingga bukan karena mengejar keuntungan materi, 4) para dukun biasanya tetap mempunyai rutinas bekerja secara formal sebagaimana orang-orang lainnya, seperti menjadi petani, buruh, sehingga menjadi dukun tampak bukan yang utama, 5) tidak ada patokan terkait ongkos jasa bagi sang dukun, 6) umumnya menjadi tokoh yang dihormati serta dikenal luas masyarakat.

Varian Dukun di Tanah Jawa

Prof Clifford Geertz dalam buku Agama Jawa menjelaskan bahwa dukun mempunyai spesialisasi yang beragam, dan diantara varian dukun tersebut meliputi dukun bayi, dukun pijet, dukun prewangan (medium), dukun calak (tukang sunat), dukun wiwit (dukun yang memimpin upacara panen), dukun temanten (dukun  upacara perkawinan), dukun petungan (dukun meramal dengan angka), dukun sihir (dukun yang bidangnya dalam bab sihir), dukun susuk (dukun yang mengobati dengan media jarum emas), dukun japa (dukun yang mengandalkan mantra), dukun jampi (dukun yang menggunakan tumbuhan dan berbagai obat natural), dukun siwer (dukun yang membantu orang agar terhindar dari permasalahan), dukun tiban (dukun yang keahliannya didapat karena kerasukan makhluk halus). Kemudian biasanya di masyarakat sendiri, ada dukun yang merangkap berbagai jenis kemampuan seorang dukun, sehingga dukun tersebut bisa mengobati orang sakit, meramal kejadian, membantu keselamatan seseorang, dan aktivitas spiritual lainnya, terkecuali dukun bayi sebab ranah tersebut lebih banyak dikhususkan untuk kaum perempuan.

Baca juga:  Mistik Islam Kejawen dalam Serat Pamoring Kawula-Gusti

Dan proses menjadi dukun tidaklah mudah, karena jika tidak kuat secara spiritual maka akibatnya bisa gila. Hal tersebut persis seperti yang penulis temukan di Dusun Belung, Desa Kawedusan, Kec.Plosoklaten,Kediri. Saat itu ada warga dusun yang menceritakan bahwa ada sosok yang dikenal dengan nama Mbah Pingi, dan Mbah Pingi tersebut menurut kabar yang ada sempat mendalami ilmu perdukunan, dan dalam beberapa kesempatan juga ikut memberikan terawangan atas kondisi masa depan seseorang.

Namun seiring waktu berjalan, Mbah Pingi mulai terlihat berubah dan saat ini dianggap sebagai orang yang tidak waras atau gila. Selanjutnya saat penulis berdialog dengan Pak Sigit (praktisi spiritual) yang berasal dari Kediri, Pak Sigit turut menyampaikan bahwa menjalani proses sebagai dukun tidaklah mudah, dikarenakan seperti dukun yang berfokus pada sihir santet maka dukun tersebut juga harus bersiap menerima akibat buruknya. Maka berdasarkan pada temuan yang ada bisa disimpulkan bahwa menjadi dukun juga penuh dengan resiko yang menyangkut keselamatan diri.

Dukun Bayi dalam Riwayat Kultural 

Mochammad Setyo Pramono dan FX Sri Sadewo dalam jurnal Analisis Keberadaan Bidan Desa dan Dukun Bayi di Jawa Timur menjelaskan bahwa dalam tradisi masyarakat setempat seorang dukun bayi mempunyai peran signifikan. Dukun bayi tidak hanya menangani saat proses kelahiran tetapi juga turut membantu sejak jauh-jauh hari kehamilan hingga pasca kelahiran. Dukun bayi juga ikut membantu dalam agenda slametan mulai dari neloni (kehamilan 3-4 bulan) , mitoni (kehamilan 7-8 bulan), hingga setelah persalinan sampai bayi berumur selapan (40 hari). Kemudian hasil penelitian Anggorodi di Kabupaten Kendari Sulawesi Tenggara dan Kabupaten Cirebon Jawa Barat menunjukkan bahwa fungsi dukun bayi di masyarakat juga cukup signifikan, untuk di Kabupaten Kendari, masyarakat mengenal adanya dukun bayi perempuan dan dukun bayi laki-laki, bahkan menurut riset yang ada masyarakat lebih senang ditolong oleh dukun bayi laki-laki.

Baca juga:  Pergeseran Makna Tradisi Perang Obor di Jepara

Selanjutnya tindakan dukun bayi di rumah pasien banyak melibatkan suami serta sanak famili, bahkan anak-anak yang sudah dewasa bisa ikut melihat proses persalinan. Lantas dari proses tersebut turut mewujudkan sikap gotong royong serta membentuk solidaritas kekeluargaan yang kokoh. Dan hal tersebut berbeda ketika dibawa ke ruang praktek bidan atau puskesmas, dimana hanya suami saja yang diperbolehkan membersamai istri saat proses kelahiran, namun tidak jarang pula suami serta kerabat malah diminta untuk menunggu di luar ruang persalinan. Sehingga secara etika budaya terdapat perbedaan antara dukun bayi dengan tim medis (bidan,dokter).  Lalu untuk menjadi dukun bayi bisa melalui beberapa jalan, diantaranya ada yang mendapatkannya secara turun temurun dari ibu kepada anaknya dan ada pula yang diperoleh melalui proses berguru.

Dukun Bayi Dusun Belung dan Nalar Mistik

Penulis disepanjang pengamatan sekaligus wawancara dengan beberapa warga Dusun Belung, menemukan bahwa peranan seorang dukun bayi dalam proses kandungan, kelahiran, maupun kesehatan yang menyangkut bayi maupun sang ibu di Dusun Belung sangatlah besar. Dan di Dusun Belung, ada seorang dukun bayi yang bernama Mbah Kiptiyah, yang hingga hari ini masih banyak menjadi rujukan bagi masyarakat Dusun Belung untuk menangani terkait bab kehamilan hingga kesehatan bayi. Adapun secara keilmuan, menurut informasi dari salah satu warga dusun menyampaikan bahwa Mbah Kiptiyah mendapatkannya melalui proses nyantrik kepada seorang dukun bayi senior bernama Mbah Tamim, lantas menurut penuturan warga dusun, Mbah Kiptiyah dalam proses menjalankan pelayanan sebagai dukun bayi, tampak mengawali pengobatannya dengan basmallah, shahadat, dan shalawat, yang setelah itu dilanjutkan dengan doa-doa Jawa.

Kemudian Mbah Kiptiyah juga bisa membantu walik dadah atau menunda kehamilan bagi perempuan yang membutuhkan dengan cara mengondisikan rahimnya. Mbah Kiptiyah sendiri dalam banyak momen turut mengikuti jamaah yasin-tahlil serta tergabung dalam aktivitas ibu-ibu muslimat NU.  Maka menurut penulis, ekspresi keislaman seorang dukun bayi yang terhubung dengan nalar mistik yang kompleks, ikut menunjukkan bahwa dukun bayi adalah bagian dari figur keislaman yang mengakar dalam spiritualitas masyarakat Jawa.

Baca juga:  The Insult: Membuka Kembali Luka Sejarah Lebanon

 

 

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top