Sedang Membaca
Tiga Tahun Perang Rusia-Ukraina: Seniman Tetap Pentas dan Kolaborasi
Wella Sherlita
Penulis Kolom

Jurnalis kelahiran Jakarta 26 Oktober 1976. Saat ini sedang melanjutkan studi bidang Hubungan Internasional di Universitas Paramadina. Sangat tertarik dengan isu-isu kemanusiaan, terutama resolusi konflik dan nasib pengungsi.

Tiga Tahun Perang Rusia-Ukraina: Seniman Tetap Pentas dan Kolaborasi

Whatsapp Image 2025 05 29 At 12.16.58 Pm (1)

Dalam kondisi perang, para seniman dan aktivis lintasbidang di Ukraina terus berkarya. Mereka tetap menggelar pertunjukan seni, bahkan berkolaborasi dengan mitra di luar negeri, termasuk dengan para seniman Indonesia. Berikut catatan kontributor Alif.id Wella Sherlita dari Kyiv, Ukraina.

Cuaca musim semi di kota Kyiv tak jauh berbeda dengan Jakarta. Gerimis turun setiap pagi mengantarkan orang-orang yg bergegas dalam perjalanannya masing-masing. Saya bersama tiga rekan jurnalis dari Bisnis Indonesia dan Narasi TV, pada Selasa (26/5/2025) pagi tiba di Ukrainian Institute.

Ukrainian Institute merupakan lembaga di bawah pemerintah yang sehari-hari fokus di bidang pendidikan dan kebudayaan. Mereka mensponsori pertunjukan seni; melakukan kurasi untuk proyek-proyek para seniman; hingga menawarkan kolaborasi dengan universitas dan lembaga seni budaya di berbagai negara.

“Patung ini diberikan saat saya berkunjung ke Universitas Bali Internasional dua tahun lalu,” kata Alim Aliev, Deputi Direktur Jenderal Ukrainian Institute, seraya menunjukkan patung kepala penari Bali.

Pada 2023, Alim Aliev dan sejumlah rekannya datang ke Jakarta dan mengunjungi Masjid Istiqlal. “Kami semakin membuka diri satu sama lain dan bagi saya ini kesempatan terbesar. Sejujurnya, saya sangat terkesan dengan Masjid Istiqlal,” ungkap Aliev.

Whatsapp Image 2025 05 29 At 12.16.58 Pm
Alim Aliev (Foto: Wella Sherlita)

Kedatangan seniman Ukraina ke Indonesia sangat penting, karena kedua negara multietnik ini memiliki kesamaan nilai. Ia menyebutkan multikulturalisme, demokrasi, dan unsur-unsur dalam seni budayanya.

Baca juga:  Ngaji Rumi: Syair Sufistik untuk Jalan Perdamaian 2019

Saya bertanya, “Anda percaya jika seniman dapat lebih jujur mengungkapkan sebuah fenomena dan fakta, jika dibandingkan dengan pernyataan pemerintah?”

Tanpa bermaksud mengabaikan rintisan perdamaian yang dilakukan negara-negara mediator, Aliev menjawab bahwa dialog people to people saat ini tidak kalah penting dengan dialog antarpemerintah.

“Seniman dan masyarakat sipil lebih jujur dan terbuka, lebih bisa dipercaya sebab kami berbicara dalam ‘bahasa’ yang dapat dipahami satu sama lain,” ungkap Aliev.

Kerjasama dengan perguruan tinggi juga tak kalah penting, lantaran masih ada kesenjangan pengetahuan dan informasi di masyarakat Ukraina mengenai Indonesia, dan oleh karena itu mereka perlu menjembatani.

“Pendidikan dan kebudayaan adalah dua pilar penting. Kami tidak mau dicampuri urusan politik,” tegas Aliev.

Kolaborasi Seni

Bentuk kerja sama yang telah dilakukan antarkampus dan lembaga dituangkan dalam proyek-proyek seni skala internasional. Pada 1 Juni mendatang, the Usein Bekirov Jazz Quartet akan tampil dalam perhelatan the Java Jazz Festival di Jakarta.

Kelompok jazz terkenal ini akan mewakili Ukraina untuk memainkan lagu-lagu sendiri serta lagu-lagu etnis Tatar Krimea dalam aransemen jazz. Krimea adalah wilayah muslim Ukraina yang direbut pemerintah Rusia pada 2014. Konflik panjang tiada akhir itu berujung dengan perang Rusia-Ukraina hingga sekarang.

Baca juga:  Menyoal Misa Daring dan Upaya Gereja di Masa Pandemi

“Studi Tatar Krimea sudah dijalankan di beberapa universitas di Indonesia, bahkan sudah ada seorang akademisi yang menulis tentang Tatar Krimea,” jelas Aliev.

Sebelumnya, Ukrainian Institute juga membawa kelompok GogolFest/Dakh Theatre, bekerja sama dengan Gema Citra Nusantara. Mereka tampil dalam the Djakarta International Theater Platform (DITP) pada Agustus 2024, di Taman Ismail Marzuki.

Whatsapp Image 2025 05 29 At 12.21.33 Pm
Pentas ERROR di TIM (Foto: dokumentasi Djakarta International Theater Platform (DITP))

Pementasan bertajuk ‘ERROR’ itu menampilkan suasana perang berbalut tari-tari tradisi, bercampur dengan instalasi video yang menunjukkan suasana di dalam bunker.

“Konsep lakon ini berangkat dari situasi kacau (di Ukraina), setiap kali kami bertemu selalu dalam situasi yang menyedihkan dan saya kira tetap harus bisa mengedepankan kemanusiaan dan selalu tetap memiliki cinta. Kami harus bertahan dan menjaga masa depan, ini pesan penting dari pementasan ini,” ungkap Vladyslav Troitsky, sutradara pementasan ‘ERROR’ kepada Alif.

Whatsapp Image 2025 05 29 At 12.21.03 Pm
Pentas ERROR di TIM (Foto: dokumentasi Djakarta International Theater Platform (DITP))

Vlad –panggilan Vladyslav Troitsky, mendirikan pusat teater dan seni kontemporer independen pertama di Ukraina, CCA “DAKH”, pada tahun 1994. Hanya dalam tempo sepuluh hari, Vlad mengadakan latihan secara online dengan kelompok Gema Citra Nusantara. Mereka berlatih di bawah arahan koreografer RR. Wiwiek Hari Wahyuni dan Direktur Musik Jufrizal alias Alex Aceh.

Vlad mengaku banyak unsur Krimea yang ternyata klop dengan musik tari Aceh, Minang dan Melayu. Dua musisi Indonesia saat workshop hanya membawa gendang rapa’i, mereka mulai menyanyikan syair-syair Aceh dan langsung dibalas oleh tim musik dari Ukraina.

Baca juga:  Narasi Gus Yahya sampai Prof Dr. M. Mas'ud dalam Simposium Peradaban NU di Sumenep
Whatsapp Image 2025 05 29 At 12.25.10 Pm
Vlad Troitskyi (Foto: Aspen Institute Kyiv, 2022)

Sebagai seniman dan aktivis, Aliev dan Vlad meyakini hidup harus berlanjut dan memproduksi karya. Dunia Islam dan para seniman yang anti-kekerasan, sepatutnya mendukung agenda perdamaian seniman Ukraina, untuk memadamkan ambisi Rusia yang telah menghancurkan identitas budaya lokal sekaligus kehidupan etnis muslim Tatar di Krimea. (Bersambung)

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
1
Senang
1
Terhibur
1
Terinspirasi
0
Terkejut
1
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top