Sedang Membaca
Sejarah Benteng Nassau Banda Neira dan Saksi Kekejaman Kolonialisme
Wahyu Broto Sekti
Penulis Kolom

Aktivis dan pegiat literasi. Alumni UIN Raden Mas Said Surakarta.

Sejarah Benteng Nassau Banda Neira dan Saksi Kekejaman Kolonialisme

Benteng Nassau 1

Siapa yang tak mengenal benteng, benteng merupakan bangunan yang umumnya berbentuk persegi atau semacamnya. Benteng sudah ada sejak berabad-abad. Dahulu benteng digunakan untuk melindungi sebuah kerajaan dari serangan musuh. Kita bisa melihat benteng di bekas kerajaan Mataram misalnya, seperti bekas Keraton Kartasura disana masih terdapat sisa benteng yang terbuat dari batu bata atau di Keraton Surakarta.  

Benteng pernah menjadi hiburan masyarakat Indonesia era tahun 2000-an. Melalui tayangan televisi berjudul Benteng Takeshi, acara ini sempat menjadi primadona publik Nusantara. Tentu kita masih ingat acara tersebut yang biasanya ditonton bareng keluarga, teman ataupun saudara. Benteng mengingatkan kita pada kolonialisme bangsa Belanda. Di pelbagai kota Belanda membangun sebuah benteng, misal benteng Vasternburg di Surakarta, Benteng Pendem di Cilacap, Benteng  Fort Rotterdam di Makasar dan masih banyak lagi benteng-benteng bikinan Belanda.

Pada era kolonial benteng berfungsi sebagai sistem pertahanan dan juga ruang tahanan bagi kaum pribumi. Berbagai peristiwa keji pernah terjadi pada sebuah benteng milik kompeni. Tak ubahnya benteng menjelma menjadi tempat esekusi. Bagi pecinta sejarah tentunya tidak asing dengan Benteng Nassau yang berada di Banda Neira. Benteng ini pun pernah menjadi saksi kekejaman kolonialisme Belanda pada abad ke XVI.

Baca juga:  Shiraz; Kota Seni di Persia

Kepulauan Banda Naira terletak di Provinsi Maluku terbentang di laut Banda, di tenggara Pulau Ambon dan di selatan Pulau Seram. Sebagian besar penduduk pulau ini bermukim di Naira.  Pada zaman dulu provinsi Maluku merupakan jalur perdagangan yang sering dilewati dan disinggahi kapal-kapal berbagai bangsa, Cina, Arab, Portugis, Inggris, dan Spayol. Kepuluan ini banyak menghasilkan komoditi rempah seperti pala, fuli, cengkeh dll.

Pada abad ke XV Portugis mulai mengirim ekspedisinya ke kepulauan rempah ini. Tujuan utama ekspedisi ini adalah untuk mencari rempah dan berniaga dengan penduduk lokal. Setelah Portugis, Spanyol kemudian menyusul dengan menguasai perdagangan di wilayah Malaka. Kepulauan Banda pun menjadi buronan bangsa Eropa berkat kekayaan rempah yang melimpah.

Pada abad ke XVI pala menjadi buruan orang Eropa, sampai-sampai harga komoditi pala tersebut setara dengan emas. Kemudian persekutuan dagang Belanda atau dikenal dengan nama Verenigde Oost Indische Compagnie (VOC), mengirim ekspedisi pertamanya ke kepulauan Banda. Ekspedisi ini dipimpin oleh Verhoeven dengan tujuan dagang.  Sesampainya di Banda Verhoeven mendirikan pos dagang di pelabuhan, namun ia tidak senang dengan penduduk lokal yang lebih senang berdagang dengan Inggris dibanding dengan VOC. Akhirnya Verhoeven mengajak tokoh masyarakat setempat untuk mengadakan perjanjian. Namun ia dikhianati dan mati terbunuh bersama sebagian pengikutnya.

Baca juga:  Masjid Tongas, Masjid Andalan Pelintas di Probolinggo

Abad ini benteng berperan penting bagi VOC, mereka mulai membangun Benteng Nassau sebagai upaya pertahanan dari serangan penduduk lokal dan bangsa Eropa lain. Melalui benteng ini VOC memonopoli perdagangan pala. Benteng ini juga menjadi saksi pembantaian masal yang dilakukan VOC dibawah kepemimpinan Jan Pieterzoon Coen. Puluhan tokoh Banda Neira yang dijuluki orang kaya pernah dibantai sebagai upaya Coen dalam memonopoli perdagangan pala di pulau tersebut.

Dalam buku karangan Des Alwi yang berjudul Sejarah Maluku, Banda Naira, Ternate, Tidore dan Ambon (2005) diceritakan kekejaman Belanda terhadap rakyat Banda abad ke XVI. Pada tahun 1622 sekitar 44 orang kaya di Banda diesekusi mati oleh Jan Pieterszoon Coen. Ia menyewa ronnin (samurai Jepang) untuk mengesekusi orang kaya Banda. Kepala mereka dipenggal dan bagian tubuhnya di potong menjadi 4 bagian dan dilempar ke segala penjuru. Kepala yang telah dipenggal tersebut lalu ditancapkan diatas tiang bambu dan dipertontonkan kepada semua orang. Oarang-orang kaya tersebut mati tanpa perlawanan namun ada yang sempat berkata “Tuan-tuan, tidak adakah merasa berdosa?”.

Benteng Nassau terletak di Desa Nusantara, Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah. Benteng ini dibangun pada tahun 1607 dibawah pimpinan Verhoeven. Sebelumnya VOC membangun benteng ini di bagian lain namun karna tanahnya amblas lalu pindah ke bekas benteng Portugis yang belum terselesaikan. Artinya benteng Nassau dibangun diatas pondasi benteng Portugis. Hingga kini benteng tersebut masih berdiri dan menyisakan tragedi.

Baca juga:  Masjid Agung Taipei, Warisan Chiang Kai-shek yang Jadi Monumen

Penaklukan Banda Naira oleh Coendiperkirakan telah memakan korban rakyat Banda sekitar 12 ribu jiwa. Hal tersebut berawal dari rempah dan pembangunan benteng yang berujung penaklukan. Benteng pernah menjadi peristiwa berdarah di negeri penuh rempah. Orang-orang yang serakah membuat benteng untuk merebut kekayaan Nusantara yang melimpah. Dari benteng kita belajar bahwa kolonialisme tak semestinya dilakukan oleh siapapun dan bangsa manapun.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top