Suatu hari, Nasruddin Hoja membeli daging seberat 3 kg. Ia serahkan daging itu ke sahabatnya yang bernama Umar untuk dimasak. Lalu ia pergi untuk suatu keperluan.
Segeralah Umar memasak daging dengan penuh semangat. Karena lama tak pernah merasakan lezatnya daging, Umar mencoba mencicipi daging yang telah selesai ia masak itu, secuil demi secuil.
Saking lahapnya, Umar yang semula hanya mau mencicipi saja, akhirnya melahap daging itu sampai habis.
Sadar akan kesalahannya, Umar ketakutan bukan main. “Apa yang akan aku katakan kepada Nasruddin jika ia datang dan bertanya tentang dagingnya?”
Pikir punya pikir, ia akhirnya ketemu akal.
“Nanti aku akan pura-pura berkilah kepada Nasruddin bahwa dagingnya itu telah dimakan habis oleh kucing piaraannya.”
Saat balik ke rumah, Nasruddin bertanya kepada sahabatnya tentang daging tersebut.
“Sudah aku masak, wahai sahabatku. Tapi dagingmu sudah habis dimakan oleh kucing piaraanmu,” kata Umar.
Nasruddin sadar, sahabatnya itu pasti bohong. Lalu ia carilah akal, bagaimana membuktikan kebohongan itu.
Aha, ketemu!
Nasruddin mencari timbangan, dan ditimbanglah kucingnya itu. Beratnya persis 3 kg, sama dengan berat daging yang serahkan kepada sahabatnya untuk dimasak.
Lalu ia berkata:
“Sini, wahai sahabatku. Jika yang kutimbang ini benar kucing, lalu ke mana daging yang ia makan? Jika yang kutimbang ini daging, lalu ke mana si kucing yang memakan dagingku itu?”
Umar pura-pura bingung, lolak-lolok.