Penulis alif.id Susi Ivvaty pekan lalu “bertualang” ke beberapa lokasi di Banjarbaru, Banjarmasin, dan Hulu Sungai Selatan di Provinsi Kalimantan Selatan. Satu tempat yang dikunjungi adalah kalang hadangan di Nagara Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Kalang hadangan adalah bahasa Banjar yang artinya kandang kerbau. Ada beberapa kalang hadangan di HSS, juga daerah lain di Kalsel. Akan tetapi, kalang hadangan di Nagara merupakan lokasi yang masuk akal untuk dikunjungi dalam satu agenda perjalanan yang singkat, karena lokasinya paling dekat dengan Banjarmasin. Berikut ini foto-fotonya…
———–
Bagi orang desa, kerbau itu hewan yang lumrah, fungsional untuk membantu pekerjaan di sawah. Namun bagi orang kota, kerbau tampaknya menjadi luar biasa. Orang desa hidup di daerah yang lebih banyak sawahnya dibanding rumahnya, atau paling tidak perbandingan antara sawah dan rumah berimbang. Sebaliknya orang kota tinggal di daerah yang penuh bangunan beton. Sawah mungkin ada sedikit-sedikit, juga rawa-rawa, tapi kerbau? Maka itu, banyak sekolah taman kanak-kanak atau sekolah dasar yang memiliki program wisata alam, dengan satu acaranya: memandikan kerbau. Bagi anak-anak zaman sekarang, kegiatan itu sangat seru. Paling tidak, mereka bisa membedakan kerbau dengan sapi. He-he-he
[columns size=”1/2″ last=”false”][/columns][columns size=”1/2″ last=”true”][/columns]Namun, orang dewasa seperti saya pun ternyata takjub juga melihat kerbau rawa yang jago berenang. Kerbau-kerbau rawa itu kabarnya betah berkubang dan berenang di rawa dari pagi pukul 06.00 hingga sore pukul 18.00. Mereka mencari makan di rawa yang memang banyak terhampar di Kalimantan Selatan, terutama beberapa kecamatan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Ketika saya diajak untuk pelesiran, berburu kerbau (baca: berburu foto kerbau) oleh Arcana Foundation, saya langsung mengangguk berkali-kali. Ini kesempatan bagi orang ndeso seperti saya, yang sudah cukup lama tinggal di Jakarta, dan selalu rindu suasana desa.
Maka, kami berenambelas pun memulai perburuan kerbau rawa di Nagara, Hulu Sungai Selatan, dengan menyewa perahu kelotok. Perahu dua tingkat ini memang menjadi alat transportasi sehari-hari sebagian masyarakat di Kalimantan, tidak hanya di Kalsel. Kami pun mulai menyusuri sungai yang lebarnya sepanjang lapangan sepak bola. Kami menikmati sapaan ramah anak-anak yang tinggal dengan rumah-rumah panggung (rumah apung) di tepi sungai. Perjalanan sekitar 30 menit hingga sampai ke kalang hadangan (bahasa Banjar dari kandang kerbau) kami hayati dengan motret sana motret sini. Rasanya senang banget ketika sampai ke seputaran kalang hadangan dan melihat serombongan kerbau yang jadi terlihat lucu imut saat berenang. Hanya terlihat kepalanya saja nongol, menyibak rawa.
Puas motret kerbau, kami pun kembali lagi ke dermaga sungai tempat parkir perahu kelotok. Hari telah gelap. Hawa makin dingin. Saya bertahan berada di atap perahu, sementara beberapa teman memutuskan turun. Saya tidur telentang, menatap langit yang gelap. Tak ada bintang karena mendung. Saya melamun. Banyak hal terlintas di benak. Semilir angin membawa lamunan menuju alam mimpi.
Suara toa dari masjid pinggir sungai membuyarkan mimpi. Ah hampir sampai. Terima kasih Ya Allah atas nikmat hari ini. Sungguh luas alamMu, seluas kuasaMu.