Sedang Membaca
Anak Kiai itu Bernama Surin Pitsuwan
Shohib Masykur
Penulis Kolom

Bekerja untuk Kemenlu RI, sedang bertugas di Wina, Austria. Alumni Hubungan Internasional UGM, Georgetown University, Washington DC dan Pesatren Nurul Ummah Jogjakarta.

Anak Kiai itu Bernama Surin Pitsuwan

Anak Kiai itu Bernama Surin Pitsuwan

Surin Pitsuwan, putra seorang kiai sebuah pesantren di Thailand selatan yang pernah menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Thailand dan Sekjen ASEAN, telah berpulang di usia 68 tahun.

Surin dikabarkan kena serangan jantung saat sedang bersiap-siap bicara di acara Thailand Halal Assembly 2017 di Bangkok, 30 Nopember.

Kalau di Jawa, almarhum pasti akan dipanggil Gus. Karena betul-betul putra kiai dan pendiri pesantren. Maka dalam tulisan ini, saya sebut ia “Gus”.

Gus Surin meraih gelar master dan doktor di Universitas Harvard, merupakan salah satu great mind di bidang politik internasional di ASEAN. Almarhum pernah digadang-gadang sebagai kandidat Sekjen PBB menggantikan Kofi Annan, tapi batal karena pemerintahnya enggan mencalonkan lantaran secara politik berseberangan.

Sebagai putra seorang kiai di daerah pedalaman, Gus Surin telah melakukan lompatan besar. Keluarga pondok sempat dibuat geger waktu Surin memperoleh beasiswa pertukaran pelajar SMA ke Amerika.

Mereka khawatir anak muda itu akan menjadi anak hilang yang melupakan asal usulnya. Berkat kebijaksanaan kakeknya, pendiri pesantren Ban Tan, Surin muda tetap diizinkan untuk melanglang buana.

Benar saja, sejak itu Surin tidak pernah pulang. Bukan berarti dia tidak pernah mengunjungi keluarganya, melainkan dalam arti dia mengambil jalan yang berbeda dari saudara-saudaranya.

Baca juga:  Kiai Sahal, Mendayung di antara Liberalisme dan Fundamentalisme (2, Bagian Akhir)

Dia tidak kembali untuk mengajar ke pesantren, tetapi berkelana di dunia politik nasional yang kemudian mengantarnya menjadi tokoh internasional. Dia menjadi Menlu Muslim pertama di negara yang mayoritas penduduknya beragama Budha.

Perjalanan ASEAN tidak lepas dari peran serta seorang Surin Pitsuwan. Gus Surin mulai memimpin ASEAN tahun 2008 dan mengakhiri jabatannya lima tahun kemudian. Di era kepemimpinannya Piagam ASEAN mulai berlaku.

Salah satu aspek terpentingnya adalah mewujudkan Komunitas ASEAN 2015 yang berdasarkan pada tiga pilar: Politik-Keamanan, Ekonomi, dan Sosial-Budaya. Di bawah kepemimpinan Gus Surin ASEAN melangkah menuju terwujudnya Komunitas ASEAN.

Di era Gus Surin pula Amerika Serikat dan Rusia bergabung ke dalam East Asia Summit dan menjadi penyeimbang bagi dominasi Tiongkok di kawasan.

Saya pertama kali bertemu beliau tahun 2009 saat meliput kegiatan ulang tahun ASEAN di Bangkok. Waktu itu saya masih kerja di Detikom.

Saya mengingat Gus Surin sebagai sosok yang ramah dan menawan. Setelah saya masuk Kemlu, kami kembali bertemu saat ditugaskan menjadi liaison officer beliau pada acara East ASEAN Summit di Bali tahun 2011.

Kami sempat salat Zuhur berjamaah berdua karena ketinggalan salat Jumat. Tentu saja beliau tidak mengingat saya, dan saya enggan mengingatkan beliau bahwa kami pernah bertemu.

Baca juga:  In Memoriam Ayip Abbas: Menemani Geng Motor yang Brutal

Selamat jalan Gus, semoga lapang perjalananmu ke sana.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top