Setiap selesai menunaikan ibadah salat Jumat, Kiai Ghazali Ahmadi memiliki satu kebiasaan yakni memberikan tausiah kepada para jamaah salat Jumat. Biasanya, beliau memberi tausiah hanya sebentar, sekitar 2 sampai 3 menit. Walau begitu, kebiasaan ini tetap dipertahankan oleh Kiai Ghazali hingga akhir hayatnya.
Alkisah, pada suatu waktu seperti biasanya setelah melaksanakan salat Jumat Kiai Ghazali memberi tausiah, dan kali ini menjelaskan tentang keutamaan membangun masjid. Menurut beliau, sekecil apapun sumbangan seseorang untuk membangun atau perbaikan masjid pahalanya sangat besar. Tidak selama sumbangan tersebut berupa materi, seperti uang dan barang lainnya. Tetapi tenaga fisik pun juga termasuk dari sumbangan. Lalu Kiai Ghazali mengutip hadis Nabi;
مَنْ بَنَى لِلَّهِ مَسْجِدًا صَغِيْرًا كَانَ أَوْ كَبِيْرًا بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ
Artinya: “Barang siapa membangun masjid karena Allah, kecil atau besar, maka Allah akan membangun baginya rumah di surga.” (HR. Imam Tirmidzi)
Namun demikian, lanjut Kiai Ghazali, perlu diingat bahwasanya dalam membangun sebuah masjid seseorang harus didasari atas niat yang baik, seperti mencari ridha Allah, membesarkan syariat agama Islam, menghidupkan kegiatan keagamaan, dan lain sebagainya. Kemudian, di tengah-tengah asyiknya mendengarkan tausiah Kiai Ghazali, dengan nada mantap, beliau melontarkan sebuah perkataan yang membuat seluruh jamaah salat Jumat tertawa-terbahak-bahak.
“Sebenarnya saya bukan tidak mampu untuk membangun dan memperbaiki masjid sendirian tanpa dibantu siapa pun, seperti masjid di Makkah, Madinah, Jakarta, dan masjid mentereng-mewah lainnya,” tegas Kiai Ghazali Ahmadi.
Akan tetapi, masalahnya satu, “Saya tidak memiliki uang sepeser pun untuk membangun dan memperbaikinya, rasanya ingin sekali namun mau bagaimana lagi,” lanjut kiai sembari tersenyum. Karena itu, “Saya meminta bantuan dari pihak masyarakat keikhlasannya untuk membantu saya,” pungkas beliau sebagai penutup tausiahnya.
Demikianlah, cara Kiai Ghazali Ahmadi dalam menyampaikan tausiah atau ceramah-ceramahnya terhadap masyarakat. Selera humor dan serius bercampur aduk di dalamnya. Wallahu A’lam