Sedang Membaca
Para Perempuan Pemberi ASI Rasulullah SAW
Rizki Amalia
Penulis Kolom

Mahasiswi Pascasarjana Pendidikan Bahasa Inggris, UPI Bandung, pernah nyantri dan aktif di berbagai organisasi Islam. Selain menjadi guru dan pengelola media, dia juga telah menerbitkan dua buku terkait toleransi. Email: rizkiamalia308@gmail.com.

Para Perempuan Pemberi ASI Rasulullah SAW

Telah jamak kita ketahui bagaimana kehidupan Rasulullah SAW di masa-masa balita. Sebagai seorang anak bangsawan Arab-Hijaz, khususnya di Makkah, adalah sebuah kebiasaan ketika anak lahir disusukan kepada orang lain yang berada di luar kota (mungkin kawasan ndeso) atau Badui dalam konteks Nabi.

Kebiasaan tersebut dilanggengkan agar anak itu hidup dalam udara padang pasir yang bersih dan suasana yang bebas-merdeka. Sehingga anak dapat tumbuh dengan segar, sehat, cerdas, dan mandiri. Juga agar anak dapat berbicara bahasa yang asli, yakni bahasa orang badui yang sejati. Sebab, bahasa arab di perkotaan telah bercampur dengan bahasa asing lainya (KH. Moenawwar Kholil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW, 2001: 70).

Nabi Muhammad tidak hanya disusui oleh Aminah ibu kandungnya sendiri, akan tetapi beberapa perempuan lain juga telah menyumbangkan air susu ibu (ASI) kepada Nabi Muhammad SAW. Nabi menikmati ASI dari Aminah selama tiga hari, kemudian Nabi dipindah-susukan ke Tsuwaibah, budak perempuan pamannya Abu Lahab.

Kemudian nabi dipindah asuhkan kepada Ummu Aiman dan dan Barakah al-Habsyiyah. Kemudian, selang beberapa hari anak Abdullah ini dalam rentang empat tahun dalam susuan dan asuhan Halimah binti Abu Zaid, seorang perempuan dari dusun Bani Sa’ad (KH. Moenawwar Kholil, 2001: 78).

Yang patut dicermati di sini ialah komposisi perempuan yang terlibat dalam penyusuan dan pengasuhan kanjeng Nabi. Bahkan, jumlah perempuan tersebut lebih dari empat orang perempuan yang turut andil terhadap pengasuhan Muhammad SAW (Mohammed Reda, The Mohammed SAW the Messanger of Allah, 2013: 58).

Aminah dengan darah ke-Qurais-annya (aristokrat), Tsuwaibah dengan perbudakannya (proletariat), kemudian Ummu Aiman dan Barakah al-Habsyiah adalah kelangan Middle Class di Arab. Ketiga perempuan ini terbiasa dengan kehidupan urban Makkah. Di sisi lain, Halimah adalah seorang keluarga yang miskin dari kampung, yang ingin mengadu nasib dengan mencari kerja ke kota dan tentunya dengan keluguan khas desa yang kuat (Abdul Hamed Siddiqui, The Life of Muhammad, 1980: 41-44).

Baca juga:  Kekerasan Seksual di Lembaga Pendidikan (4): Pentingnya Kehadiran Psikolog Sebagai Pedamping Belajar Santri di Pesantren

Menurut psikologi, terdapat tiga teori yang memengaruhi perkembangan seroang anak. Teori pertama adalah nativisme, yakni suatu pemahaman tentang perkembangan anak dipengaruhi oleh keturunan, baik kecerdasan, karakter dan sifat. Sementara yang kedua adalah teori lingkungan atau environmentalisme, yang mengatakan bahwa pertumbuhan anak dipengaruhi oleh lingkungan dan menegasikan genetika orangtua.

Ketiga konvergensi, yakni penggabungan kedua paham tersebut, yang berkeyakinan bahwa tidak hanya faktor pendahulu saja, akan tetapi lingkungan terkini juga ikut menentukan kepribadian anak. Bukti sejarah tersebut menyiratkan bahwa persusuan nabi dengan berbagai kelas sosial sekaligus situasi sosial pada saat itu, telah membentuk pribadi Nabi yang pluralistik dan empatik sekaligus revolusioner.

Nabi Muhammad disusui paling lama oleh Halimatus Sa’diyah, perempuan dari Bani Sa’ad. Faktor yang mendorong pemilihan Bani Sa’ad jadi tempat ASI, karena suku tersebut dikenal dengan suku yang memiliki kefasihan yang bagus dalam berbahasa. Sebagaimana sebuah riwayat yang mengatakan bahwa, “Ketika Abu Bakr R.A bertanya kepada Rasululullah SAW, saya tidak pernah melihat seorang pun yang lebih fasih dalam berbahasa selain engkau wahai Rasulullah SAW?” Kemudian Nabi menjawab,

“Tidak ada yang mencegahku, bahwa aku dari Bani Quraisy dan aku dipersusukan kepada Bani Sa’ad (Muhammad ibn Muhammad Abu Syuhbah, as-Sirah an-Nabawiyah fi dlau’i al-Qur’an wa as-Sunnah, 1970: 198).

Kisah susuan Rasul dengan Halimah bermula dari perjalanan Halimah keluar bersama perempuan bani Sa’ad lainnya untuk mencari anak susuan. Waktu itu musim paceklik. Halimah mengendarai keledai yang kurus. Halimah juga membawa serta untanya yang tidak mengeluarkan susu setetes pun.

Baca juga:  Mengenal Jawahir Roble, Wasit Sepak Bola Muslimah Pertama di Britania Raya

Dia dan keluarganya tak pernah tidur karena bayinya yang terus menangis karena kelaparan. Air susu Halimah sendiri tak mampu mencukupi kebutuhan ASI bayinya karena dia tidak mengonsumsi makanan yang cukup.

Saat itu, tak ada satu pun perempuan yang mau mengambil Rasulullah sebagai anak susuan karena mengetahui bahwa beliau yatim. Hal ini tentu karena para perempuan tersebut mengharapkan upah yang cukup saat mereka menyusui. Halimah lah satu-satunya perempuan yang berkenan untuk menyusui Rasulullah SAW.

Islam memerintahkan seorang perempuan untuk menyusui anaknya hingga dua tahun. Apabila tidak memungkinkan, Islam memperbolehkan untuk menyusukan anaknya kepada perempuan lain. Islam bahkan memberikan anjuran untuk memberi upah kepada perempuan yang telah berkenan menyusui tersebut. Dalam memilih ibu susuan, Islam menganjurkan untuk memilih perempuan yang memiliki karakter yang bagus. Hal ini dikarenakan karakter ibu susuan mempengaruhi karakter anak yang disusuinya.

Hal tersebut berbeda dengan kondisi lingkungan di sekitar kita di mana banyak perempuan yang menggantikan ASI-nya tidak dengan ibu susuan, namun dengan susu formula. Meski demikian, telah banyak pakar yang membuktikan bahwa kandungan susu formula sangat jauh sekali dengan kandungan ASI.

Selain aspek kesehatan, anjuran memberikan ASI juga berdasarkan aspek mental. Berdasarkan penelitian yang ditulis dalam Archives of Disease in Childhood, ASI akan membuat anak memiliki sikap dan perilaku yang lebih baik. Anak yang minum ASI akan terhindar dari gelisah, hiperaktif, dan perilaku buruk.

Baca juga:  Kitab Ushul an-Nayyirat, Kitab Ilmu Qiraat Terbaik Karya Ulama Perempuan 

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Oxford University. Dari 10.000 anak yang diteliti, hasilnya menunjukkan 16 persen anak yang minum susu formula memiliki perilaku hiperaktif, berbohong, dan suka mencuri sejak usia 5 tahun. Sedangkan anak yang diberi ASI hanya 6 persen yang melakukan perilaku tersebut.

Penelitian di atas menunjukkan adanya hubungan antara ASI dan perilaku anak. Anak yang diberi ASI berkemungkinan memiliki kasih sayang yang lebih tinggi dari anak yang mengkonsumsi susu formula. Hal ini dikarenakan saat minum ASI, dia langsung bersentuhan dengan ibunya.

Hubungan antara ASI dan perilaku anak juga terlihat dari bagaimana Allah memilih Halimatus Sa’diyah sebagai ibu susuan Rasulullah. Halimah merupakan perempuan yang penuh kasih sayang. Terbukti saat Rasulullah berusia dua tahun dan sudah saatnya dikembalikan kepada ibunya, Halimah tak kuasa untuk berpisah dengan Rasulullah dan ingin beliau tetap diasuhnya.

Selain itu, Halimah ialah perempuan pejuang. Dalam mengarungi kehidupan yang susah payah, Halimah senantiasa berjuang dengan susah payah. Buah dari perjuangannya ialah ternak Halimah menghasilkan susu yang melimpah hingga bisa dibagi kepada tetangga-tetangganya.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
3
Ingin Tahu
5
Senang
3
Terhibur
2
Terinspirasi
11
Terkejut
3
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top