Redaksi
Penulis Kolom

Redaksi Alif.ID - Berkeislaman dalam Kebudayaan

Zikir Visual Yusuf Susilo Hartono

Img 20250303 Wa0013

Perupa Yusuf Susilo Hartono (YSH) bersama para perupa muslim/muslimah sedang menggelar pameran seni rupa Islami “Marhaban ya Marhaban” 1446 H / 2025 M, di Galeri Neo, Jakarta Pusat. Pameran digelar guna menyambut dan merayakan bulan suci Ramadhan.

Di lantai 2 galeri yang luas itu, bertaburan ekpresi seni islami dari 15 perupa dengan narasi memuliakan asma Allah; menegakkan harkat perempuan; mendoakan warga Palestina yang sedang terjajah zionis; dan tema-tema lain dalam bentuk kaligrafi, lukisan kaligrafi, hingga instalasi kontemporer.

Img 20250303 Wa0011
YSH bersama Komarudin Hidayat

Pameran yang diresmikan oleh cendekiawan muslim Prof. Komarudin Hidayat, mantan Rektor UIN dan UII, berlangsung pada 22 Februari- 9 Maret 2025.

“Sebagai satu kesatuan, 15 seniman dengan 42 karya ini menciptakan sejarah kecil dalam skala sejarah seni di Indonesia dengan menghadirkan berbagai keunikan, terobosan dan inovasi,” tutur Okky Madasari, selaku kurator.

Img 20250303 Wa0015
YSH dengan lukisan-lukisan kaligrafinya

Berbeda dengan yang lain, YSH yang dikenal sebagai perupa, jurnalis, dan penyair, memajang tiga lukisan kaligrafi dengan medium akrilik pada kanvas berbagai ukuran. Dengan sumber ide yang berbeda-beda, mulai dari aspek eksistensi, kultural, hingga aspek kemanusiaan.

Zikir Visual

Mari kita simak satu-persatu. Lukisan “Bulan Sabit di Palestina” (2025), warnanya mengacu pada bendera Palestina: merah, putih, hijau dan hitam. Ditambahkan warna emas (simbol keagungan) pada lafad “la haula wala quwwata illa billah”, dengan ekornya berbentuk bulan sabit.

Baca juga:  Dampak Covid-19 Terhadap Pedagang Barang Antik Pasar Triwindu Surakarta

Img 20250303 Wa0019

Menggambarkan imaji langit Gaza yang penuh dengan asap, api, darah, dan roh yang melayang, akibat hujan bom, peluru kendali, dan nafsu zionis Israel untuk menghabisi perempuan dan anak-anak Palestina yang tidak berdosa. Lukisan ini doa untuk kemerdekaan Pallestina.

 

Lukisan “Aku Berzikir Maka Aku Ada” (2025) meminjam cogeto ergo sum Descartes, visualnya tampil unik. Menggunakan elemen tasbih yang melingkar sebentuk imaji wajah, dan tulisan tulisan Hu Allah, menggantikan “bibir”, merepresentasikan dzikir (ingat) seorang hamba kepada Sang Pencipta, di sembarang tempat dan waktu. Dalam dunia sufi Hu Allah bermakna “satu-satunya Dia saja”. Hu berarti Allah itu sendiri.

Img 20250303 Wa0020

Adapun lukisan “Yasin, maka Bergetarlah Bumi dan Langit” (2024/2025), diilhami
oleh kebiasaan tahlilan di kalangan sebagian umat Islam di Jawa, dengan aksesoris –sinkretisme — kembang dan tumpeng. Bagi yang percaya, ketika surat Yasin dilantunkan, maka langit dan bumi terasa bergetar.Img 20250303 Wa0018

Meski YSH bukan kaligrafer, dalam proses kreatif dan karya-karya lukisan dan puisinya, kental dengan nafas religius. Mulai tekun berkarya mulai 1980-an di Bojonegoro, Jawa Timur, dan tambah gigih saat hijrah ke Jakarta (1986) sampai sekarang.

Pemegang kartu Wartawan Utama Dewan Pers 2017 itu menggelar pameran Retrospeksi 40 Tahun Berkarya: Among Jiwo, di Museum Nasional, 2022.

Baca juga:  Kisah Seniman A.D. Pirous

Ia telah belasan kali pameran tunggal di berbagai tempat, diantaranya Galeri Nasional, Taman Ismail Marzuki (TIM), Pusat Kebudayaan Jepang, Balai Budaya, dan Bentara Budaya Jakarta. Finalis Philip Morris Art Award tahun 2000, pernah pameran bersama dengan banyak tokoh perupa Indonesia, diantaranya Basoeki Abdullah, Nashar, Daoed Joesoef, Hardi, GM.Sudarta, dan Ipe Maaroef. (*)

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top