(L. 3 September 1938 – W. 1994/19 Syawal 1414 H)
Hasan Said lahir di Desa Gandis, Tapin Tengah, 3 September 1938. Ia dibesarkan dalam keluarga yang taat beragama. Sejak kecil ia sudah diajari mengenal tata cara melaksanakan shalat dan membaca Alquran. Tak heran, bila ia tumbuh menjadi pribadi yang rajin beribadah. Apalagi orangtuanya sangat keras dan disiplin dalam mendidik anaknya untuk menjalankan segala perintah Allah.
Sebagaimana anak-anak seusianya, Hasan Said dimasukkan ke Sekolah Rakyat. Mengetahui potensi dan kecerdasan dia, terutama daya ingatnya yang kuat dalam menghafal, begitu tamat dari SR Hasan disuruh melanjutkan pendidikan di Pesantren Darussalam, Martapura. Meski berat harus berpisah dengan keluarga, berkat dorongan dan doa orangtua, semua bisa dijalaninya. Ia dengan tekun menuntut ilmu agama. Tak hanya secara formal, juga aktif mendatangi tuan guru-tuan guru yang ada di Martapura untuk mengaji duduk.
Setelah tamat dari Pesantren Darussalam Martapura, Hasan Said kembali kampung halaman untuk menularkan ilmu yang telah diperolehnya. Di rumahnya, Desa Labung, ia membuka pengajian. Materi yang disampaikan meliputi masalah tauhid, fiqih, dan tasawuf.
Tuan Guru H. Hasan Said senantiasa membuka diri bagi siapapun yang menghajatkan untuk memberikan siraman rohani. Ia sering diundang mengisi pengajian di Desa Lawahan, Pulau Pinang, Tatakan, Binuang, Rumintin, dan Gandis. Hampir satu minggu penuh jadual ceramahnya selalu terisi.
Ia juga diminta oleh Tuan Guru H. Ali Nordin Gazali untuk membantu beliau mengajar di Madrasah Darussalam, Cangkring. Permintaan itu disanggupinya, sehingga jadilah ia pengajar di lembaga pendidikan berbasis Islam itu.
Ketika sudah menetap di Rantau, ia selalu mengikuti pengajian KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani. Dari ketika pengajian diselenggarakan di Keraton sampai pindah ke Kompleks Musalla ar-Raudhah, Sekumpul Martapura.
Karena H. Hasan Said menguasai betul tentang ilmu Nahwu dan Sharaf, banyak warga yang belajar membaca Alquran padanya. Membimbing masyarakat untuk mengaji Alquran terus dilakoninya hingga menjelang ajal. Tuan Guru Hasan meninggal dunia pada usia 63 tahun, tepatnya tanggal 19 Syawal 1414 H. Jenazahnya dimakamkan di Desa Gandis, Kecamatan Tapin Tengah. Beliau meninggalkan seorang isteri, Hj Rabiatul Adawiyah, dan empat orang anak.
Sumber Naskah: Tim Penulis LP2M UIN Antasari Banjarmasin dan MUI Provinsi Kalimantan Selatan.