Sajian Khusus pekan ini mengulas tema yang sedang tren saat ini: Sains! Akhir-akhir ini tema sains mengemuka di beranda media sosial karena setidaknya dua hal ini.
Pertama, karena serangan pandemi. Sains ditengah pandemi ini, jadi materi “debat” dengan salah satu pertanyaan pokok: apa yang harus dilakukan oleh umat beragama (bukan cuma umat Islam!) di tengah pandemi, melawan, bingung, atau pasrah?
Kedua, tema terkait sains sebagai “jalan keluar” segala macam urusan kehidupan. Sains sudah cukup menjadi sandaran hidup. Sakit tidak perlu berdoa, ilmu kedokteran akan mengatasinya. Jodoh atau tidak berjodoh itu sepenuhnya pilihan manusia, ndak masuk akal menunggu takdir Tuhan. Perilaku kita yang baik, yang buruk, yang diam, yang berusaha, semuanya bergantung sepenuhnya pada akal pikiran kita. Bumi berputar, ada malam, ada siang, ada hujan di musim kemarau, ada gempa bumi, erupsi gunung, adalah hukum alam. Orang yang menyebut-nyebut Tuhan dalam kehidupan adalah kegagalan manusia dalam menghayati kehidupannya! Itulah yang yang sedang tren, menggejala di seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia, negeri berketuhanan Yang Maha Esa. Orang-orang menyebut Richard Dawkins sebagai tokoh “ateisme baru”.
Namun Sajian Khusus ini tidak mengulas itu semua, karena beberapa tema di atas sudah naik di Alif.ID dengan tulisan yang beragama perspektif, beberapa di antaranya dimunculkan oleh Ulil Abshar Abdalla, esais agama yang terkenal itu. Dalam kesempatan ini, kami mengajukan “konten sains”, bukan tema “bunga-bunga” dalam sains. Dalam hal ini, kami menawarkan tema “ilmu optika” dengan penulis Muhammad Rodlin Billah, pelajar Indonesia yang sedang menempuh program doktoral di bidang yang kita ulas ini.
“Empat tulisan berikut ini masing-masingnya akan mencoba untuk membahas secara singkat profil empat ilmuwan muslim. Keempatnya sangat berjasa mengembangkan sains, khususnya melalui bidang fisika dan optika, yang aplikasinya dapat kita nikmati hingga masa kini,” jelas Oding, panggilan pria kelahiran Jombang 34 tahun lalu, melalui sambungan WA.
Di tengah kesibukannya sebagai mahasiswa dengan setumpuk tugas, Ketua PCI NU Jerman ini menyajikan dengan sederhana tokoh-tokoh sains dalam dunia Islam.
“Al-Kindi, Ibnu Sahal, dan Ibnu Haitsam yang mewakili ilmuwan-ilmuwan muslim dari zaman pertengahan, dan Muhammad Abdus Salam yang seorang pemenang hadiah Nobel tahun 1979 asal Pakistan mewakili ilmuwan muslim zaman kini. Saya kira empat tokoh ini bisa dijadikan permulaan untuk mengetahui hubungan antara agama dan sains. Ini tema penting, meski baru pengantar,” jelasnya.
“Salah besar jika ada pandangan bahwa tulisan-tulisan biografis yang mengulas saintis muslim cuma romantisme belaka. Menulis mereka sama sekali bukan romatisme, mirip dengan proses penulisan biografi Nabi Muhammad saw. Teorinya nyata dan telah dibuktikan, bahkan turut menjadi pemicu masa Renaissance di Eropa. Lebih jauh lagi, berbagai aplikasinya yang kita nikmati sampai sekarang ini menjadi pengakuan telak jasa-jasa mereka. Jelas terlihat bila pembaharuan sains dan teknologi yang terjadi hari ini tak akan mungkin terjadi tanpa mereka. Karena itu semangat mereka menjadi sainstis ini merupakan teladan bagi kita, bahwa agama tidak hanya sekadar berdoa, namun juga bekerja keras memperbaiki kehidupan,” jelasnya.
Selamat menikmati!