Zikir Tarekat Naqsyabandiyah bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan lisan (jahr) atau dengan sirri (qolbi). Kedua jenis zikir ini masing-masing mempunyai dasar yang diambil dari sumber hukum Islam, yakni al-Qur’an dan as-Sunnah.
Zikir jahr menggunakan media lisan untuk berzikir. Hal ini terkadang tidak mudah untuk dilaksanakan setiap waktu. Berbeda dengan zikir sirr yang menggunakan media hati sebagai sarana zikirnya, sehingga meskipun dalam keadaan berdagang sekalipun, zikir masih tetap bisa dilaksanakan (Tanwîr al-Qulûb, halaman: 508).
Dalil tentang Zikir Qolbi atau Zikir Sirri
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa zikir terbagi menjadi dua macam yaitu zikir jahr dan zikir sirri. Zikir jahr dengan menggunakan lisan, sedangkan zikir sirri dengan menggunakan hati.
Tentang dasar nash yang menguatkan keutamaan zikir sirri ini sebagaimana yang termaktub dalam Hadis berikut ini:
وَقَالَ: «وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِيْ نَفْسِكَ» أَيْ فِيْ قَلْبِكَ …. وَرَوَى أَبُوْ عَوَانَةٍ وَابْنُ حِبَّانٍ فِيْ صَحِيْحَيْهِمَا وَالْبَيْهَقِيُّ: «خَيْرُ الذِّكْرِ الْخَفِيُّ وَخَيْرُ الرِّزْقِ مَا يَكْفِيْ». وَقَالَ: «الذِّكْرُ الَّذِيْ لاَ تَسْمَعُهُ الْحَفَظَةُ يَزِيْدُ عَلَى الذِّكْرِ الَّذِيْ تَسْمَعُهُ الْحَفَظَةُ سَبْعِيْنَ ضَعْفًا» رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ. (تنوير القلوب، ص 509)
Allah berfirman: “Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu” maksud dari kata nafsika adalah dalam hatimu…. Dan diriwayatkan dari Abu Awanah dan Ibn Hibban dalam kedua kitab shohihnya, dan dari Imam Baihaqi: “Sebaik-baik zikir adalah yang samar, dan sebaik-baik rizki adalah yang cukup”.
Rasulullah bersabda: “Zikir yang tidak terdengar oleh malaikat Hafadzoh itu lebih (baik) dari zikir yang terdengar oleh malaikat Hafadzoh dengan 70 kali lipat” hadist riwayat Imam Baihaqi (Tanwîr al-Qulûb, halaman: 509).
Guru Naqsyabandi memilih zikir dalam hati, karena hati itu tempat melihat Allah yang Maha Pengampun, tempat iman, tempat sumber Rahasia dan sumber cahaya. Dengan keadaan hati yang baik, maka seluruh jasad pun baik. Sebaliknya, jika hati rusak maka seluruh jasad pun rusak. Sebagaimana hal ini dijelaskan dalam sabda Nabi SAW.
Seorang hamba tidak bisa dikatakan seorang mukmin kecuali dia mengikat hatinya atas kewajiban iman, dan tidak sah apabila beribadah tanpa disertai dengan niat (Tanwîr al-Qulûb, halaman: 508).
Lafadz Zikir Qolbi
Sebagaimana disebutkan dalam Tanwîr al-Qulûb, halaman: 511 bahwa zikir qolbi terbagi menjadi dua macam; yang pertama adalah dengan menggunakan Ismudz Dzaat dan yang kedua dengan Nafi Itsbat. Zikir Ismudz Dzaat menggunakan lafadz الله, sesuai dengan firman Allah Swt.:
إِنَّنِيْ أَنَا اللهُ (طه: 14)
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, (Qs. Thaha: 14).
قُلِ الله ثُمَّ ذَرْهُمْ فِيْ خَوْضِهِمْ يَلْعَبُوْنَ (الأنعام: 91)
Katakanlah: Allah, kemudian biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya, (Qs. al-An’am: 91).
Maqâm Zikir
Berikut ini adalah maqâm-maqâm zikir dalam tarekat:
- Lathifatul Qolbi, beRada di bawah payudara kiri dengan jarak kira-kira dua jari. Yang menjadi wilayah Nabi Adam As. Lathifatul Qolbi menjadi tempat nafsu lawwamah yang mempunyai 9 watak, yaitu;
- اللَّوَّامَة : sifat yang suka mencela terhadap orang lain
- اللَّهْوُ : sifat menyenangkan nafsu
- الْمَكَر : menipu
- الْعُجْب : memuji terhadap amal perbuatannya sendiri (meRasa dirinya yang lebih baik)
- الْغِيْبَة : sifat suka mengguncing orang lain
- الرِّيَاء : memamerkan perbuatan dirinya sendiri
- الظُّلْم : berbuat aniaya
- الْكِذْب : bohong
- الْغَفْلَة : lupa dari Allah
Tanbiih: Lathifatul qalbi ini selalu dilakukan untuk berzikir kepada Allah dengan berkah tawajjuhan para masyayikh dan anugRAh dari Allah SWT. semoga nafsu lawwamah bisa dikalahkan serta dihilangkan dengan mendapat syafaat Rasulullah SAW. Amin, amin, amin yaa Rabbal ‘alamin.
- Lathifatur Rûh, berada di bawah payudara kanan dengan jarak kira-kira dua jari, yang menjadi wilayah nabi Nuh As. dan nabi IbRahim As. Lathifatur Rûh menjadi tempat nafsu mulhimah yang mempunyai 7 watak, yaitu;
- السَخَاوَة : dermawan
- القَنَاعَة : menerima apa adanya
- الْحِلْم : sabar dan pemaaf
- التَّوَاضُع : tawadhu’
- التَّوْبَة : meminta maaf atas perbuatan yang telah dilakukan dan menyesal terhadap perbuatan yang jelek
- الصَّبْر : sabar
- التَّحَمُّل : berani menanggung ujian dan sengsara
Tanbih: Lathifatur Ruuh ini selalu dilakukan untuk berzikir kepada Allah SWT. dengan berkah tawajjuhan para masyayikh dan anugrah Allah SWT. semoga nafsu mulhimah bisa dilakukan dengan baik karena syafa’at Rasulullah SAW. Amin, amin, amin yaa Rabbal ‘alamin.
- Lathifatus Sirri, berada di atas payudara kiri dengan jarak kira-kira dua jari (jantung). Yang menjadi wilayah nabi Musa As. (tempat zikir yang menjadi alam amar nabi Musa as.). Lathifatus sirri menjadi tempatnya nafsu muthmainnah yang memiliki 6 watak, yaitu;
- الْجُوْد : dermawan terhadap semua harta yang dimiliki
- التَّوَكُل : pasRah kepada Allah SWT.
- العِبَادَة : ibadah dengan ikhlâs
- الشُّكْر : syukur atas apa yang diberikan oleh Allah SWT.
- الرِّضَا : rela dengan apa yang menjadi kehendak Allah SWT.
- الْخَشْيَة : takut melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT.
Tanbih: Lathifatus Sirri ini selalu digunakan untuk berzikir kepada Allah SWT. Dengan berkah tawajjuhan para masyayikh dan anugRAh dari Allah SWT. semoga nafsu muthmainnah bisa abadi diamalkan sehingga husnul khâtimah dengan mendapat syafa’at dari Rasulullah SAW. Amin, amin, amin yaa Rabbal ‘alamin.
- Lathifatul Khafiy, berada di atas payudara kanan dengan jarak kira-kira dua jari (paru-paru). Yang menjadi wilayah nabi Isa As. (tempat zikir alam amar nabi Isa as.). Lathifatul Khafiy menjadi tempatnya nafsu mardhiyyah yang mempunyai 6 watak, yaitu;
- حُسْنُ الْخُلُق (etika yang baik)
- اللُّطْف (mengasihi terhadap sesama)
- حَمْلُ الْخَلْقِ عَلَى الصَّلاَحِ (mengajak untuk melakukan kebaikan)
- تَرْكُ مَا سِوَى اللهِ (meninggalkan segala sesuatu selain Allah SWT.)
- الصَّفْحُ عَنْ ذُنُوْبِ الْخَلْقِ (memaafkan kesalahan sesama makhluk)
- حُبُّ الْخَلْقِ وَالْمَيْلِ إِلَيْهِمْ لِإِخْرَاجِهِمْ مِنْ طَبَائِعِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ إِلَى أَنْوَارِ أَرْوَاحِهِمْ (cinta dan senang kepada sesama makhluk untuk membebaskan mereka dari segala kebiasaan buruk dan kesenangan hawa nafsu menuju sifat malakaniyah, mahmudah, dan akhlak yang mulia).
Tanbih: Lathifatul Khafy ini selalu digunakan untuk berzikir kepada Allah SWT. Dengan berkah tawajjuhan para masyayikh dan anugrah dari Allah Swt semoga nafsu mardliyayah bisa abadi diamalkan sehingga husnul khâtimah dengan mendapat syafa’at dari Rasulullah Saw Amin, amin, amin yaa Rabbal ‘alamin.
- Lathifatul Akhfâ, berada di tengah-tengah dada, tepatnya berada diantara hati sanubari dan lathifatur Rûh. Tempat Lathifatul Akhfâ ada di ginjal. Yang menjadi wilayah Rasulullah SAW. (tempat zikir alam amar Rasulullah SAW.). Lathifatul Akhfâ menjadi tempatnya nafsu kâmilah, maksudnya nafsu yang lebih sempurna, yang memiliki 3 watak, yaitu;
- عِلْمُ الْيَقِيْن (pengetahuan yang nyata)
- عَيْنُ الْيَقِيْن (keadaan yang nyata)
- حَقُّ الْيَقِيْن (kebenaran yang nyata)
Tanbih: Lathifatul Akhfâ ini selalu digunakan untuk berzikir kepada Allah SWT., dengan berkah tawajjuhan para masyayikh dan anugrah dari Allah SWT. semoga nafsu kâmilah bisa karamah dan istiqâmah sehingga husnul khâtimah dengan mendapat syafa’at dari Rasulullah SAW. Amin, amin, amin yaa Rabbal ‘alamin.
- Lathifatun Nafsi an-Nathiqah, berada di tengah kening tepatnya di antara dua alis, yaitu berada dalam otak (pusat berpikir). Lathifatun Nafsi an-Nathiqah menjadi tempat nafsu ammarah (nafsu yang mengarah pada keburukan) yang memiliki 7 watak, yaitu;
- الْبُخْلُ (pelit atau kikir)
- الْحِرْصُ (cinta dunia)
- الْحَسَدُ (iri, dengki)
- الْجَهْلُ (bodoh)
- الْكِبْرُ (sombong)
- الشَّهْوَةُ (mengikuti kesenangan hawa nafsu yang tidak sesuai dengan syari’at)
- الْغَضَبُ (maRah karena mengikuti hawa nafsu)
Tanbih: Lathifatun Nafsi an-Nathiqah ini selalu digunakan untuk berzikir kepada Allah SWT., dengan berkah tawajjuhan para masyayikh dan anugrah dari Allah SWT. semoga nafsu amarah bisa berkurang dan musnah dengan mendapat syafa’at dari Rasulullah SAW. Amin, amin, amin yaa Rabbal ‘alamin.
- Lathifatul Jâmi’ul Badan, berada di seluruh tubuh dari hati sanubari diarahkan ke kepala, kemudian diarahkan ke seluruh tubuh yang meliputi kulit, daging, tulang, sumsum, otot, darah dan rambut yang kesemuanya itu berzikir. Lathifatul Jâmi’ul badan menjadi tempat nafsu mardhiyah yaitu nafsu yang senantiasa ridha, yang memiliki 6 watak, yaitu;
- الْكَرَمُ (dermawan)
- الزُّهْدُ (menghindari urusan duniawiyah harta benda yang tidak sesuai dengan syari’at dan menerima yang halal meskipun sedikit)
- الإِخْلاَصُ (mengatur niat yang lebih utama, melakukan kebaikan karena Allah SWT.)
- الْوَرَعُ (menjaga diri dari barang syubhat dan haram)
- الرِّيَاضَة (menjauhi perbuatan yang tidak terpuji dan melakukan perbuatan yang terpuji dan menggunakan akhlak malakaniyyah seperti khalwat menyendiri untuk beribadah, berzikir, muraqabah, tafakkur, dan terjaga (tidak tidur), lapar, diam dan berbicara yang sesuai dengan syari’at)
- الْوَفَاءُ (menepati janji baiat)
Tanbih: Lathifatul jaami’ul badan ini selalu digunakan untuk berzikir kepada Allah SWT., dengan berkah tawajjuhan para masyayikh dan anugrah dari Allah Swt semoga nafsu mardhiyyah bisa istiqâmah dan husnul khâtimah dengan mendapat syafa’at dari Rasulullah SAW. Amin, amin, amin yaa Rabbal ‘alamin.
Allah berfirman: “Aku ada dalam pecahan-pecahan hati mereka”… Lalu (seorang Salik) berzikir lathifatul qolbi. Ketika cahaya dari lathifah tersebut telah keluar dari arah pundaknya dan naik, atau dia telah merasakan getaran atau gerakan kuat, maka lalu dia membisikkan pada latifatur ruuh yang berada di bawah payudara kanan dengan jarak kira-kira dua jari.
Zikir di lathifatur ruuh, dan wuquf di hati, sebagaimana orang yang melihat dua arah dengan satu pandangan. Jika sudah terjadi gerakan pada lathifatur ruuh dan telah sibuk berzikir, maka dia bisikkan pada lathifatus sirri, yang berada di atas payudara kiri dengan jarak dua jari.
Berzikir di lathifatus sirri, dan juga wuquf di hati. Kemudian, jika lathifatus sirri telah sibuk dengan zikir, maka dia mulai bisikkan pada lathifatul khofiy yang berada di atas payudara kanan dengan jarak 2 jari. Lalu dia bisikkan pada lathifatul akhfaa, yang berada di tengah-tengah dada.
Dan jika dia telah sibuk dengannya sebagaimana sebelumnya, maka dia bisikkan pada lathifatun nafsi yang berada di antara dua mata dan dua alis beserta wuquf qolbi di seluruh zikir lathaif, lalu dilanjutkan pada lafhifatul jasad. Dengan demikian dia berzikir dengan seluruh badan setelah dia bentangkan wuquf pada seluruh anggota tubuhnya dan tempat tumbuhnya bulu.
Jika zikir telah berpengaruh pada seluruh tubuh, adakalanya dengan getaran kecil atau zikir yang berjalan di seluruh tubuhnya yang tebal. Dengan demikian, tubuhnya bagaikan hati yang bergerak dengan zikir, mulai dari bawah hingga ke atas tubuh, dan ini disebut sebagai sulthon zikir (Jâmi’ al-Ushûl fi al-Auliyâ’, halaman: 25).