Sedang Membaca
Puisi Perdamaian dari Adonis
Redaksi
Penulis Kolom

Redaksi Alif.ID - Berkeislaman dalam Kebudayaan

Puisi Perdamaian dari Adonis

Perdamaian**

Oleh: Adonis*

Saya berdiri membela perdamaian yang adil dan abadi. Lima puluh tahun hidup dalam peperangan; dalam kobaran api pertikaian yang tak kunjung padam sejak 1948, saya rasa sudah cukup!

Sebenarnya banyak kalangan dari bangsa Israel yang menghendaki perdamaian dan berusaha agar hak bangsa Palestina terpenuhi. Namun usaha mereka terbentur oleh kebijakan politik pemerintah Israel yang menampilkan politik permusuhan.

Kebijakan politik ini dengan sendirinya justru menjadi senjata bagi kaum ekstremis-radikal untuk menyerang orang-orang yang mencintai perdamaian.

Saya akan selalu mengatakan, “Tidak semua bangsa itu buruk. Hanya saja di setiap bangsa ada oknum-oknum yang berperilaku buruk.”

Oleh karena itu, kita harus berusaha membedakan antara bangsa Arab dan sistem politik Arab, antara bangsa Yahudi-Israel dan sistem politik Israel. Namun sayangnya usaha itu lagi-lagi mentok, karena kondisi yang diciptakan justru tidak mendukung kemajuan proses perdamaian.

Dan faktanya, baik di pihak Israel maupun di pihak Palestina, ada banyak kelompok ekstremis-radikal kontra perdamaian.

Ada sebuah anekdot yang cukup mewakili kondisi kita: “Seorang pecinta kebijaksanaan mengembara; mencari hakikat kebenaran. Suatu hari, dia kembali dari pengembaraannya. Dia mendapati kampung halamannya telah berubah drastis. Saat dia mencoba ‘membicarakan’ kondisi kampung bersama para penduduk, dia justru dikecam dan disebut gila.

Baca juga:  Muslim Thailand, “Kami Ingin Belajar Perdamaian dari Indonesia”

Beberapa saat kemudian, dia menyadari bahwa di kampung itu, ada sebuah sungai yang sejak dahulu dikenal sebagai sungai kegilaan. Setiap orang yang meminum airnya akan kehilangan akal.

Dan semua penduduk kampung ternyata telah meminum air dari sungai itu. Dia dianggap gila karena dia satu-satunya orang waras dalam masyarakat yang gila.

Namun kewarasannya tidak bertahan lama, karena kondisi yang dia hadapi menjadikannya terpaksa ikut meminum air dari sungai itu, sehingga dia ikut-ikutan gila.”

Seperti itulah kondisi kita saat ini, kita saling mempertaruhkan diri kita untuk bersama-sama menjadi bagian dari kegilaan yang absolut ini.

**Terjemahan bebas oleh Asmara Edo Kusuma, lulusan Universitas Al Azhar Mesir yang menulis tesis tentang Adonis.  Diterjemahkan dari teks Arab berjudul “As-Salâm”, dalam buku “Al-Huwiyyah Ghairu al-Muktamilah”.

*Adonis: penyair dari Suriah

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (1)

Komentari

Scroll To Top