Gus Dur adalah sosok yang tak pernah gagal melihat aspek humor dalam segala hal. Dalam situasi yang bagi orang lain sangat serius dan resmi pun beliau bisa menemukan dan mengemukakan hal-hal yang lucu, tapi sangat filosofis kalu mau memikirkannya. Seperti kisah ini misalnya.
Sewaktu saya memohon beliau sebagai Presiden RI untuk memberikan pidato dalam rangka Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) tahun 2000 di lapangan Sabuga ITB, beliau bercerita di depan khalayak yang banyak sekali di antaranya pasti orang-orang “serius” dan pinter-pinter,” wong namanya juga para saintis, peneliti, Profesor, dll.
Kata Gus Dur, syahdan ada seorang anak petani yang, ndilalah kersane Gusti Allah, kok bisa dapat beasiswa ke Jerman dan berhasil sampai meraih gelar Doktor di bidang bioteknologi. Sewaktu pulang kampung dia cerita kepada sang ayah yang tani kluthuk tentang betapa hebatnya kemampuan sains dan teknologi di negara yang namanya Jerman itu.
“Wah Pak’e, di sana itu sudah bisa dibuat mesin yang canggih. Seekor sapi masuk mesin itu di pintu depan, di belakang, si sapi sudah jadi corned beef, itu daging cincang yang dikalengin, siap masuk toko!” kata si anak dengan sumringah dan bangga.
Sang ayah tenang-tenang saja sambil bilang, “Alah, Nak. Kalau cuma begitu saja ngapain kamu sekolah sampai Jerman. Di rumahmu ini saja sudah jauh lebih canggih loh!”
Si anak yang Doktor biotek tentu agak kesal sama si bapak. Katanya, “Ah, njenengan ini bisa saja Pak. Emang ada kemampuan apa di sini yang bisa menyamai Jerman?”
“Loh! Bapakmu dan simbokmu ini, makan macem-macem, mulai dari kangkung, telo, nasi, ikan, tempe, dan seterusnya. Lha setelah itu, keluar kamu! Apa ndak lebih hebat dari mesin Jermanmu yang hanya bisa ngeluarin daging cincang?”
Gerrrr…. Tersipu-sipulah seluruh hadirin di lapangan Sabuga. Kata Gus Dur, “Begitulah kalau para saintis kurang berkomunikasi dengan rakyat.” (RM)
(Sumber: Buku Gus Durku Gus Dur Anda Gus Dur Kita, Penulis Muhammad AS Hikam, Penerbit Yrama Widya, 2013)