Sedang Membaca
10 Quote Gus Dur yang Mengubah Wajah Indonesia Menjadi Lebih Baik
Redaksi
Penulis Kolom

Redaksi Alif.ID - Berkeislaman dalam Kebudayaan

10 Quote Gus Dur yang Mengubah Wajah Indonesia Menjadi Lebih Baik

Tentang Siluet Negara Islam 2

Pada tanggal 4 Agustus dikenal sebagai hari kelahiran almarhum Gus Dur secara legalnya. Namun, secara faktanya, beliau lahir pada 4 Sya’ban 1359 Hijriah, bertepatan dengan 7 September 1940 Masehi. Bagi Gus Dur, perbedaan atau ada dua versi terkait tanggal lahirnya itu tidak diambil pusing. Yang jelas, bagi kami, kelahiran Gus Dur ke dunia ini merupakan anugerah bagi bangsa ini.

Di hari kelahiran versi pertama, kami menghadiahi 10 quote Gus Dur yang mampu mengubah wajah Indonesia menjadi lebih baik. Di antaranya:

1. “Tentang kecintaan, kasih sayang, penghargaan yang tulus kepada umat manusia, apa pun agama atau keyakinannya pada dasarnya sama-sama mengabdi pada manusia. Hanya ajarannya yang berbeda”.(Celoteh Gus Dur, Jakarta 2017, hal 31).

2. “Pertanyaan dasarnya adalah, sanggupkah kita sebagai bangsa mengembangkan sikap meninggikan kepentingan bersama itu dan mengalahkan kepentingan pribadi para pemimpin bangsa kita? Kemajemukan harus bisa diterima, tanpa adanya perbedaan.” (Celoteh Gus Dur, Jakarta 2017, hal 47).

3. “Kaidah fikih: tindakan dan kebijaksanaan seorang pemimpin mengenai rakyat yang dipimpin, harus terkait langsung dengan kesejahteraan mereka, merupakan sebuah rambu moral yang melarang seorang pemimpin untuk memupuk kekayaan bagi dirinya sendiri.” (Celoteh Gus Dur, Jakarta 2017, hal 64).

Baca juga:  Mengagumi kebodohan!

4. “Para pemimpin gerakan Islam seharusnya berpikir tentang bagaimana melestarikan Islam sebagai budaya, melalui upaya melayani dan mewujudkan kepentingan seluruh bangsa. Ambisi politik masing-masing akan terwujud jika ada pengendalian diri, dan jika diletakkan dalam kerangka kepentingan seluruh bangsa.” (Celoteh Gus Dur, Jakarta 2017, hal 74).

5. “Jika ‘demokrasi kelembagaan’ di masa pemerintahan Orde Baru tidak membawa pemerintahan yang benar-benar demokratis, maka ‘demokrasi prosedural’ yang berjalan di negeri kita dewasa ini juga tidak menunjukkan adanya demokrasi yang sesungguhnya. Karenanya kita masih harus menunggu sekali lagi tindakan bersama, untuk mengakhiri keadaan ‘asal-asalan’ itu untuk menjadi demokrasi yang sebenarnya.” (Celoteh Gus Dur, Jakarta 2017, hal 84).

6. “Dalam pandangan Islam: ‘orientasi seorang pemimpin terkait langsung dengan kesejahteraan rakyat yang dipimpin’. Ini berarti, Islam tidak membeda-bedakan antara kepemimpinan negara dengan kepemimpinan masyarakat, juga mengenai bentuk dan batas waktunya.” (Celoteh Gus Dur, Jakarta 2017, hal 100)

7. “Jaminan akan keselamatan fisik warga masyarakat mengharuskan adanya pemerintahan berdasarkan hukum, dengan perlakuan adil kepada semua warga masyarakat tanpa kecuali, sesuai dengan hak masing-masing.” (Celoteh Gus Dur, Jakarta 2017, hal 116).

8. “Kunci bagi tegaknya demokrasi di negeri ini adalah tegaknya kedaulatan hukum. Dan kedaulatan hukum hanya tegak kalau kita berani menjalankan peraturan-peraturan intern yang kita buat untuk kalangan kita sendiri, maupun untuk rumah tangga.” (Celoteh Gus Dur, Jakarta 2017, hal 145).

Baca juga:  Nasruddin Hoja dan Gus Dur

9. “Yang saya bela itu bukan Syiah, Ahmadiyah, Konghucu, Kristen, atau lainnya. Tetapi hak mereka untuk beribadah yang dijamin oleh Undang-Undang.” (The Wisdom of Gus Dur, Butir-butir Kearifan Sang Waskito, Penerbit Imania: 2014, hlm. 75).

10. “Nilai-nilai keindonesiaan kita adalah pencarian tak berkesudahan akan sebuah perubahan sosial tanpa memutuskan ikatan dengan masa lampau.” (The Wisdom of Gus Dur, Butir-butir Kearifan Sang Waskito, Penerbit Imania: 2014, hlm. 77).

 

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top