Universitas Al-Mustansiriyah atau di masa kekhalifahan disebut dengan Madrasah Al-Mustansiriyah adalah salah satu universitas tertua peninggalan peradaban Islam yang ada di Irak. Ia dibangun di masa Khalifah Al-Mustanshir Billah (1226-1242 M) sang penguasa Dinasti Abasiyah ke-36. Kampus ini mempunyai peranan penting dalam sejarah peradaban Islam.
Di masa lampau, universitas ini adalah bagian dari perguruan tinggi perintis di Baghdad yang mampu menyatukan pengajaran berbagai bidang keilmuan dalam satu tempat. Sebagaimana kita ketahui, madrasah atau tempat pengajaran ilmu di Baghdad pada masa itu mengajarkan ilmu tertentu secara khusus dan terpisah.
Namun, Khalifah Al-Mustanshir Billah menyatukan empat studi penting pada masa itu ke dalam satu perguruan tinggi. Keempat bidang studi tersebut adalah Ilmu Alquran, Sirah Nabawiyah, Ilmu Kedokteran dan Matematika. Ini sejarah penting dalam pendidikan yang berkembang di dunia Islam. Tak ayal, banyak pelajar dari berbagai dunia datang untuk belajar ke universitas tersebut.
Universitas yang dibangun tahun 623 H/1227 M, berada di bagian timur kota Baghdad dan terletak di tepi kiri atau timur sungai Tigris. Ia diresmikan pada tahun 631 H/1233 M.
Salah satu keistimewaan yang dimiliki Universitas Al-Mustansiriyah, adalah mengajarkan dan menyatukan empat mazhab fikih sunni, yaitu Hambali, Syafi’i, Maliki, dan Hanafi. Setiap mazhab menempati pojok (corner) berbeda-beda di Universitas Al-Mustansiriyah.
Menurut Hisham Nashabe dalam bukunya Muslim Educational Institutions, Al-Mustanshiriyah didirikan dua abad setelah berdirinya madrasah Nizamiyah. Buku tersebut menjelaskan tiga periode perkembangan Universitas Al-Mustansiriyah.
Pertama, periode peresmian tahun 631 H/1233 M sampai runtuhnya kekuasaan Dinasti Abbasiyah tahun 656 H/1258 M. Kurikulum yang diajarkan pada masa ini yang utama adalah berupa fikih empat mazhab.
Kemudian periode kedua yaitu di bawah kepemimpinan Ilkhanate dari Mongolia (1258-1337 M). Al-Mustanshiriyah yang semula ditangani oleh khalifah Dinasti Abbasiyah, berubah setelah kedatangan pasukan Mongolia di bawah pimpinan Hulagu Khan. Al-Mustanshiriyah yang berdiri gemilang berubah menjadi surut karena suasana negara yang tidak kondusif pada waktu itu.
Periode ketiga adalah sejarah al-Mustanshiriyah dari tahun 739 H/1338 M sampai masa Modern. Pada masa ini, pada tahun 739 H/1338 M kekuasaan Ilkhanate Mongolia jatuh ke tangan Timur Lank. Baghdad dikuasai oleh sultan-sultan Jalariyid pada tahun 1338-1411 M. Sehingga kegiatan pendidikan dilanjutkan dengan menggunakan literatur Persia, yang kemudian berangsur-angsur mengedepankan bahasa Arab.
Hal penting tentang pendidikan pada periode ini adalah kebijakan pemerintah yang mendorong pengajaran seni menulis, puisi, pengecatan, musik dan kaligrafi. Selain itu, kurikulum Al-Mustansiriyah juga diarahkan pada dua hal pokok, yaitu fikih dan pengetahuan keagamaan. Walapun begitu, Universitas Al-Mustansiriyah juga mengajarkan pengajaran antara ilmu pengetahuan dasar atau traditional sciences dan pengetahuan bahasa Arab, serta ilmu pengetahuan yang bersifat pemikiran atau rasional.
Dalam sejarahnya, universitas ini mempunyai peranan penting dalam sejarah peradaban Islam dan perkembangan intelektual pada waktu itu, dengan adanya penggabungan dan pengajaran empat mazhab fikih dalam satu universitas.
Kini Al-Mustansiriyah merupakan salah satu perguruan tinggi modern, yang memiliki sepuluh fakultas, dua institut dan empat pusat studi dan kajian. Selain itu, Universitas Al-Mustansiriyah juga mempunyai jaringan dengan perguruan tinggi di dunia, seperti Universitas Lebanon, Universitas Ural di Rusia, Universitas Sudan, universitas-universitas di Amerika, Jerman dan Australia.