Sedang Membaca
Khutbah Jumat: Rajab, Bulan Persiapan Menyambut Ramadan
Noor Sholeh
Penulis Kolom

Penulis pernah mengajar di SMKN 2 Jepara, dan mengabdi di Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Kabupaten Jepara. Pernah juga diamanahi menjadi Ketua MWC NU Kota Jepara. Kolom Khutbah Jumat adalah kumpulan naskah-naskah yang pernah disampaikan oleh almarhum dalam mimbar Jumat. Naskah itu kini diketik ulang supaya bermanfaat dan menjadi amal jariyah yang terus mengalir. Lahu-alfaatihah..

Khutbah Jumat: Rajab, Bulan Persiapan Menyambut Ramadan

41 hari lagi, kita akan menyambut bulan yang mulia, yaitu bulan suci Ramadan. Bulan yang sangat dirindukan oleh milyaran umat Islam di seluruh pelosok dunia. Oleh sebab itu, di sisa-sisa bulan Rajab ini, mari kita persiapkan diri kita dengan sebaik-baiknya dalam menyambut bulan yang mulia tersebut.

Mempersiapkan diri di sini adalah menyambutnya dengan hati yang suci, tazkiyatunnafs, bukan sekedar aksesoris atau perhiasan dhohiriah-nya saja yang baru, seperti peci, sarung, dan baju koko yang baru. Akan tetapi, yang perlu kita persiapkan adalah aksesoris yang menjadi kebutuhan jiwa atau bathiniyyah kita. Yakni dengan cara melakukan taubatan nasuha terhadap segala perilaku buruk yang pernah kita lakukan, lalu menghiasinya dengan amal solih. Insya Allah, kehidupan kita akan dipenuhi keberkahan oleh Allah Swt.

Sebagaimana do’a dari Rasulullah Saw., di dalam menyambut bulan suci ramadan.

اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبَ وَ شَعْبَانَ

Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban,

وَ بَلِغْنَا رَمَضَانَ

serta pertemukanlah kami dengan bulan Ramadan (HR. Al-Baihaqi dan Thabrani).

Makna berkah di dalam hadis tersebut adalah semoga kita selalu mendapatkan limpahan kebaikan dan rahmat dari Allah SWT. Sebagaimana dalam kitab Riyadus Shalihin dijelaskan bahwa barokah adalah:  “ziyadatul khair ‘alal ghair” (sesuatu yang dapat menambah kebaikan kepada sesama).

Baca juga:  Khutbah Idul Adha: Integritas Pemimpin di Tengah Pandemi dan Kisah Nabi Ibrahim

Hadirin Sidang Jum’ah Rahimakumullah

Tidak lama ini, kita dihebohkan dengan pemberitaan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 10 Tahun 2021 tentang Bidang Usaha Penanaman Modal terkait pembukaan investasi baru dalam industri minuman keras. Setelah ramai menjadi perbincangan di media sosial dan menuai protes dari berbagai ormas keagamaan seperti NU, Muhammadiyah, dan MUI, baru presiden mencabutnya.

Hal ini tentu menjadi pelajaran bagi kita bersama, bahwa segala sesuatu yang telah dilarang oleh Allah pasti akan mendapatkan bahaya dan mendatangkan kemadharatan, sepertihalnya miras, narkoba, dan sejenisnya.

Allah Ta’ala berfirman dalam QS. Al A’rof: 157,

وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ

Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik

وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ

dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk.

Sementara di ayat lain, Allah berfirman.

وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ

“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan” (QS. Al Baqarah: 195)

Nah, di dalam ayat pertama terebut, makna dari kata “khobits atau khobaits” adalah segala sesuatu yang dapat memberikan efek negatif, baik yang membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Dalam kasus miras dan narkoba, jutaan manusia telah meninggal sia-sia akibat dari mengkonsumsi barang haram tersebut. Bahkan, menurut data dari BNN, Badan Narkotika Nasional, 50 orang meninggal dunia setiap harinya. Sungguh tragis.

Baca juga:  Masjid Jamkaran dan Imam Mahdi

Sebab itu, langkah pemerintah dalam mencabut Perpres terkait investasi miras, patut kita apresiasi, demi mencegah terjadinya kemadharatan dan kerusakan moralitas bangsa yang lebih besar. Dalam kaidah fikih sudah dijelaskan bahwa “Dar’ul mafasid muqaddamun ala jalbil mashalih” (mencegah kerusakan lebih diutamakan daripada mengambil kebaikan).

Tidak hanya miras dan narkoba, di era digital seperti sekarang, tantangan-tantangan kita semakin besar. Sebagaimana fenomena akhir-akhir ini yang tersiar di media, Yakni maraknya kasus prostitusi online. Tentu, fenomena tersebut membahayakan kita bersama, terutama generasi muda. Karena generasi muda saat ini masih banyak yang labil.

Sebab itu, di bulan Rajab ini, merupakan waktu yang tepat dalam membangun generasi yang berakhlakul karimah, sebagaimana yang diajarkan kanjeng Nabi Muhammad Saw. Dan contoh yang paling sederhana meniru nabi adalah dengan mengajak anak cucu kita pergi shalat berjamaah ke masjid atau mushola secara istiqomah.

Memang, memerangi suatu keburukan tidak semudah membalikkan telapak tangan, akan tetapi, berawal dari shalat dan masjid, kita bisa membentengi mereka dengan kebaikan. Mengajarkan mereka arti kebersamaan, ketulusan, dan ketaatan dalam beribadah. Seperti makna Isra Mi’raj sendiri yang berarti “puncak” perjalanan seorang hamba menuju kesempurnaan ruhani.

Dengan demikian, semoga kita termasuk golongan orang-orang yang beruntung, tidak hanya mampu bermanfaat untuk diri kita sendiri dan keluarga kita, akan tetapi juga mampu memberikan kemanfaatan kepada orang lain. Anfa’uhum linnas. Dan semoga kita dipertemukan dengan bulan suci Ramadan, yang sebentar lagi akan tiba. Amin Amin Yaa Rabbal ‘alamin.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top