Muslimin Syairozi
Penulis Kolom

Alumnus Pondok Pesantren Langitan, Tuban, Jawa Timur. Menekuni kitab-kitab klasik. Kini tinggal di Lamongan, Jawa Timur.

Orang Zuhud dan Ahli Ibadah Bani Israel

Salah satu umat yang ada sebelum Muhammad diutus adalah umat Bani Israil. Nama umat ini sering sekali disebutkan dalam Alquran, bahkan sampai 42 kali. Allah selalu memberikan ibrah berharga setiap kali mengisahkan tentang kehidupan mereka.

Kebanyakan sejarah yang tercatat mengenai kehidupan Bani Israil adalah keburukan-keburukan yang mereka lakukan. Sangat buruk, sampai Allah mengirimkan ratusan nabi, dan banyak sekali nabi yang terbunuh di tangan mereka.

Namun, di tengah kebrobokan pekerti Bani Israil, terdapat beberapa zahidin (orang-orang yang zuhud) dan abidin (orang-orang yang ahli ibadah). Mereka bertemu dengan kanjeng Nabi pada malam isra mikraj. Saat itu nabi sempat bertanya-tanya mengenai kehidupan mereka. Kisah ini ditulis oleh Syekh Hamami Zadah dalam tafsir Yasinnya.

Pada malam mi’raj Nabi melihat puluhan anak adam. Ketika melihat beliau, mereka berkata, “Segala puji bagi Allah yang memperlihatkan wajahmu kepada kita, Hai Muhammad.”

“Siapa kalian?” Tanya Muhammad.

“Hai Muhammad, kami adalah kaum Bani Israil. Setelah Musa as meninggal, terjadilah perselisihan di antara mereka. Terjadi kerusakan yang besar, sampai hanya dalam satu waktu terbunuh empat puluh tiga nabi. Setelah para nabi dibunuh, muncul dua ratus abidin dan zahidin. Orang-orang ini gemar memerintahkan dengan kebaikan dan mencegah kemungkaran. Bani Israil juga membunuh mereka. Kerusakan demi kerusakan terus terjadi. Karenanya, kami bersegera keluar dari wilayah mereka, menuju tepi laut. Di sana, kami berdoa agar Allah menyelamatkan kami dari kerusakan itu. Saat kami berdoa dan bersimpuh, tiba-tiba muncul sebuah lubang, dan kami terjatuh ke dalamnya. Kami berada di bawah tanah selama delapan belas bulan. Setelah itu, kami keluar dan berada di tempat ini. Kami ingat Nabi isa berwasiat, ketika salah satu kalian melihat wajah Muhammad, nabi akhir zaman maka ucapkanlah salam dariku.”

Baca juga:  Kisah Sufi Unik (1): Syibl al-Madari, Makanannya Digondol Rajawali

Setelah bercerita panjang tentang tragedi yang mereka alami, mereka meminta agar Muhammad mengajarkan Alquran, shalat, puasa, shalat jumat, dan hukum syariat lainnya. Baginda Nabi pun mengajarinya. Namun, Nabi merasa heran saat melihat kondisi sekitar mereka.

“Aku melihat rumah kalian tanpa pintu, apakah sebabnya?” Tanya Nabi.

“Karena tidak ada kecurigaan di antara kami antara satu dengan lainnya,” jawab mereka.

“Aku melihat tembok rumah kalian rata, sejajar, apakah sebabnya?”

“Karena hati kami sama, tidak berselisih.”

“Aku melihat masjid kalian jauh dari rumah kalian, apakah sebabnya?”

“Sesungguhnya pahala orang yang datang ke masjid dari tempat yang jauh lebih banyak dari pahala orang yang datang dari tempat dekat.”

“Aku melihat kuburan kalian di samping pintu rumah, apakah sebabnya?”

“Agar kami bisa selalu melihatnya, sehingga tidak condong, tersibukan dengan urusan dunia, dan tidak lupa akan kematian.”

“Aku melihat kalian tidak tertawa, apakah sebabnya?”

“Sesungguhnya tertawa menjadikan hati hitam. Oleh karena itu, kami tidak tertawa.”

“Apakah kalian pernah sakit?”

“Sakit adalah pelebur dosa, sedangkan kami tidak berdosa.”

“Apakah kalian bercocok tanam?”

“Iya, kami menanam dan memasrahkannya kepada Allah sampai waktunya panen. Ketika tiba waktu panen, serempak mengumpulkannya di satu tempat dan mengambil hanya kadar kebutuhan, selebihnya kami biarkan di sana.”

Baca juga:  Spiritualitas Resolusi Jihad (1): Profetik Oriented dalam Konsep Perjuangan Hadrratussyyaikh

“Apakah kalian mempunyai hewan ternak?”

“Iya, hewan ternak kami ada di tanah lapang. Kami akan mengambilnya saat membutuhkannya, tapi hanya sekadarnya saja, dan membiarkan selebihnya di sana.”

“Aku melihat wajah kalian pucat.”

“Kami tidak sedang sakit.”

“Lalu kenapa wajah kalian pucat?”

“Ini karena takut kematian.”

“Apakah banyak yang meninggal dari kalian sebagaimana yang kita alami?”

“Iya, setiap tahun pasti ada yang meninggal.”

Demikianlah gambaran kehidupan zahidin dan abidin Bani Israil. Kehidupan yang penuh akan pelajaran berharga. Banyak kisah piluh dalam kehidupan mereka, akan tetapi juga banyak pelajaran berharga yang selalu bisa kita ambil. (RM)

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
2
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top