M. Ishom el-Saha
Penulis Kolom

Dosen di Unusia, Jakarta. Menyelesaikan Alquran di Pesantren Krapyak Jogjakarta dan S3 di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta

Persenan Lebaran Anak Kita: Mau Diapakan?

Di saat lebaran, anak-anak hingga remaja biasanya panen uang persenan atau angpau atau eidiyah. “Pecahan” uang kertas baru yang masih kaku mereka terima dari tuan rumah yang dikunjungi; atau dari orang dewasa yang berkunjung ke kediaman orang tua mereka.

Bahkan tak sedikit anak-anak yang sengaja meminta atau menagih uang persenan kepada orang yang lebih dewasa. Entah karena kepolosannya, ikut-ikutan teman sebayanya, atau karena pernah dijanjikan sebagai hadiah berpuasa yang dijalankannya.

Besaran uang kertas “pecahan” itu paling kecil 5000-an yang umumnya dibagikan dari tetangga atau “keluarga jauh” dan adakalanya 50.000-an sampai 100.000-an yang dibagikan “keluarga dekat”. Di saat-saat lebaran, rata-rata setiap anak dapat mengumpulkan uang persenan ratusan ribu sampai satu juta: Jumlah yang tidak kecil tentunya untuk uang jajan seorang anak.

Tak sedikit anak-anak penerima persenan lebaran tak mau diganggu hasil pengumpulannya itu. Termasuk pada saat orang tuanya ingin menukar uang pecahan miliknya dengan uang kertas yang nominalnya lebih besar. Mereka seakan-akan takut uang yang dikumpulkannya berkurang, dari sisi jumlah lembarannya maupun jumlah nominalnya.

Padahal tujuan orang tua menukarkan uang adalah untuk kembali dibagi-bagikan kepada saudara jauhnya atau teman-teman dekatnya. Atau kalau tidak demikian, orang tua bermaksud agar uang lembaran yang nominalnya besar tidak hilang atau habis dibuat jajan.

Baca juga:  Ser Ajem Ka Guru Ngajhi: Tradisi Orang Madura yang Tetap Lestari

Bagaimana caranya mendidik anak agar uang persenan yang diterimanya bertambah nilai manfaatnya?

Pertama, merancang uang persenan. Tradisi membagikan uang persenan ada sisi positif dan ada pula sisi negatifnya, semua tergantung orang tua/orang dewasa dalam merancang uang persenan.

Dari sisi positifnya, baik orang dewasa maupun anak lebih wellcome untuk berlebaran. Sedangkan sisi negatifnya, baik orang dewasa maupun anak dapat menimbulkan rasa kurang nyaman di saat lebaran. Misalnya keluarga itu memberikan atau diberikan persenan, tetapi keluarga yang lainnya tidak ada atau lebih kecil persenannya.

Oleh sebab itu perlu perencanaan uang persenan, berdasarkan besar-kecil nominal uangnya, jauh-dekat hubungan kekerabatan penerima persenan, serta kebiasaan-kebiasaan lebaran sebelumnya. Di samping itu sebelum berlebaran orang tua penting berpesan kepada anaknya agar tidak mengharap persenan, sebab yang terpenting adalah silaturrahimnya.

Kedua, mengelola dan memonitoring uang persenan. Dalam tradisi pemberian lebaran tersemat pesan simbolis bahwa pemberi tidak terlalu memperhatikan kebutuhan atau keinginan si penerima. Oleh sebab itu orang tua/orang dewasa harus pandai-pandai mengarahkan anak atau penerima persenan.

Sebagai contoh paling sederhana, orang tua saat mendampingi anak berkata kepada pemberinya; “jangan banyak-banyak, ya!”, “kakak yang sudah besar, gak usah, ya!” dsb. Begitu pula orang tua berkata kepada anak dan penerimanya, semisal: “Dimanfaatkan bersama yang lainnya, ya!”, “Disimpan dan ditabung ya!”, “Buat keperluan sekolah, ya!”, dsb.

Baca juga:  Tradisi Al-Azhar: Muazin Harus Tunanetra

Kalimat sederhana itu merupakan cara sederhana mendidik anak atau penerima dalam mengelola uang persenan.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top