Muhammad Aswar
Penulis Kolom

Penulis lepas. Mukim di Yogyakarta.

Zaid bin Amr, Non-Muslim yang Dijanjikan Surga

Nama lengkap beliau adalah Zaid bin Amr bin Nufail bin Abdul Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurth bin Razah bin ‘Adi bin Ka’ab bin Lu’ay. Al-Khattab, ayah Umar bin Khattab,  merupakan paman Zaid bin ‘Amr. Atau dengan kata lain, Zaid bin Amr merupakan saudara sepupu Umar bin Khattab.

Zaid bin ‘Amr hidup di zaman sebelum kenabian Muhammad. Ia telah meninggalkan penyembahan berhala dan hanya memakan sesuatu yang disembelih dengan menyebut nama Allah. Ia pengikut ajaran Nabi Ibrahim, Hanif.

Asma’ binti Abu Bakr pernah berkata, “Aku melihat Zaid bin Amr menyandarkan punggungnya di Ka’bah dan berkata, ‘wahai kaum Quraisy, demi jiwa Zaid yang berada di genggaman-Nya, tidak ada seorang pun di antara kalian yang sesuai dengan agama Ibrahim selain aku.’ Kemudian ia berdoa, ‘Ya Allah, seandainya aku mengetahui cara beribadah yang paling Engkau cintai niscaya aku akan menyembah-Mu dengannya, akan tetapi aku tidak mengetahuinya.’ Kemudian ia bersujud di atas kendaraannya.” Pada riwayat lain ditambahkan bahwa Zaid salat menghadap ka’bah dan berkata, “Tuhanku adalah Tuhan Ibrahim, agamaku adalah agama Ibrahim.”

Di saat bangsa Arab terkenal sebagai bangsa yang doyan membunuh bayi perempuan, Zaid bin Amr merupakan seorang yang membiarkan bayi perempuannya tetap hidup. Dan apabila ada orang yang ingin membunuh bayi perempuannya, maka ia berkata kepadanya:

“Janganlah engkau bunuh ia, berikan saja kepadaku, aku akan mengasuhnya.” Dan apabila anak perempuan tersebut telah dewasa, maka ia berkata kepada orangtuanya, “Kalau engkau mau, ambillah ia. Dan apabila engkau mau, biarkan dia.”

Baca juga:  Beragama, Bersiap untuk Berbeda

Dikisahkan dari Muhammad bin Ishaq bahwa sekelompok kaum Quraisy yang terdiri dari Zaid bin Amr, Waraqah bin Naufal, Utsman bin Khuwairits, dan Abdullah bin Jahsy menemui kaum Quraisy di saat perayaan penyembahan berhala. Setelah semuanya berkumpul, keempat orang tersebut menyendiri dan berkata, “Salinglah percaya dan hendaknya satu sama lain saling menyembunyikan rahasia.” Salah seorang di antara mereka berkata, “Sungguh kalian benar-benar telah mengetahui, demi Allah tidaklah kaum kalian itu mendapatkan sesuatu apapun. Mereka telah menyalahi agama Ibrahim dan menyeleweng darinya. Tidak mungkin berhala itu disembah, padahal ia tidak bisa memberikan bahaya ataupun manfaat. Maka carilah agama yang paling benar menurut kalian!”

Maka segeralah mereka keluar dari Mekkah, berpencar di penjuru bumi, mendalami agama Yahudi dan Nasrani serta seluruh agama lainnya untuk mencari agama Ibrahim yang lurus. Adapun Waraqah bin Naufal, ia masuk agama Nasrani dan mendalaminya, meneliti kitab-kitab mereka, sehingga ia mendapatkan pengetahuan yang luas dari Ahlul Kitab. Dan tidaklah dari keempat orang tersebut yang paling baik keadaannya selain Zaid bin Amr. Ia meninggalkan penyembahan berhala dan seluruh agama baik itu Yahudi, Nasrani maupun agama-agama lainnya dan hanya beragama sesuai agama Ibrahim. Ia mengesakan Allah dan mencampakkan selain-Nya. Dan ia tidak memakan hewan-hewan sembelihan kaumnya. Ia menampakkan secara terang-terangan kepada kaumnya atas keengganannya untuk mengikuti apa yang mereka lakukan.

Baca juga:  Renungan 75 Tahun Indonesia Merdeka: Sejarah Kemerdekaan Indonesia Harus Ditulis Ulang

Lantaran sering mendapat siksaan dari Khattab, Ayah Umar, Zaid keluar dari Mekkah. Khattab menugaskan beberapa pemuda Quraisy untuk menjaganya dan tidak membiarkannya kembali ke Mekkah. Zaid bin Amr tidak pernah masuk ke Mekkah kecuali dengan cara sembunyi-sembunyi.

Dari Ibn Ishaq, Zaid bin Amr telah berketetapan untuk keluar dari Mekkah, mengembara untuk mencari Agama Ibrahim. Istrinya, Shafiyyah, setiap kali melihat Zaid bangkit dan ingin keluar, ia akan menyeru kepada Khattab untuk memberitahunya. Maka keluarlah Zaid menuju Syam, mencari agama Ibrahim. Begitulah seterusnya hingga ia mendatangi Mosul dan Jazirah Arab seluruhnya. Kemudian ia kembali ke Syam dan menetap di sana. Hingga datanglah seorang Rahib dari Negeri Balqa. Seluruh ilmu yang berkenaan dengan Nasrani terkumpul padanya. Sang Rahib berkata pada Zaid, “Sesungguhnya engkau bertanya tentang agama yang engkau tidak akan mendapati seorangpun dapat membawamu kepadanya pada saat ini. Telah meninggal orang yang mengetahuinya, akan tetapi engkau dinaungi zaman munculnya seorang nabi, dan inilah zamannya.”

Diriwayatkan dari ‘Amir bin Rabi’ah, berkata, “Aku mendengar Zaid bin Amr berkata, ‘Aku menunggu seorang nabi dari keturunan Ismail, tepatnya dari Bani Muthalib. Dan aku merasa aku tidak akan dapat bertemu dengannya. Aku beriman dan mempercayainya dan aku bersaksi bahwa ia adalah seorang nabi. Bila umurmu panjang dan engkau dapat berjumpa dengannya, maka sampaikan salamku kepadanya, dan aku akan memberitahumu tentang sifat-sifatnya, sehingga tidak meragukan bagimu.’ Aku pun menyilakannya. Zaid menjelaskan bahwa, ‘Ia orang yang tidak tinggi tidak pula pendek, rambutnya tidak lebat tidak pula tipis, warna merah tidak pernah terpisah dari matanya, tanda kenabian terletak antara kedua pundaknya, namanya adalah Ahmad, negeri ini (Mekkah) adalah tempat kelahirannya dan tempat ia diutus menjadi nabi, kemudian kaumnya mengusirnya dan menentang agama yang ia bawa, hingga ia berhijrah menuju Yatsrib (sekarang Madinah) dan berkembanglah agamanya. Maka berhati-hatilah engkau, jangan sampai engkau terpedaya hingga tak mengikuti ajarannya. Sesungguhnya aku telah mengelilingi seluruh negeri untuk mencari agama Ibrahim, dan setiap orang yang aku tanyai dari kaum Yahudi, Nasrani dan Majusi berkata bahwa agama itu ada di belakangku. Dan mereka mengemukakan sifat-sifatnya sebagaimana yang aku jelaskan kepadamu. Dan mereka juga berkata tidak ada lagi nabi selainnya.’”

Baca juga:  Hoaks dalam Sudut Sejarah dan Bahayanya bagi Manusia

‘Amir bin Rabi’ah berkata, “Ketika aku masuk Islam, aku memberitahu Rasulullah tentang perkataan Zaid bin Amr dan menyampaikan salam darinya, maka Rasulullah menjawab salam tersebut dan mendoakan semoga Allah memberi rahmat dan ampunan kepadanya.”

Dari Aisyah meriwayatkan, Rasulullah bersabda, “Aku masuk surga dan melihat dua tenda besar milik Zaid bin Amr.”

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
4
Ingin Tahu
2
Senang
4
Terhibur
1
Terinspirasi
2
Terkejut
1
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top