Sedang Membaca
Seputar Amalan 10 Muharram Beserta Rujukan Dalil Hari ‘Asyura
Mustain Romli
Penulis Kolom

Warga NU yang sedang menuntaskan studi (S1) di perguruan tinggi Universitas Nurul Jadid Probolinggo, sekarang sebagai mahasantri aktif di Ma'had Aly Nurul Jadid, paiton, probolinggo dengan konsentrasi fiqh-ushul fiqh.

Seputar Amalan 10 Muharram Beserta Rujukan Dalil Hari ‘Asyura

Bulan Muharram merupakan salah satu dari empat bulan mulia selain bulan Ramadlan, meliputi bulan dan Rajab. Bulan mulia, seperti Muharram Dzulqa’dah, Muharram, Dzulhijjah hendaknya diisi dengan kegiatan-kegiatan positif karena pada bulan tersebut memiliki beberapa keutamaan termasuk dari keutamaan dari bulan Muharram terkhusus pada 10 Muharram (‘Asyura) bahwa Allah melipat-gandakan pahala amalan kebaikan pada bulan mulia.

Syeikh Abu Bakar Syatho dalam masterpiecenya (I’anatu at-thalibin) melansir dari pendapat sebagian ulama fiqh meringkas amalan 10 Muharram menjadi 12 amalan, yaitu: sholat, berpuasa, bersilaturrahim, bersedekah, mandi, bercelak, menziarahi orang alim, menjenguk orang sakit, mengusap kepala anak yatim, membahagiakan keluarga, memotong kuku dan membaca surat al-ikhlas 1000x.

وقد عدها بعضهم اثنتي عشرة خصلة، وهي: الصلاة، والصوم، وصلة الرحم، والصدقة والاغتسال، والاكتحال، وزيارة عالم، وعيادة مريض، ومسح رأس اليتيم، والتوسعة على العيال، وتقليم الاظفار، وقراءة سورة الاخلاص ألف مرة.

Artinya: “Sebagian ulama meringkas 12 amalan pada 10 Muharram, yaitu: sholat, berpuasa, bersilaturrahim, bersedekah, mandi, bercelak, menziarahi orang alim, menjenguk orang sakit, mengusap kepala anak yatim, membahagiakan keluarga, memotong kuku dan membaca surat al-ikhlas 1000x”. (I’anatu at-thalibin, 2/201-202)

Tentunya para ulama merumuskan amalan tersebut bukan hanya cuitan belaka, berikut perincian amalan di atas beserta dalil hadist ataupun pendapat para ulama:

  1. Puasa 10 Muharram (‘Asyura)

قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ « يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ ».

Artinya: “Rasulullah ditanya tentang berpuasa di hari Asyura (10 Muharram), kemudian beliau bersabda: puasa 10 Muharram dapat melebur dosa (kecil) pada tahun lalu” (Shahih Muslim, 3/167)

Ulama fiqh tidak hanya menganjurkan puasa 10 Muharram, di hari 9 Muharram juga dianjurkan untuk berpuasa selain sesuai dengan hadist nabi, anjuran berpuasa pada 9 Muharram untuk membedakan umat Islam dengan umat yahudi. (I’anatu at-thalibin, 2/301)

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَيْرٍ – لَعَلَّهُ قَالَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ – رضى الله عنهما – قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لَئِنْ بَقِيتُ إِلَى قَابِلٍ لأَصُومَنَّ التَّاسِعَ ».

Baca juga:  Nasi Liwet, Sambal Terasi, Ikan Asin, dan Riwayat Gus Dur

Artinya: “Rasulullah bersabda: Seandainya saya masih hidup tahun depan niscaya saya akan berpuasa tanggal 9 (9 Muharram”. (Shahih Muslim, 3/151)

  1. Sholat dan menghidupkan malam 10 muharram dengan ibadah

ومن صلى فيه أربع ركعات يقرأ في كل ركعة الحمد لله مرة، وقل هو الله أحد، إحدى وخمسين مرة، غفر الله له ذنوب خمسين عاما. ومن أحيا ليلة عاشوراء بالعبادة فكأنما عبد الله تعالى مثل عبادة أهل السموات السبع.

Artinya: “Barang siapa yang shalat 4 rakaat pada 10 Muharram, setiap rakaat membaca al-fatihah 1 kali dan membaca surat al-ikhlas 15 kali, maka Allah akan ampuni dosanya selama 50 tahun dan orang yang menghidupkan malam 10 Muharram dengan ibadah, maka seakan-akan dia seperti ibadahnya penduduk langit”. (I’anatu at-thalibin, 2/302)

  1. Silaturahim

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

Artinya: “Rasulullah bersabda: orang yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah menyambung silaturahmi”. (Shahih Bukhari, 13/8566)

  1. Ziarah pada Orang Alim

وقال النبي صلى الله عليه وسلم: مَنْ زَارَ عَالِما فَكَأَنَمَّا زَارَنِي.

Artinya: “Rasulullah bersabda: barang siapa menziarahi orang alim, maka ia seakan-akan meziarahiku.” (Syarah lubab al-hadist, 21)

  1. Bercelak

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَكْتَحِلُ بِالْإِثْمِدِ كُلَّ لَيْلَةٍ قَبْلَ أَنْ يَنَامَ وَكَانَ يَكْتَحِلُ فِي كُلِّ عَيْنٍ ثَلَاثَةَ أَمْيَالٍ.

Artinya: “Rasulullah bercelak dengan Itsmit (batu celak) setiap malam sebelum beliau tidur dan beliau memberikan celak pada mata beliau dengan 3 alat celak mata” (Musnad ahmad, 5/343)

  1. Menjenguk orang sakit

ومن عاد مريضا في يوم عاشوراء فكأنما عاد مرضى أولاد آدم كلهم.

Baca juga:  Maulid Tanpa Qiyam di Rawa Pening

Artinya: “Orang yang menjenguk orang sakit pada 10 Muharram maka ia seakan-akan menjenguk seluruh orang sakit”. (I’anatu at-thalibin, 2/302)

  1. Mengusap kepala atau berbuat baik kepada anak yatim

ومن مسح فيه على رأس يتيم أو أحسن إليه فكأنما أحسن إلى أيتام ولد آدم

كلهم.

Artinya: “Orang yang mengusap kepala anak yatim atau berbuat baik kepadanya pada hari 10 Muharram maka ia seakan-akan berbuat baik kepada seluruh anak yatim”. (I’anatu at-thalibin, 2/302)

  1. Bersedekah

ومن تصدق فيه بصدقة فكأنما لم يرد سائل قط.

Artinya: “Orang yang bersedekah pada 10 Muharram maka ia seakan-akan tidak akan ada peminta-minta sama sekali”. (I’anatu at-thalibin, 2/302)

  1. Mandi

ومن اغتسل وتطهر يوم عاشوراء لم يمرض في سنته إلا مرض الموت.

Artinya: “Orang yang mandi dan bersesuci pada 10 Muharram maka dia tidak akan meninggal pada tahun tersebut kecuali sakit yang mengantarkan kematian” (I’anatu at-thalibin, 2/302)

  1. Membahagiakan keluarga

(فائدة) عن أبي هريرة رضي الله عنه، قال: قال رسول الله (ص): إن الله عزوجل افترض على بين إسرائيل صوم يوم في السنة، وهو يوم عاشوراء، فصوموه ووسعوا على عيالكم فيه، فإنه من وسع فيه على عياله وأهله من ماله وسع الله عليه سائر سنته.

Artinya: “Bahwa Rasulullah bersabda: Allah telah memfardlukan pada bani Isral sehari dalam setahun yaitu puasa 10 Muharram, maka berpuasalah dan lapangkanlah (membahagiakan) keluarga kalian karena seseorang yang melapangkan keluarganya pada hari itu dengan hartanya maka Allah akan lapangkan dia setahun penuh”. (I’anatu at-thalibin, 2/302)

  1. Memotong kuku

ومن اغتسل وتطهر يوم عاشوراء لم يمرض في سنته إلا مرض الموت

Artinya: “Orang yang mandi dan bersesuci (bersih-bersih) pada 10 Muharram maka dia tidak akan meninggal pada tahun tersebut kecuali sakit yang mengantarkan kematian” (I’anatu at-thalibin, 2/302)

  1. Membaca Al-ikhlas 1000x

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ خَرَجَ إِلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ « أَقْرَأُ عَلَيْكُمْ ثُلُثَ الْقُرْآنِ ». فَقَرَأَ (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ) حَتَّى خَتَمَهَا.

Baca juga:  Macapat, Membaca Tahapan Empat dalam Diri

Artinya: “Rasulullah bersabda: Saya akan baca sepertiga al-qur’an, kemudian beliau membaca al-ikhlas sampai selesai”. (Shahih muslim, 2/200).

Pada 12 amaliyah ini tidak terkhusus pada 10 Muharram dan tidak semuanya berasal dari hadist shahih, sebagian berasal dari hadist dhoif bahkan maudlu’ (palsu) ada pula dengan pendapat ulama, kecuali dua amalan yang terkhusus pada 10 Muharram yaitu berpuasa dan membahagiakan keluarga, sebagaimana pendapat ini yang dikemukakan oleh Syeikh Abu Bakar Syatho. (I’anatu at-thalibin, 2/302).

Kendatipun demikian mengerjakan beberapa macam ibadah dan kebaikan pada hari ‘Asyura boleh-boleh saja bahkan sangat dianjurkan karena hari Asyura’ merupakan bulan Muharram yang mana Allah melipat-gandakan pahala pada hari tersebut. (Tafsir Ar-Razi, 8/17). Kebolehan yang dimaksud dengan syarat selama tidak meyakini bahwa hal itu dicontohkan dan diperintah secara khusus oleh nabi, namun untuk mengikuti para ulama salaf kecuali yang bersumber dari hadist shahih sebagaimana yang sudah dipaparkan di atas.

ومعنى الحرم : أن المعصية فيها أشد عقاباً ، والطاعة فيها أكثر ثواباً

Artinya: “Makna dari bulan haram, bahwa kemaksiatan akan dilipatkan siksaannya dan ketaatan (kebaikan) akan dilipat-gandakan pahalanya”.

Terkait kebolehan mengamalkan amalan di sebuah hari bukan dengan dalil khusus, namun dengan dalil umum yang sehingganya hal itu tidak bisa dianggap sebagai bid’ah yang dicela, hal ini sebagaimana dinashkan oleh Ibn Hajr.

وَالْمُرَاد بِقَوْلِهِ ” كُلّ بِدْعَة ضَلَالَة ” مَا أُحْدِث وَلَا دَلِيل لَهُ مِنْ الشَّرْع بِطَرِيقِ خَاصّ وَلَا عَامّ.

Artinya: “Maksud hadist Nabi setiap bid’ah adalah sesat, ialah hal-hal baru yang tidak memiliki dalil, baik secara dalil khusus atau dalil umum”. (Fath al-bari, 20/330).

Wa Allahu A’lam.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top