Sayyid Ja’far Shodiq Sunan Kudus menjadi salah satu inspirasi tokoh muslim moderat. Ajaran-ajaran yang ditinggalkan mengenalkan tentang semangat mencari ilmu, kasih sayang, kerukunan dan toleransi antar umat beragama. Hingga saat ini, ajaran itu masih dapat dirasakan dengan baik. Para generasi penerusnya juga ikut serta mempertahankan spirit ajaran Kanjeng Sunan Kudus.
Dikenal sebagai ulama ahli fiqh, Sunan Kudus melatih kita tentang menjalankan syariat agama sesuai dengan kemantapan dan pemahaman. Fiqh di tangan Sunan Kudus menjadi ilmu yang dapat dijadikan pegangan hidup yang fleksibel. Artinya, hidup beragama Islam tidak harus melulu kaku tanpa tawar-menawar.
Kemantapan beribadah salah satunya dengan bekal ilmu fiqh—yang oleh sebagian diterjemahkan menjadi sah dan tidak sah. Sehingga fiqh ikut serta mendorong rasa puas terhadap nilai keabsahan ibadah. Pemahaman yang demikian inilah yang disebut sebagai ilmu pengetahuan terhadap nilai syariat Islam.
Sunan Kudus melahirkan gagasan-gagasan tentang fiqh Islam yang memberikan ruang dialog agama dan budaya. Dari situ kemudian pengembangan ilmu-ilmu lainnya ikut menyertai. Yakni ilmu yang menguatkan prinsip keislaman dan ilmu-ilmu non-agama yang menyertai. Bekal kecintaan kepada ilmu inilah yang akan menjadikan wawasan pengetahuan menjadi semakin luas dan dengan mudah orang menjadi moderat.
Sunan Kudus juga dikenal sebagai pemimpin agama yang menyebarkan kasih sayang. Dipahami juga bahwa Sunan Kudus menjadi pemimpin politik yang menerapkan strategi ramah senyum. Prinsip dakwah santun dan strategi politik merangkul berbagai juga dijalankan. Maka tidak susah baginya untuk mengajak Pangeran Poncowati dan Kyai Telingsing untuk ikut serta mendakwahkan Islam di Kudus.
Sikapnya yang merakyat, membuat Sunan Kudus selalu mengedepankan ajaran kerukunan. Rukun bagi Sunan Kudus dijadikan semangat spirit untuk memperkuat agama dan kekuatan politik. Agama akan kuat jika agamawan saling rukun. Termasuk para pemeluk agama dan rakyat juga diwajibkan untuk guyub rukun.
Bahkan ajaran kerukunannya tidak hanya rukun seagama, tetapi rukun lintas agama dan kepercayaan. Makanya, semangat toleransi beragama bagi Sunan Kudus menjadi kunci utama kekuatan Islam. Ajaran Sunan Kudus tentang haramnya menyembelih sapi, bangunan gapuro Masjid, piring keramik China dan akulturasi budaya peninggalan Kudus memiliki pesan nyata tentang moderasi beragama.
Belajar dari ajaran-ajaran Sunan Kudus yang demikian, ada empat model moderasi yang dikedepankan olehnya: Pertama, moderasi ilmu pengetahuan. Sunan Kudus selalu memegang prinsip tentang pentingnya mencari ilmu dan memperluas ilmu pengetahuan. Ilmu yang dicari dan diamalkan dapat dijalani secara baik jika ilmu tidak berdiri sendiri-sendiri tapi harus disatukan. Kesatuan ilmu inilah yang memoderasi ilmu pengetahuan dengan melahirkan ahli-ahli ilmu yang moderat dan ramah.
Kedua, moderasi beragama. Sunan Kudus mengajarkan banyak hal tentang cara beragama yang tidak kaku dan menjadikan agama sebagai bagian dari kehidupan nyata. Agama bagi Sunan Kudus tidak hanya sekedar penghambaan pada Allah. Tapi agama diterjemahkan secara luas sebagai perilaku manusia yang ikut serta menghormati manusia dan alam semesta. Ada tugas vertikal dan horizontal dalam agama—manusia dengan Allah dan manusia dengan sesame manusia dan alam semesta.
Dan ketiga, moderasi sikap. Selama manusia masih hidup di dunia, maka akan selalu berhadapan dengan orang lain. Dan dalam perjalanan waktu, interaksi sosial itu sangat terkait dengan sikap hidup. Sunan Kudus mengajarkan tentang sikap hidup manusia agar selalu berfikir cerdas dan moderat. Moderasi sikap ini banyak dicontohkan oleh Sunan Kudus kepada para pengikutnya.
Sebagai kampus yang memakai nama Walisongo, UIN Semarang sangat perlu menguatkan pola moderasi yang dibangun oleh Sunan Kudus. Tentunya tugas semacam ini tidak mudah. Spirit moderasi yang disiarkan oleh Sunan Kudus dapat dijalankan dengan cara penguatan ilmu pengetahuan, toleransi beragama dan sikap akademik.
Kampus plat merah bernafaskan keislaman memiliki tugas mempertahankan nilai agama. Namun di sisi lain, harus ikut mendorong kemajuan-kemajuan ilmu sains. Visi unity of sciences dapat tercapai dengan baik jika filosofi ajaran Sunan Kudus diterapkan dalam model roadmap Tridharma Perguruan Tinggi.
Sunan Kudus meneguhkan semangat pendidikan dan pengajaran secara metodologis serta kajian-kajian keilmuan yang berbasis pada riset. Dalam bidang pengabdian kepada masyarakat, Sunan Kudus menekankan tentang keikhlasan. Semangat para waliyullah ini perlu dijaga dengan baik, agar ke depan UIN Walisongo Semarang tidak tercerabut dari akar-akar falsafah para Walisongo.*)