Habib Umar, di samping sangat alim dalam banyak ilmu, beliau juga memiliki keahlian merangkai kalimat dalam bentuk nazam, syair maupun natsar yang bersajak dalam bahasa Arab. Bisa Anda amati dalam salah satu karyanya Adl-Dliya’ Al-Lami’ (berisi maulid). Bisa juga Anda perhatikan dalam ceramahnya yang tersusun dengan rangkaian kalimat yang sastrawi.
Karya beliau yang satu ini berbeda, beliau tidak memakai bahasa majaz yang tinggi, kinayah (tidak langsung, memerlukan penjelasan), atau ilmu sastra Arab lainnya. Beliau menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Namun penuh dengan gudang dalil, Alquran, hadis dan atsar (dalam KBBI tertulis ‘asar. Secarfa istilah berarti kalimah sahabat Nabi) .
Nama kitabnya adalah Mahiyatu At-Tasawwuf Wa Simaatu Ahlihi (Hakikat Ilmu Tasawuf dan Tanda-Tanda Ulama Tasawuf). Nama kitab yang langsung, to the point. Biasanya para ulama Arab menggunakan dua atau tiga kalimat sebagai judul pembuka, lalu di bawahnya disebut muatan ilmunya yang disesuaikan dengan sajak. Misalnya:
فتح الباري على شرح صحيح البخاري . فتوحات الوهاب على فتح الوهاب . إعانة الطالبين بشرح فتح المعين .
Tanda-tanda ulama tasawuf
Habib Umar menjelaskan beberapa tanda ulama tasawuf:
1. Mengetahui Alquran dan hadis
2. Mementingkan hati dan sifat-sifat hati
3. Ikhlas
4. Jujur
5. Tawaduk hati
6. Mengetahui keutamaan bagi ahlinya (Habib Soleh Al Jufri menerjemahkan menghormati kelebihan orang lain)
7. Banyak berzikir kepada Allah
8. Memberi penjelasan yang baik dan meninggal perdebatan
9. Membalas keburukan dengan kebaikan
10. Cinta dan mendahulukan hak Allah dibanding dengan lainnya
Ulama tasawuf digambarkan oleh Habib Umar sebagai seseorang yang telah mencapai (hasil) buah bagusnya beramal dan menghias diri dengan sifat-sifat yang telah diperintahkan oleh Allah, baik secara karakter jiwa yang mendalam (dzauq) maupun perilaku nyata (hal. 3)
Di akhir tulisan kitab beliau menegaskan: Jika ada hal-hal yang bertolak belakang dengan subtansi tasawuf dan tanda-tanda ulama tasawuf di atas, maka ia bukanlah menggambarkan sosok tasawuf sama sekali (hal. 33)
Terima kasih, Kiai Ma’ruf. Pinter sungguh Panjenengan. Senang saya