Ma'ruf Khozin
Penulis Kolom

Alumni pesantren Al-Falah Ploso Mojo Kediri. Aktif mengisi ceramah umum.

Menangkap Ceramah Habib Luthfi

Baru semalam ini saya mengikuti pengajian Maulana Habib Luthfi bin Ali bin Hasim Bin Yahya (Bin Yahya ini adalah salah satu marga dari Dzuriyah Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, sama seperti al-Haddad, Assegaf, Alaydrus dan sebagainya), secara live dan tuntas. Hampir satu jam sejak 22.30 hingga 23.30 beliau menyampaikan banyak ilmu, mutiara hikmah dan sebagainya.

Tidak sama dengan penceramah lain, Habib Luthfi hanya menyebut secara umum para Habaib dan Kyai. Namun giliran menyebut aparat pemerintahan beliau sebut mulai Bupati, Pak Camat, Kapolres, Kapolsek, Danramil, hingga kepala desa dan aparatur yang lain. Saya kira sudah maklum karena kecintaan beliau kepada Negeri ini dan orang-orang yang terlibat dalam melayani Bangsa.

Hampir semua riwayat yang disampaikan oleh Maulana Habib Luthfi berkaitan dengan sejarah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam selalu terselip makna:

1. Ajaran Islam Ahlussunah yang langsung mengerucut kepada NU, Mbah Hasyim Asy’ari dan lainnya.
2. Kecintaan kepada tanah air.
3. Perdamaian
4. Persatuan Bangsa.

Khusus yang terakhir ini beliau mengisahkan tentang peletakan Batu Kakbah atau Hajar Aswad:

ﻋَﻦْ ﻋَﻠِﻲِّ ﺑْﻦِ ﺃَﺑِﻲ ﻃَﺎﻟِﺐٍ. ﻗَﺎﻝَ: ﻟَﻤَّﺎ اﻧْﻬَﺪَﻡَ اﻟْﺒَﻴْﺖُ ﺑَﻌْﺪَ ﺟُﺮﻫﻢ ﺑَﻨَﺘْﻪُ ﻗُﺮَﻳْﺶٌ، ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﺃَﺭَاﺩُﻭا ﻭَﺿْﻊَ اﻟْﺤَﺠَﺮِ ﺗَﺸَﺎﺟَﺮُﻭا ﻣَﻦْ ﻳَﻀَﻌُﻪُ

Dari Ali bin Abi Thalib, beliau berkata: “Ketika Kakbah mengalami roboh setelah Kabilah Jurhum, maka dibangun oleh kabilah Quraisy. Ketika akan meletakkan Hajar Aswad, mereka berbeda pendapat siapa yang layak meletakkan Batu tersebut.

Baca juga:  Ahli Ibadah Bodoh dan Alim tapi Fasik

ﻓَﺎﺗَّﻔَﻘُﻮا ﺃَﻥْ ﻳَﻀَﻌَﻪُ ﺃَﻭَّﻝُ ﻣَﻦْ ﻳَﺪْﺧُﻞُ ﻣِﻦْ ﻫَﺬَا اﻟْﺒَﺎﺏِ، ﻓَﺪَﺧَﻞَ ﺭَﺳُﻮﻝُ اﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻣِﻦْ ﺑَﺎﺏِ ﺑَﻨِﻲ ﺷَﻴْﺒَﺔَ

Mereka sepakat bahwa yang meletakkan adalah orang yang pertama kali masuk ke pintu Kakbah, ternyata Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang masuk dari pintu Bani Syaibah

ﻓَﺄَﻣَﺮَ ﺑِﺜَﻮْﺏٍ ﻓﻮﺿﻊ اﻟْﺤَﺠَﺮَ ﻓِﻲ ﻭَﺳَﻄِﻪِ ﻭَﺃَﻣَﺮَ ﻛُﻞَّ ﻓَﺨْﺬٍ ﺃَﻥْ ﻳَﺄْﺧُﺬُﻭا ﺑِﻄَﺎﺋِﻔَﺔٍ ﻣِﻦَ اﻟﺜَّﻮْﺏِ ﻓَﺮَﻓَﻌُﻮﻩُ ﻭَﺃَﺧَﺬَﻩُ ﺭَﺳُﻮﻝُ اﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻓﻮضعه

Rasulullah memerintahkan mengambil kain, lalu Hajar Aswad diletakkan di tengah. Nabi memerintahkan masing-masing pemimpin suku untuk memegang dari kain tersebut, kemudian mereka mengangkatnya. Nabi pun mengambilnya dan meletakkan di sudut Kakbah (Al-Bidayah Wa An-Nihayah 2/366)

Riwayat ini menurut Maulana Habib Luthfi mengisyaratkan bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam ingin menyatukan komponen bangsa, menghilangkan permusuhan dan perbedaan pendapat. Tidak hanya berlaku bagi Nabi dan bangsa Arab, namun tetap menjadi teladan bagi bangsa kita hari ini.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top