Lubabah adalah pelaku wara’ (kehati-hatian) dan nusuk (kepertapaan). Ahmad [‘Abdullah] ibn Muhammad dari Antiokia meriwayatkan dari Ahmad ibn Abi al-Hawari, bahwa Ahmad ibn Muhammad menuturkan: Lubabah berkata:
“Aku malu jikalau Allah Swt melihatku sibuk dengan yang selain Dia setelah aku mengenal-Nya.”
Ahmad ibnu Muhammad juga mengisahkan bahwa Lubabah berdedah: “Pengetahuan ihwal Tuhan melahirkan cinta kepada-Nya; cinta kepada-Nya melahirkan kerinduan kepada-Nya; kerinduan kepada-Nya melahirkan keakraban dengan-Nya, dan keakraban kepada-Nya melahirkan keteguhan dalam mengabdi kepada-Nya, dan menaati hukum-hukum-Nya.”
Sumber: Abu ‘Abdurrahman as-Sulami, Early Sufi Women (Fons Vitae, Louisville, Kentucky, USA, 1999). Dialihbahasakan oleh Rkia F. Cornell, dari kitab Dzikr an-Naswah al-Muta’abbidat ash-Shufiyat.
Bisa menuliskan tentang korelasi tasawwuf dan fiqh..?