Hukaymah adalah guru dan sahabat Rabi’ah [binti Ismail]. Ia berlatar belakang sosial dari kalangan perempuan bangsawan Suriah. Abu Ja’far Muhammad ibnu Ahmad ibnu Sa’id ar-Razi meriwayatkan dari al-‘Abbas ibnu Hamzah, bahwa Ahmad ibnu Abi al-Hawari menuturkan bahwa istrinya, Rabi’ah [binti Ismail] mengatakan kepadanya:
Aku masuk ke kamar Hukaymah ketika ia sedang membaca Alquran dan ia berkata kepadaku, “Wahai Rabi’ah! Aku mendengar bahwa suamimu menikah lagi.
“Ya,” aku menjawab, “Bagaimana mungkin?” ia berkomentar. “Aku telah mendengar bahwa kemampuan akalnya baik sekali. Jadi, bagaimana mungkin hatinya dipalingkan oleh dua orang perempuan? Apakah engkau belum pernah mendengar tafsir ayat ini: Kecuali orang yang datang kepada Allah Swt dengan hati yang bersih [QS 26 (asy-Syu’ara’), 89]?
“Belum,” aku menjawab.
Hukaymah lantas mendedahkan, “Ayat ini berarti bahwa manakala orang menemui Tuhan, tidak boleh ada sesuatu pun dalam hatinya selain Dia.” Abu Sulaiman [ad-Darani] berujar, “Dalam waktu tiga puluh tahun, aku belum pernah mendengar ucapan yang lebih utama tinimbang ini.”
Rabi’ah mengatakan: “Tatkala aku mendengar kata-katanya itu, aku pun keluar dengan terhuyung-huyung ke jalan. Aku malu kalau-kalau ada orang yang melihatku dan mengira aku mabuk.”
Ahmad [ibnu Abi al-Hawari] berkata, “Demi ayahku! Hal ihwal ini adalah mabuk sejati!”
Sumber: Abu ‘Abdurrahman as-Sulami, Early Sufi Women (Fons Vitae, Louisville, Kentucky, USA, 1999). Dialihbahasakan oleh Rkia F. Cornell, dari kitab Dzikr an-Naswah al-Muta’abbidat ash-Shufiyat.