Sedang Membaca
Sederet Nama Penulis Perempuan yang Berkontribusi terhadap Pendidikan Literasi di Lingkungan Pesantren

Alumni Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta ini berdomisili di Jakarta dan kini menjadi founder Ibuku Content Creator.

Sederet Nama Penulis Perempuan yang Berkontribusi terhadap Pendidikan Literasi di Lingkungan Pesantren

Whatsapp Image 2023 05 13 At 05.42.38

Sebagai seorang santri, saya sangat menyukai perkembangan pendidikan literasi yang progresif di lingkungan pesantren saat ini. Mengapa tidak? Saat di pesantren, kebanyakan santri baik putra maupun putri tentunya terbiasa mengaji al-Qur’an dan mengkaji kitab kuning diantara padatnya jadwal harian pesantren.

Namun untuk mengikuti kelas menulis yang biasanya cenderung masuk dalam kegiatan ekstrakulikuler sekolah dan tidak bisa diikuti oleh semua santri karena dibatasi oleh peminatan maupun kuota agar ekstrakulikuler lainnya mendapatkan jumlah peserta didik. Maka, tidak semua santri dapat terbiasa menuliskan pengalaman maupun praktik baik selama hidup di dalam lingkungan pesantren.

Oleh sebab itu, hal inilah yang menyebabkan tidak sedikit pula masyarakat bertanya-tanya tentang bagaimana kehidupan di dalam pesantren. Namun dengan hadirnya penulis-penulis perempuan yang lahir dari lingkungan pesantren yang menuliskan sepenggal pengalaman dan ilmu yang didapat dari kehidupan di pesantren membuat masyarakat dapat melihat dibalik tabir yang selama ini nampak tertutup.

Berikut adalah beberapa penulis perempuan yang saat ini berkontribusi terhadap perkembangan pendidikan literasi yang progresif di lingkungan pesantren:

Masriyah Amva

Nyai Hj. Masriyah Amva adalah seorang ulama perempuan, penulis, sekaligus pimpinan Pondok Pesantren Jambu al-Islamy, Babakan, Ciwaringin, Cirebon. Langkahnya menjadikan pesantrennya sebagai venue Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) pertama pada tahun 2017 menjadikan perkembangan pendidikan literasi yang progresif khususnya di lingkungan pesantren terkait pemahaman gender di dalam Islam.

Baca juga:  Ketika Mata Laki-Laki Bernama Imam Syafi’i Membaca Perempuan 

Pendidikan gender yang ia dapati pertama kali berasal dari orang tuanya yaitu al-maghfurlah Hj. Fariatul ‘Aini dan juga al-maghfurlah KH. Amrin Khanan. Kedua orang tuanya mendapati kenyataan bahwa keturunan mereka lebih banyak didominasi oleh anak-anak perempuan meskipun ada anak laki-laki. Oleh sebab itu Nyai Hj. Masriyah Amva dan seluruh saudaranya mendapatkan kesetaraan khususnya dalam hal pendidikan dari kedua orang tuanya.

Kini selain menjadi pemimpin di pondok pesantren, Nyai Hj. Masriyah Amva juga telah memiliki lebih dari 20 karya berupa novel maupun kumpulan puisi. Beberapa di antaranya adalah Ketika Aku Gila Cinta, Cara Mudah Menggapai Impian, dan Matematika Allah.

Khilma Anis

Khilma Anis merupakan putri dari KH. Lukman Yasir, M.Si dan Dra. Hj. Hamidah Sri Winarni, M.Pd.I yang mengawali bakat dan minat di dunia literasi melalui Majalah Susana (Suara Santri Assaidiyah) Tambakberas Jombang.

Sejak di bangku sekolah Khilma Anis terbiasa mengemban tugas kepemimpinan perempuan terbukti saat ia menjadi redaktur di majalah ELITE (Majalah Siswa Siswi MAN Tambakberas Jombang) dan juga Pemimpin Redaksi Majalah Kresiba (Kreativitas Siswa Siswi Jurusan Bahasa).

Kontribusinya dalam mengenalkan kehidupan di lingkungan pesantren melalui cerita fiksi dimulai pada novel “Jadilah Purnamaku, Ning” yang diterbitkan oleh Matapena Yogyakarta. Karya fiksinya terus berlanjut pada novel “Wigati”, dan novel “Hati Suhita” yang saat ini sudah sukses dipersunting oleh Starvision menjadi sebuah film yang akan tayang di bioskop mulai 25 Mei 2023. Film ini dibintangi oleh Nadya Arina, Omar Daniel, Anggika Bolsterli sebagai Alina Suhita, Gus Birru, dan Ratna Rengganis.

Baca juga:  Perempuan Menulis (5): Apakah Subaltern Dapat Berbicara?

Najhaty Sharma

Penulis selanjutnya adalah Najhaty Sharma yang juga menulis novel fiksi Dua Barista dan mengambil latar belakang pesantren. Menurut Najhaty, selain untuk menyalurkan hobi, berkecimpung di dalam dunia literasi dapat menjadi opsi baginya untuk menjadi media dalam menyuarakan gagasannya melalui cerita fiksi.

Selain itu, menulis adalah pilihan yang ia pilih sejalan dengan pemikiran Pramudya Ananta Tour “kamu boleh pintar setinggi langit. Tetapi kalau kamu tidak menulis, kamu akan dilupakan sejarah.”

Masih terus membuka tabir kehidupan pendidikan literasi khususnya dalam mengkaji kitab kuning di pesantren, saat ini Najhaty telah menerbitkan buku cerita anak yang berjudul Belajar Haidl itu Seru!

Bagi saya yang telah membaca buku ini, isinya tentu jauh lebih mudah dipahami oleh masyarakat khususnya anak-anak dan remaja daripada harus mempelajari kitab Risalatul Mahid walaupun tentu rujukan buku ini adalah kitab kuning tersebut.

Kepemimpinan Perempuan dan Media Islam

Menutup ulasan ini, tentunya selain para penulis perempuan di atas, kepemimpinan perempuan di dalam media islam seperti yang tengah dikerjakan oleh Zahra Amin pemimpin redaktur Mubadalah.id, Susy Ivvaty founder alif.id, Maria Fauzi pada neswa.id juga turut mengantarkan pendidikan literasi yang progresif untuk para kontributor perempuan yang menuliskan pengalaman dan praktik baik mengenai lingkungan pesantren.

Baca juga:  Penanganan Korban Kekerasan Seksual (2): Menimbang Kesiapan Aparat Penegak Hukum Dalam Implementasi UU TPKS

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top