Sedang Membaca
Gempita Maulid Nabi, dari Abu Lahab hingga Ibnu Taimiyah

Pengasuh PP. Darul Ulum Karangpandan Pasuruan, Alumni PP Darul Ulum Jombang

Gempita Maulid Nabi, dari Abu Lahab hingga Ibnu Taimiyah

masa kecil

Tahun ini, 1 Rabiul Awwal atau awal bulan kelahiran nabi, populer dengan sebutan Bulan Maulid (atau bulan Maulud, Bulan Mulud) jatuh pada hari Jumat kemarin, 8 Oktober 2021. Media sosial pun diramaikan ucapan selamat datang dan marhaban bulan kelahiran Rasul.

Sebuah fakta yang patut disyukuri, karena religiusitas dan spiritualitas keislaman netizen masih terjaga, sebagaimana semarak majelis shalawat maulid nabi yang bulan ini akan menjadi semarak menghiasi masjid, mushalla, forum-forum kultural hingga perhelatan formal di pemerintahan dan berbagai instansi bisnis bahkan para selebritis.

Kalau gempita Maulid Nabi itu adalah ekspresi cinta kepada nabi, lantas bagaimana Nabi sendiri memandang hari kelahirannya? Karena dari sikap nabi itu, para ulama akan menjadikannya sebagai titik awal dalam memberi arahan kepada khalayak. Ketika kita tak pernah bertemu nabi dan para sahabatnya, maka kepada para ulama lah kita mendasarkan semua pandangan dan amalan kehidupan sebagaimana diwariskan Nabi SAW.

Diriwayatkan dari Abu Qatadah Al-Anshari RA, Rasul ﷺ pernah ditanya mengenai puasa senin. Beliau bersabda:

فِيهِ وُلِدْتُ وَفِيهِ أُنْزِلَ عَلَيَّ (رواه مسلم)

Pada hari senin itu, aku dilahirkan dan pada hari senin pula (al-Qur’an) diturunkan kepadaku [HR Muslim]

Hari senin menjadi istimewa karena pada hari itu Rasul ﷺ dilahirkan dan beliau senantiasa mengingat kelahiran beliau dengan berpuasa. Hari senin sebagaimana hadits di atas, juga menjadi hari dimana Al-Qur’an diturunkan. Bahkan tidak berhenti di situ, Diriwayatkan dari Hanasy As-Shan’any bahwa Ibnu Abbas berkata:

ولد رسول الله صلى الله عليه وسلم يوم الاثنين ، واستنبئ يوم الاثنين ، وخرج مهاجرا من مكة إلى المدينة يوم الاثنين ، وقدم المدينة يوم الاثنين ، وتوفي يوم الاثنين ، ورفع الحجر الأسود يوم الاثنين .

Baca juga:  Warna Islam dalam Tradisi Lokal

Rasul ﷺ dilahirkan pada hari senin, diangkat menjadi Nabi pada hari senin, berhijrah dari mekkah ke madinah pada hari senin, tiba di madinah pada hari senin, beliau wafat pada hari senin dan mengangkat hajar aswad pada hari senin. [Musnad Ahmad]

Para ulama sepakat dan tidak ada khilaf bahwa Rasul ﷺ dilahirkan pada hari senin pada tahun gajah. [Zadul Ma’ad]

Imam Nawawi berkata:
واتفقوا أنه ولد يوم الاثنين في شهر ربيع الأول ، وتوفي الاثنين من شهر ربيع الأول ،

Para ulama sepakat bahwa beliau dilahirkan pada hari senin bulan Rabi’ul Awal dan beliau wafat pada hari senin bulan Rabi’ul Awal [Syarah Muslim]

Setelah kita mengetahui bahwa Rasul ﷺ telah terlahir ke dunia, dan beliau dilahirkan pada bulan Rabiul Awwal maka marilah kita berbahagia dengan kelahiran manusia paripurna, dan di bulan ini kita tambahkan semangat dan kegembiraan ini. Jika kau tidak bisa bahagia maka jangan pula kau bersedih apalagi menangis karena itu akan menyerupai perangai iblis. Imam Baqiy bin Makhlad Al-Andalusi dalam tafsirnya meriwayatkan:

أن إبليس رن أربع رنات: رنةً حين لُعن، ورنةً حين أُهبط، ورنةً حين ولد رسول الله صلى الله عليه وسلم، ورنةً حين نزلت فاتحة الكتاب.
Iblis menangis dengan suara keras sebanyak 4 kali yaitu ketika ia dilaknat Allah, ketika diturunkan (diusir dari kerajaan langit), ketika Nabi ﷺ dilahirkan dan ketika turun surat Al-Fatihah. [Al-Ahadits Al-Awaly]

Baca juga:  Arebbe: Hadiah untuk Orang yang Meninggal

Memang tidak ada hadits Rasul dan para sahabat memperingati Maulid Nabi secara definitif sebagaimana jamak dilakukan sekarang ini, namun hal ini tidak serta merta menjadi alasan untuk mengharamkan peringatan Maulid Nabi ﷺ dan menganggapnya sebagai bid’ah yang tercela karena dalam urusan halal dan haram masih harus melihat dalil-dalil agama yang lain, seperti Qiyas, Ijma’ dan pemahaman secara kontekstual terhadap dalil-dalil syar’i yang itu menjadi wilayah ijtihad seorang mujtahid. Jika semua urusan beragama dan halal-haram harus ada haditsnya niscaya kita tidak membutuhkan para imam-imam mujtahid karena anak SD saja bisa membaca dan memahaminya.

Oleh karena itulah mengapa para ulama dari berbagai madzhab tetap menganggap baik dan menganjurkan perayaan Maulid Nabi ﷺ, meskipun telah dimaklumi bahwa Nabi ﷺ dan para sahabat tidak pernah merayakan Maulid. Imam al-Hafizh Abu Syamah al-Maqdisi, guru al-Imam al-Nawawi menuliskan:

أَفْضَلُ ذِكْرَى فِيْ أَيَّامِنَا هِيَ ذِكْرَى الْمَوْلِدِ النَّبَوِيِّ. فَفِيْ هَذَا الْيَوْمِ يُكْثِرُ النَّاسُ مِنَ الصَّدَقَاتِ وَيَزِيْدُوْنِ فِي الْعِبَادَاتِ وَيُبْدُوْنَ كَثِيْراً مِنَ الْمَحَبَّةِ لِلنَّبِيِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيَحْمَدُوْنَ اللهَ تَعَالىَ كَثِيْراً بِأَنْ أَرْسَلَ إِلَيْهِمْ رَسُوْلَهُ لِيَحْفَظَهُمْ عَلىَ سُنَّةِ وَشَرِيْعَةِ اْلإِسْلاَمِ.

Peringatan paling utama pada masa sekarang adalah peringatan Maulid Nabi ﷺ. Pada hari tersebut, manusia memperbanyak mengeluarkan sedekah, meningkatkan aktifitas ibadah, mengekspresikan kecintaan kepada Nabi ﷺ secara maksimal, memuji Allah SWT dengan lebih meriah karena telah mengutus Rasul-Nya kepada mereka untuk menjaga mereka di atas Sunnah dan Syariat Islam. [al-‘Baits fi Inkaril Bida’ wal Hawadits]

Baca juga:  Menjelang Ramadan

Bahkan ulama yang keras dan banyak membid’ahkan, Ibnu Taimiyah justru merestui peringatan maulid. Beliau menulis begini: “Mengagungkan maulid dan menjadikannya sebagai (peringatan) musiman sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian masyarakat akan terdapat pahala yang besar didalamnya karena baiknya niat mereka dan pengagungan mereka kepada Rasul ﷺ. [Iqtidhaus Shirathil Mustaqim Limukhalafati Ashabil Jahim]

Pendapat Ibnu Taimiyah tersebut benar adanya. Peringatan maulid akan mendatangkan pahala yang besar, bagaimana tidak, sedangkan orang kafir saja mendapat “manfaat” dari kebahagiaannya atas maulidnya Nabi ﷺ.

Al-Hafidz Syamsuddin Muhammad bin Nashiruddin Ad-Dimasyqi menyebut dalam syairnya:
اذا كان هذا كافرا جآء ذمه * وتبت يداه في الجحيم مخلدا
أتى أنه في يوم الاثنين دائما * يخفف عنه للسرور بأحمدا
فما الظن بالعبد الذي كان عمره * بأحمد مسرورا ومات موحدا؟

Jika si kafir ini (Abu Lahab) yang dicela (dalam Al-Quran( Dan celaka kedua tangannya lagi kekal dalam neraka.
Telah diriwayatkan bahwasanya dia Diringankan adzabnya setiap hari Senin karena kegembiraannya dengan (maulid) Ahmad (Nabi Muhammad ﷺ),
Lalu Bagaimana persangkaanmu akan (balasan) seseorang yang bergembira seumur hidupnya dengan maulid Ahmad (kelahiran Nabi Muhammad ﷺ) dan dia mati dalam keadaan (Islam) mentauhidkan Allah?. [I’anatut Thalibin]

Wallahu A’lam. Semoga dengan memasuki bulan Maulid, bulan Rabiul Awwal ini, Allah SWT berkenan anugerahi kita hati yang semakin cinta kepada Nabi Muhammad ﷺ dan berusaha mengekspresikannya dengan perilaku yang diridlai Allah SWT. Aamin

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
2
Ingin Tahu
0
Senang
2
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top