China merupakan negara besar, tetapi muslim sangat sedikit. Populasi penduduk yang beragama Islam hanya sekitar 1,8 % dari seluruh jumlah penduduk. Saya sendiri bertempat tingga di kota Shna Dong yang penduduk muslimnya berjumlah 540.000 dari total penduduk 10.000.830.000.
Di kota saya, ketika masuk waktu salat, bagi Anda yang berkunjung ke sana tidak bisa mendengar azan. Dan tentu tidak bisa melihat orang-orang bergegas ke masjid. Ketika Anda lapar dan ingin mencari restoran, maka akan kesulitan mencari restoran halal; untuk mencarinya menbutuhkan waktu yang lama.
Ketika saya pertama kali datang ke Indonesia, saya sangat senang, karena setiap masuk waktu salat saya bisa mendengar azan dan melihat orang pergi ke masjid. Ketika ingin makan, tidak perlu susah mencari restoran halal, karena restoran halal ada di mana-mana. Kondisi seperti ini jauh berbeda dengan apa yang saya rasakan di China. Di China sulit mencari restoran halal dan telinga ini jarang tersentuh oleh suara azan.
Sebagai seorang Muslim China, saya memiliki tanggung jawab dan kewajiban untuk memberi tahu anda tentang beberapa karakteristik budaya muslim China. Saya ingin memberi tahu Anda sesuatu tentang pemakaman di China. Prosesnya seperti apa? Dan bagaimana? Hal ini sebagai perbandingan antara apa yang saya rasakan di China dengan apa yang saya lihat di Indonesia.
Di Cina jika ada orang yang sakaratul maut (menjelang ajal), baik tua maupun muda, maka biasanya kami menghadirkan seorang imam masjid. Di China dalam setiap masjid harus ada satu imam yang tinggal di dalamnya. Tujuannya agar kalau ada masalah atau urusan agama, bisa cepat dicarikan jawaban dari imam. Karena di China tidak semua orang muslim sehingga tidak setiap musliam bisa mengikuti tata cara yang ditetapkan Al-Quran. Oleh karena itu, seorang imam memiliki peran sangat penting dalam urusan agama; salah satunya adalah urusan kematian.
Jika ada seseorang meninggal dunia, seluruh kerabat dan teman yang ditinggalkan akan diberitahu; bahwa orang yang dicintai meninggal. Setelah mereka kumpul, mereka kemudian memandikan janazah dan lalu mengkafaninya. Setelah itu, janazah yang sudah dikafani dimasukkan kedalam “kulkas” (peti es khusus mayit) oleh keluarga, dan didiamkan selama tiga sampai 7 hari. Tujuannya untuk mempersilahkan teman, saudara, keluarga, tetangga, dan lain-lain datang untuk memberikan penghormatan terakhir.
Uniknya, ketika sanak saudara dan teman-temannya datang di hadapan janazahnya, mereka harus meratapi (harus menangis). Ini sebagai ungkapan rasa duka. Dan setiap mereka yang datang juga harus memberi uang kepada keluarga yang ditinggalkan (biasanya rata-rata sekitar 50 ribu). Pihak keluarga yang ditinggalkan akan memberi pakaian berkabung (biasanya berwarna hitam dan putih) kepada keluarga yang untuk dipakai pada saat pemakaman.
Setelah jenazah dimasukkan kedalam “kulkas”, jenazah tidak langsung dimakamkan. Anak-anaknya selama tiga atau tujuah hari tidak tidur, untuk terakhir kali menjaga dan melindungi sambil meratapinya dengn tangisan. Jenazah baru dimakamkan setelah disimpan selama tiga sampai tujuh hari. Selama tiga atau tujuh hari itu, seorang imam akan membaca Alquran untuk orang yang mati (sendirian karena terbatasnya orang yang mampu membaca Alquran). Lama baca Alquran sangat tentatif, tergantung waktu luang sang imam.
Pada hari pertama saat kematian, keluarga dan anak-anaknya akan membeli binatang ternak, domba dan ayam untuk disembelih, dan diserahkan ke masjid sebagai bentuk sedekah dari si mayit. Sedekah ini untuk siapapun yang datang ke masjid yang mau, dia boleh membawa pulang.
Setelah tiga atau tujuh hari disimpan, biasanya setelah zuhur, jenazah dibawa dan diletakkan di pintu aula masjid. Kemudian seorang imam menjelaskan keadaan orang yang meninggal kepada semua oran, lalu dimulai salat jenazah. Anak-anaknya minta maaf kepada semua orang, mewakili orang yang meninggal.
Setelah itu imam akan memimpin semua orang ke makam. Semua orang membawa peti mati es (“kulkas”) ke kuburan dan memasukkannya ke kuburan. Memasukkan tanahnya. Setalah itu imamu baca Alquran dan berdoa.
Tidak sampai di sini saja, peringatan 40 hari setelah kematian juga dilaksanakan. Bentuknya sangat sederhana, yaitu mendatangkan seorang imam masjid ke rumah untuk membaca Alquran sendirian, dan mendoakan si mayit. Tidak hanya itu, muslim China juga melaksanakan peringatan seperti ini dalam waktu-waktu tertentu, seperti setiap tahun (biasanya hanya mengundang kerabat dekat dengan mendatangkan imam masjid untuk membaca Alquran dan berdoa) dan setiap lima tahun sekali (biasanya dalam bentuk yang lebih besar, yaitu membagikan daging ke sesama muslim dan ke masjid terdekat).
Inilah tata cara pemakaman muslim China. Tentunya pemakaman seperti ini berbeda dengan tata cara pemakaman muslim di Indonesia. Sangat berbeda jauh. Upacara-upacara keagamaan Islam di China, termasuk upacara kematian, selain berlandaskan ajaran agama juga ditambah dengan warna ketionghoaan. Tapi bukankah keislaman di sini sarat dengan warna keindonesiaan atau kenusantaraaan?