Sedang Membaca
Habib, Sebuah Hadis, dan 2 Ayat Al-Qur’an
Jamaluddin Mohammad
Penulis Kolom

Tinggal di Jakarta

Habib, Sebuah Hadis, dan 2 Ayat Al-Qur’an

Timthumb 1

Percakapan kita hari-hari ini tiba-tiba mundur pada zaman tribalisme, saat darah (keturunan) menentukan status sosial seseorang sekaligus memiliki hak istimewa (privilege). Karena memiliki keturunan istimewa, semisal keturunan Nabi, yang biasa disebut habib, maka boleh melakukan apapun: melanggar etika sosial, hukum agama, hingga aturan negara.

Satu pertanyaan yang menurut saya mengandung standar ganda: apa hukumnya menghina habib? Jadi, dari pertanyaan ini seolah-olah menggiring pikira kita hanya habib yang tak boleh dihina. Padahal, dalam Islam sendiri, menghina siapa pun tak dibolehkan. Tanpa kecuali.

Di hadapan sahabat-sahabatnya, Nabi Muhammad saw pernah berjanji, “Jika Fatimah mencuri, ia sendiri yang akan memotong tangannya”.

Hadis pendek tersebut jelas menunjukkan tak ada imunitas hukum dalam Islam. Nabi Muhammad saw juga tak akan menanggung dosa-dosa yang dilakukan oleh anak keturunannya. Setiap orang menanggung dosanya sendiri-sendiri (QS. al-Isra: 13)

Namun demikian, kita juga harus adil sejak dalam pikiran. Begitu ada oknum habib berakhlak bejat, sering berbuat salah atau dosa, kita jangan serta merta menghubungkan dengan status kehabibannya. Setiap orang berpotensi melakukan kesalahan/kekhilafan (al-insan mahallu al-khata wa nisyan).

Karena itu, pernyataan (tuduhan) HRS yang menyebut Nikita Mirzani sebagai lonte adalah tuduhan serius yang merendahkan martabat kemanusiaan. Ia harus diingatkan/dihukum terlepas ia habib atau bukan. Tuduhan seperti itu bisa muncul dari siapapun.

Baca juga:  Asal-usul Panggilan Habib

Di mata pengikut fanatiknya HRS ini seolah tak tersentuh. Ia sakral dan suci melebihi kesakralan dan kesucian Al-Quran maupun Nabi Muhammad. Ketika kita mengkritik sikap, prilaku maupun perkataannya, kita dianggap menghina atau su’ul adab. Bukan kepada sosok HRS-nya melainkan kepada status kehabibannya. Jelas tidak adil dan mengandung standar ganda.

Ketika berhadapan dengan mereka, kita kerap kali disudutkan dengan satu pertanyaan umum dan mengandung standar ganda: apakah Anda menghormati habib? Saya menghormati siapa pun, termasuk habib, tapi saya tetap merasa setara dengan mereka. Setara sebagai makhluk Allah Swt. (Al-Hujurat: 13)

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
8
Ingin Tahu
5
Senang
2
Terhibur
3
Terinspirasi
3
Terkejut
2
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top