Imam Al-Ghazali dalam karyanya Sulwatul Arifin Juz, 2, hlm. 246-247, mengutip syair Sayyidah Fatimah Az-Zahra saat ia ditinggal oleh Nabi Muhammad Saw. Sayyidah Fatimah Az-Zahra tergoncang hatinya, karena menahan rasa rindu kepada Nabi Muhammad Saw.
Ketika Sayyidina Ali RA pulang ke rumahnya, ia melihat istrinya (Fatimah Az-Zahra) memandikan kedua anaknya, yaitu, Hasan dan Husain. Setelah dimandikan, rambut Hasan dan Husain disisir, dan Sayyidah Fatimah Az-Zahra mencuci baju Hasan dan Husain, dan juga menyiapkan roti yang paling bagus untuk kedua putranya tersebut.
Sayyidina Ali RA keheranan atas perilaku Sayyidah Fatimah Az-Zahra ia mengerjakan semua itu tampa sepatah katapun keluar dari mulutnya. Sampai-sampai Sayyidina Ali RA menegurnya, “Kenapa kamu lakukan semua itu, dan aku heran atas perilakumu saat ini, dari tadi kamu tidak berbicara sama sekali”.
Sayyidah Fatimah Az-Zahra menjawab, “Wahai suamiku! Aku mengerjakan hal tersebut karena aku akan pergi, sehingga anak-anakku nanti tidak mengalami kelaparan, dan aku tidak berbicara denganmu karena aku akan segera berpisah denganmu”.
Kemudian Sayyidah Fatimah Az-Zahra melantunkan sebuah syair:
إذا اشتد شوقي زرت قبرك باكيا# أنوح وأشكو لا أراك مجاوبي
Ketika rinduku semakin berat, aku datang ke kuburmu sambil menangis. Berbicara dan mengadu kepadamu tapi engkau tak sekalipun menjawab.
يا ساكن القبر علمتنى البكا # وذكرك أنساني جميع المصائب
Wahai penghuni pusara ini engkau telah mengajarkan kepadaku duka, ingatku akanmu melupakanku berbagai derita.
فان تك عني في التراب مغيبا # فما كنت في القلب الحزين بغائب
Sekalipun engkau telah menghilang dari pandangan di dalam tanah sana. Namun sungguh di hati yang berduka ini engkau takkan pernah sekali-kali dapat hilang.
Setelah Sayyidah Fatimah Az-Zahra melantunkan syair, Sayyidina Ali RA berkata, “Wahai Fatimah! Kapan engkau akan kembali dari bepergian itu”. Sayyidah Fatimah Az-Zahra menjawab, “Tidak akan kembali lagi hingga hari kiamat”. Sayyidina Ali RA menimpalinya, “Ucapanmu itu apakah wahyu? Siapa yang mengabarkanmu”.
Sayyidah Fatimah Az-Zahra menjawab, “Tadi malam aku bermimpi ayahku, dalam mimpi itu ayahku berkata, “Wahai anakku! Perjanjian itu telah ditetapkan, aku sangat merindukanmu, dan aku menunggumu”.
Setelah mendengar cerita dari Sayyidah Fatimah Az-Zahra, Sayyidina Ali RA sangat gelisah dan tanpa terasa air mata Sayyidina Ali RA bercucuran membanjiri pipinya. Beberapa hari kemudian Sayyidah Fatimah Az-Zahra meninggal dunia, Sayyidina Ali RA sangat bersedih karena ia ditinggal oleh istri tercintanya. Wallahu A’lam Bissawab.