Sedang Membaca
Memerangi Nafsu Menurut Ulama Sufi
Hosiyanto Ilyas
Penulis Kolom

Alumni Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Miftahul Ulum Bangkalan. Pernah menimba ilmu di Ponpes Attaroqqi Karongan Sampang. Pegiat Bahtsul Masail LBM NU.

Memerangi Nafsu Menurut Ulama Sufi

Syekh Abdul Qadir Isa dalam karyanya Haqaiq Anit Tasawwuf  mengulas tentang Mujahadah Anin Nafsi Watasqiyatuha (memerangi nafsu dan membersihkannya) Nafsu mempunyai sifat yang kotor dan jelek, oleh karena itu, kita wajib menghilangkannya. Karena nafsu yang kotor dan jelek bisa merusak kepribadian kita, dan bisa menjauhkan kita dari Allah SWT.

Syekh Adul Qadir Isa menyatakan, “Hukum membersihkan nafsu adalah fardhu Ain bagi setiap orang Islam, dan tidak akan tercapai untuk membersihkan nafsu, kecuali dengan bermujahadah atau memeranginya.” Oleh karena itu, bermujahadah atau memerangi nafsu hukumnya diwajibkan juga, supaya kita bisa dekat dengan Allah SWT.

Nafsu manusia bisa berubah-ubah sifatnya, perubahan tersebut sampai pada tingkatan yang paling rendah dan hina, contohnya, ketika manusia marah, dalam keadaan ia marah, maka tampak baginya sifat-sifat yang buruk yang bisa menghinakannya.

Berbeda dengan marahnya Allah, bagi Allah sah-sah saja untuk marah. Karena Allah mempunyai sifat maha pengampun, berberbeda dengan marahnya manusia yang terkadang tidak bisa mengampuni orang yang berbuat salah kepadanya.

Dan termasuk sifat nafsu yang tercela, yaitu, sombongnya seorang muslim kepada muslim lainnya. Adapun sombong terhadap orang yang sombong atau kepada orang kafir, maka hal itu, termasuk sombong yang terpuji. Karena sombong yang terpuji tetap di jalan Allah dan demi kemaslahatan agama.

Baca juga:  Manuskrip Syarah Tarekat Junaidiyyah

Untuk menghilangkan sifat nafsu yang tercela seperti, pemarah, sombong, dan lain sebagainya, jalan yang harus kita tempuh adalah mujahadah atau memerangi hafsu. Tujuannya supaya sifat nafsu yang tercela hilang dari diri kita, dan kita dapat membiasakan diri dengan sifat yang terpuji.

Selanjutnya Syekh Abdul Qadir Isa memberikan arahan kepada kita untuk memerangi nafsu, memerangi nafsu harus dari dua sisi, yaitu, secara lahir maupun batin. Memerangi nafsu secara lahir berhubungan dengan jasmani (badan) Oleh karena itu, kita harus menjaga tujuh anggota tubuh kita dari perbuatan dosa. Adapun anggota tubuh yang harus dijaga yaitu, lisan, mata, telinga, tangan, kaki, perut, dan kemaluan.

Tujuh anggota tubuh tersebut bisa berbuat dosa atau maksiat. Maksiat lisan adalah berbohong, ghibah, dan adu domba, maksiat telinga adalah mendengarkan ghibah, adu domba, dan mendengarkan suara yang diharamkan, maksiat mata adalah memandang wanita yang bukan mahram, atau melhat aurat lelaki, maksiat tangan adalah menyakiti orang lain dan mengambil hak orang lain, maksiat kaki adalah melangkah ke tempat maksat, maksiat perut adalah makan harta haram dan minum khamr, dan maksiat kemaluan adalah berzina.

Untuk melakukan mujahadah atau memerangi nafsu secara jasmani (badan) kita harus menjaga anggota tubuh yang tujuh tersebut, caranya dengan melakukan keta’atan. Lisan digunakan untuk membaca Al-Qur’an dan amar makruf nahi mungkar, telinga digunakan untuk mendengar Al-Qur’an, Hadis Nabi, nasehat dan peringatan, mata digunakan untuk memandang ulama, dan orang shaleh, tangan digunakan untuk bersalaman dengan ulama dan bersedekah, kaki digunakan untuk melangkah ke masjid dan majlis ilmu, perut digunakan untuk makan makanan yang halal, kemaluan digunakan hubungan seksual dengan tali pernikahan dengan tujuan memperbanyak keturunan.

Baca juga:  Kompetensi Seorang Mursyid dalam Tarekat

Setelah menjaga anggota tubuh yang telah disebutkan di atas, selanjutnya kita harus menjaga batin (hati) dari segala penyakit hati, seperti sombong, riya’ dan pemarah. Kita harus bersifat tawadhu’, ikhlas, dan penyabar. Apabila memerangi nafsu secara lahir dan batin telah tercapai, maka seorang hamba akan wushul (dekat dengan Allah)

Mujahadah atau memerangi nafsu adalah dasar yang harus ditempuh oleh para sufi agar ia bisa dekat dengan Allah SWT. Para ulama sufi menyatakan:

من حقق الأصول نال الوصول ومن ترك الأصول حرم الوصول

Artinya: “Barangsiapa yang melaksanakan dasar, maka dia akan memperoleh wushul (dekat dengan Allah). Dan barangsiapa meninggalkan dasar, maka dia tercegah kepada wushul (dekat dengan Allah).”

 Tampa mujahadah atau memerangi nafsu seseorang tidak akan bisa membersihkan jiwanya, (Tazqiyatun Nufus) karena mujahadah atau memerangi nafsu adalah dasar atau kunci untuk wushul (dekat dengan Allah) Wallahu A’lam Bissawab.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
0
Senang
1
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top