Sedang Membaca
Pesantren dan Pemberdayaan Ekonomi (6): Jungkir Balik Pemberdayaan Ekonomi Pesantren
Habibussalam
Penulis Kolom

Ketua Badan Ekonomi Pesantren Al Anwar 3 Sarang Rembang dan Dewan Pengurus Himpunan Ekonomi dan Bisnis Pesantren/HEBITREN Wilayah Jawa Tengah.

Pesantren dan Pemberdayaan Ekonomi (6): Jungkir Balik Pemberdayaan Ekonomi Pesantren

Pesantren dan Pemberdayaan Ekonomi: Jungkir Balik Pemberdayaan Ekonomi Pesantren (6)

Melihat geliat pemberdayaan ekonomi yang dilakukan oleh berbagai pesantren di Indonesia, hal itu memperlihatkan kepada kita betapa krusial dan potensialnya posisi pesantren dalam keikutsertaannya membangun ketahanan ekonomi nasional. Walau dalam perjalanannya sendiri bagaikan dua sisi mata uang, selain potensi dan manfaat yang diperoleh, di baliknya terdapat banyak permasalahan yang perlu dievaluasi dan dibenahi secara berkala.

Menuntut pesantren untuk melakukan perannya sebagai pusat pemberdayaan umat perlu diakui memiliki tantangan tersendiri. Dari berbagai banyak rintangan yang dihadapi pesantren untuk menyukseskan hal tersebut, setidaknya ada tiga isu utama yang harus diperhatikan.

Pertama, masalah permodalan. Salah satu problem yang dihadapi kalangan pesantren adalah persoalan finansial. Lambannya akumulasi kapital di lingkungan pondok merupakan salah satu sebab mengapa laju perkembangan usaha agak tersendat dan rendahnya surplus dan profit di sektor usaha yang tengah dikembangkan. Faktor modal juga menjadi salah satu sebab tidak munculnya usaha-usaha baru di luar sektor ekstraktif. Oleh sebab itu, jika tidak ingin program pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi bubar di tengah jalan, pemecahan dalam aspek modal ini perlu betul-betul dipikirkan sejak awal, dan seyogyanya dapat menggandeng pihak ketiga untuk dapat diajak bekerjasama.

Kedua, minimnya pendampingan. Pendampingan terhadap pesantren terkait kerja-kerja pemberdayaan ekonomi seringkali hanya dilaksanakan secara seremonial atau tidak dilakukan dengan rutin dan konsisten. Padahal pendampingan bertujuan untuk memfasilitasi proses belajar para santri yang perlu meningkatkan kapasitas dirinya. Bahkan ke depannya mediator dalam kegiatan ini berperan besar untuk pencapaian program jangka panjang, yakni untuk penguatan kemitraan baik pada usaha mikro, kecil, usaha menengah maupun unit usaha skala besar.

Baca juga:  Menanti Kabul Baru

Ketiga, penguatan kemitra-usahaan. Penguatan ekonomi atau pemberdayaan pesantren dalam ekonomi, tidak berarti mengalienasi warung-warung, pengusaha besar atau kelompok ekonomi dengan kapital kuat. Karena pemberdayaan memang bukan bertujuan untuk memarjinalkan kelompok yang lain. Justru dengan adanya pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi oleh pesantren, yang akan dicapai adalah penguatan bersama, dimana yang besar akan berkembang kalau ada yang kecil dan menengah, dan yang kecil akan berkembang kalau ada yang besar dan menengah.

Harapannya tentu tidak akan terjadi monopoli bila seluruh unit usaha dapat saling mendukung dan menjalankan persaingan secara sehat. Sebab hanya dengan keterkaitan produksi yang adil, efisiensi akan terbangun. Oleh sebab itu, melalui kemitraan dalam bidang permodalan, kemitraan dalam proses produksi, kemitraan dalam distribusi, masing-masing pihak akan diberdayakan dan akan berkembang secara simultan.

Namun demikian, pemberdayaan ekonomi pesantren juga tidak boleh menjadi yang paling dominan dalam tubuh pesantren itu sendiri. Sehingga fungsi pesantren yang lain yakni sebagai pusat keilmuan Islam tetap berjalan, dan tidak lantas terabaikan. Dengan kata lain, tugas pesantren untuk melakukan pemberdayaan intelektual, dan spiritual juga harus tetap dijaga keberlangsungannya.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top