Alumni Pondok Pesantren Gontor yang kini sedang menempuh pendidikan di Universitas Al Azhar, Cairo Mesir.

Kisah-kisah Hikmah (4): Seorang Peminum Khamr dan Pezina

Whatsapp Image 2020 08 03 At 10.51.50 Pm (3)

Syahdan suatu malam Raja Sulaiman mendadak terbangun dari tidurnya karena bermimpi buruk. Terkejut dengan apa yang ia lihat di alam mimpi, ia pun sontak membangunkan para pengawalnya, “bersiaplah! Kita akan keluar untuk melihat keadaan rakyat-rakyat kita.”

Dalam perjalanannya, terlihat jasad seorang laki-laki ditengah jalan, yang bahkan tak ada satupun orang yang mau mendekatinya, apalagi mengkafaninya dan menguburkannya. Kondisi ini membuatnya bertanya kepada orang-orang sekitar, “siapakah jasad ini?”

Seorang dari kerumunan yang ia temui akhirnya angkat bicara,

“itu adalah jasad seorang peminum khamr dan pezina. Ia tak mempunyai sanak keluarga terdekat, kecuali istrinya. Dan tak ada seorang pun yang mau menguburkannya.”

Mendengar jawaban orang itu, Raja Sulaiman pun marah lalu berkata, “bukankah ia termasuk umat Nabi Muhammad Saw?”

Karena tak ada respon dari masyarakat yang ia temui, Raja Sulaiman pun membawa jasad itu menuju istri sang mayit. Didatangi pemimpin wilayahnya yang membawa jasad si suami, perempuan itu tak dapat berkata apa-apa, melainkan hanya menangis tersedu-tersedu tiada henti.

Respon dari istri yang sangat sedih justru membuat sang raja heran, dan kemudian bertanya kepada istrinya, “kenapa kamu menangisi suamimu? Padahal ia adalah peminum khamr dan pezina.”

Istrinya pun menjawab, “sesungguhnya suamiku adalah seorang yang zuhud dan taat kepada Allah SWT, hanya saja kami belum dikaruniai anak. Meski begitu, saking sayangnya ia pada anak-anak dan orang-orang di sekitarnya agar terhindar dari kejahatan yang dipicu oleh minuman keras, ia melakukan suatu tindakan yang cukup ‘nyeleneh’. Setiap hari, ia membeli khamr dan membawanya ke rumah. Seluruh minuman itu tak ada yang ia minum, ia tumpahkan semuanya ke tanah dan kemudian ia berdo’a, “segala puji bagi Allah. Semoga aku dapat membantu menghindarkan sebagian maksiat orang-orang muslim.”

Baca juga:  Pesantren, Ilmu Hikmah, dan Perdukunan (1): Pesantren, Jawa, dan Ortodoksi Islam

Di lain waktu, ia juga pergi ke tempat wanita-wanita prostitusi dan membayar mereka dengan upah sehari penuh dengan syarat agar mereka pulang ke rumah. Kepada para wanita tadi, ia berpesan,

“segala puji bagi Allah, aku telah digerakkan untuk meringankan sebagian maksiat orang-orang muslim.”

Melihat apa yang diperbuat suaminya, sang istri sebenarnya mengalami dilema. Bahkan ia sempat berkata padanya, ‘sesungguhnya manusia hanya menilaimu dari luar saja. Nantinya ketika engkau meninggal, mungkin saja mereka tidak ada yang mau memandikanmu, mengkafanimu, menguburkanmu, dan menyolatimu. Menariknya, pasangannya menjawab enteng sambil tertawa, “Raja Sulaiman, para ulama’, para menteri, dan semua orang muslim pasti akan menyolatiku.”

Mendengar cerita panjang lebar dari istri jenazah tadi, Raja Sulaiman pun langsung tak kuasa menangis dan berkata, “demi Allah, aku adalah Raja Sulaiman, dan perkataannya sungguh benar. Dan demi Allah juga, aku akan memandikannya serta menguburkannya dengan tanganku sendiri. Bahkan aku akan segera mengumpulkan semua umat muslim di penjuru negeri ini untuk mendoakan dan menyolatinya.”

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top