Ini cerita lama dari almarhum KH Warson Munawir, kiai yang kesohor berkat kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia itu. Cerita ini saya mendengarnya sendiri, kira-kira tahun 2011 silam, di Pesantren Krapyak Jogjakarta.
“Mbah Munawir poligami. Kenapa anak-cucunya, kayaknya tidak ada yang poligami? Panjenengan juga tidak poligami. Kenapa, Kiai?”
Mendengar pertanyaan saya, Kiai Warson, hanya tertawa kecil. M. Imam Aziz, Entjeng Sobirin Najd, Imdadun Rahmat, dan Usman, siap-siap mendengarkan jawaban sang kiai.
”Suatu hari saya kumpul dengan para kiai di Jawa Timur, pada waktu itu ada Pak Alwi Shihab. Beberapa kiai yang kumpul menjalani praktik poligami,” Kiai Warson, yang waktu itu berusia 77 tahun.
”Saya bilang ke Pak Alwi. Sini Pak, duduk sama saya saja. Poligami itu nular,” Mbah Warsun tertawa berderai-derai sambil menutupi separuh mukanya. Kami juga tertawa.