Gus Dur terkenal suka mengerjakan pekerjaan-pekerjaan domestik, lebih-lebih saat awal-awal tinggal di Jakarta; tinggal di rumah kontrakan dan tidak memiliki asisten rumah tangga.
Saya lupa cerita ini dari mana, karena sudah lama sekali. Konon, Gus Dur hobi mencuci baju. Jika punya waktu longgar, Gus Dur mengerjakan dari proses awal hingga menjemur. Jika tidak punya waktu, karena deadline membuat makalah seminar atau menulis di media, atau karena ada tamu, mimimal Gus Dur ambil bagian menjemurnya.
Shohibul hikayah itu bertanya: Kenapa Gus Dur suka mencuci atau setidaknya menjemur?
“Pertama, karena Gus Dur tidak betah menyetrika baju. Sumuk. Nyetrika bukan pekerjaan ideal bagi Gus Dur yang tidak betah panas,” kata shohibul hikayah.
“Kedua, Gus Dur itu sering menemukan uang di saku celana atau bajunya. Gus Dur senang sekali kalau nemu duit di bajunya..”
Masuk akal ya cerita itu, Gus Dur memang anak tokoh dan tokoh muda yang waktu itu sederhana sekali, tidak punya pekerjaan tetap dan bukan orang yang giat mencari uang. Uang Gus Dur didapat dari menulis di media, pembicara di seminar atau mengisi ceramah.
Sudah masyhur, jika beliau punya uang, cepat habis karena dibagikan ke teman-temannya sesama aktivis NU. Kalau gak punya uang, ya gak punya sama sekali. Nah, dari sini, kita tahu Gus Dur suka mencuci atau menjemur pakaian, rupanya berharap uangnya tertinggal di saku baju atau celananya, mirip santri yang membuka seluruh kitabnya, bukan untuk belajar, melainkan mengharap ada uang di sela-selanya.