Humor Santri: Ta’aruf yang Menyesatkan

Pada suatu waktu Fulan (nama samaran) yang sudah lama mondok dan menjadi pengurus senior dimintai waktu mengajar di asrama santriwati. Sontak ini adalah pengalaman pertamanya mengajar perempuan, yang kebiasaan sebelumnya hanya mengajar di asrama laki-laki saja.

Saat tiba waktunya, ia pun berangkat dengan bekal lillahi taala untuk mengajarkan ilmu agama. Syukur-syukur bisa menemukan tulang rusuknya agar bisa menyempurnakan separuh agamanya.

Sebagaimana biasa, sebelum memulai pelajaran. Pertemuan pertama selalu diawali dengan perkenalan terlebih dahulu. Sebab memang ada maqalah santri yang mengatakan “Tak kenal, maka ta’aruf”.

Fulan : “Assalamualaikum Wr. Wb”.

Santriwati : “Waalaikumsalam Wr. Wb”. (Menjawab salam dengan suara yang kompak)

Fulan : “Nama saya Fulan, dari desa bla..bla..bla,  kecamatan bla..bla.. kabupaten bla..bla..bla.. sudah mondok sekitar 7 tahun. Sekarang sudah mahasiswa kelas akhir jurusan Hukum Keluarga. Ada yang masih ingin ditanyakan mengenai saya?”tanya Fulan kepada para santriwati.

Kemudian ada salah satu santriwati mengacungkan jari, bertanya.

Santriwati : “Ustadz, mau bertanya. Apa isi pelajaran di Hukum Keluarga itu belajar mencintai dan menerima dia apa adanya?”

Fulan : Glodyak………. (*&$&!%&!&$@)

Sambil menahan tawa, hatinya pun bergumam (pendek kali otak anak-anak sekarang)

Fulan : “Iya, nanti juga belajar melupakan masa lalu dan menerima kenyataan”.

Santriwati : “Oohh… kalau praktiknya berarti langsung menikah ya Ustazd?”

Fulan pun sedikit jengkel. Lalu fulan menjawab.

Fulan : “Iya biar bisa langsung mempraktikkan materi yang didapat. Tapi sebelum itu, harus buat buku terlebih dahulu sebagai tugas akhirnya”.

Santriwati : “Buku seperti apa Ustadz?”

Fulan : “Buku nikah”. Jawab Ustadz yang kemudian riuh tertawa. ha ha ha..