Sedang Membaca
Inspirasi dari Tukang Parkir: Ketika Selembar Koran Menampar Kesadaran
Fajrul Alam
Penulis Kolom

Penikmat kitab, puisi, dan kopi. Tinggal di Kebumen. Dapat dihubungi via IG: fajrulalam_

Inspirasi dari Tukang Parkir: Ketika Selembar Koran Menampar Kesadaran

Inspirasi dari Tukang Parkir: Ketika Selembar Koran Menampar Kesadaran

Sewaktu mengendarai sepeda motor saat perjalanan pulang dari Yogyakarta, saya mendapatkan sebuah tamparan keras dari suatu fenomena yang secara tidak sengaja terekam oleh kedua mata saya. Sebuah fenomena yang membuat saya terperanjat, tercengang, dan tersentak serta terhentak. Membuat saya menengok diri saya sendiri untuk introspeksi, refleksi, dan evaluasi. Sekalipun fenomena ini terkesan kecil dan mungkin biasa saja.

Namun, suatu kejadian yang meski kecil dan sederhana akan tampak besar dan istimewa, ketika kita dapat menemukan bunga hikmah yang terkandung di dalamnya. Masing-masing manusia sekalipun melangsungkan perjalanan bersama-sama, sejatinya perjalanan itu berbeda dan tak mungkin sama antara manusia satu dengan yang lainnya. Mereka punya versinya sendiri-sendiri dalam memaknai perjalanan dan menuai hikmah yang seringnya tersaji secara implisit dan subtil.

Pada pagi yang cerah. Di saat mengemudi sepeda motor, saya secara tiba-tiba melihat seseorang pemuda yang berbadan kurus, menggunakan jaket serupa tukang parkir. Kurang lebih berusia 30-40 tahunan dan sedang berdiri di bahu jalan, di atas trotoar. Dengan menggunakan pakaian yang kumal. Di tangannya digenggamnya selembar surat kabar. Fokus dan khusyuk dalam membaca kata demi kata serta kalimat demi kalimat yang tersaji dalam koran tersebut. Ia seolah-olah mengabaikan segala yang ada di sekelilingnya dan memilih fokus dengan bacaannya.

Baca juga:  Sufi, Tafsir Mimpi, dan Imaginasi (4)

Saya yang menatap sekilas dari atas motor, hanya bisa tertegun dan terkagum. Tersebab, melihat semangatnya dalam mencari informasi dan menambah wawasan sekaligus pengetahuan, yang dalam hal ini dengan cara membaca koran atau surat kabar. Terlebih dirinya hidup di tengah hiruk-pikuknya kota Yogyakarta yang penduduknya serba bergerak cepat dan tergesa-gesa dalam mencari kehidupan dunia, mengumpulkan pundi-pundi rupiah, dan saling berlomba-lomba meraup kekayaan dunia. Kota yang bising dan seakan-akan selalu menyajikan gemerlap dunia, dunia, dan dunia.

Meski saya merekam fenomena ini dengan sesingkat tatapan mata. Akan tetapi, potret kejadian ini masih tampak jelas dalam ingatan. Selepas persinggungan saya dengan pembaca koran di atas trotoar jalan, saya mencoba merefleksikan kejadian ini selama di atas kendaraan. Lebih tepatnya merenungi apa yang Tuhan hendak sampaikan dari suatu potret kehidupan, yang dalam hal ini seorang pria dengan koran di tangannya. Saya hanya bisa menerka-nerka maksud Tuhan dan mencoba memetik sekuntum hikmah di balik fenomena tersebut. Sebenarnya apa yang ingin Tuhan ajarkan kepada saya dengan kejadian demikian?

Akhirnya saya berpikiran untuk terus merenungi dan memaknai fenomena yang ditampilkan Tuhan kepada saya, seorang. Dari perenungan dan pemaknaan saya atas kejadian ini, saya menarik kesimpulan bahwa, “ada loh sebagian dari kita di luar sana yang memiliki semangat membaca dan gairah untuk terus belajar. Sekalipun ada keterbatasan yang mengekangnya. Sementara kita, khususnya saya, yang akses dan fasilitas membaca sangat berserakan dan cukup memadai. Mengapa masih saja, bermalas-malasan dan fobia dengan ritual membaca. Atau dengan bahasa yang lebih halusnya, kurang bergairah dalam membaca serta melek berita.”

Baca juga:  Harapanku Saat Melihat Pembangunan Gereja

Bukannya kita berada di titik, di mana akses bacaan untuk pengetahuan dan fasilitas membaca sangatlah cukup berhamburan-berserakan? Tapi mengapa, kita kurang menyadari dan menyukuri hal ini. Adalah PR kita bersama, untuk terus menumbuh-kembangkan sekaligus melestarikan aktivitas membaca. Bahan bacaan sangatlah mewabah. Media membaca pun juga merebah. Akses dan fasilitas membaca juga melimpah ruah. Tinggal kita yang harus terus memotivasi diri sendiri untuk terus membaca, syukur-syukur berkarya.

Lebih-lebih di era digital seperti ini. Seumpama buku-buku sudah banyak sekali buku cetak yang diadaptasi menjadi e-book. Di mana semua orang bisa mengaksesnya melalui telepon pintar. Aplikasi perpustakaan juga sudah banyak tersedia. Berita-berita yang disajikan dalam bentuk online pun juga sangat merebak. Mesin pencarian Google pun juga sangat mendukung dan memadai untuk menambah wawasan dan update informasi.

Pada intinya adalah belajar. Karena hakikat belajar adalah selama hayat masih dikandung badan. Sebagaimana sabda baginda Nabi Muhammad SAW yang berbunyi, “carilah ilmu mulai dari buaian hingga liang lahat.” Semoga senantiasa kita dapat menjaga semangat membaca dan belajar. Semua berawal dari diri kita sendiri. Dengan harapan, generasi-generasi selanjutnya, dalam hal ini anak-cucu juga bisa mencontoh para pendahulunya, yang gemar membaca dan meningkatkan literasinya.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top