Juma’t siang, 10 Juli 2020 Menteri Agama telah melantik Prof. Dr. Phil. Al Makin, S.Ag., M.A sebagai Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta periode 2020-2024. Peristiwa ini menjadi oase baru bagi perguruan tinggi keagaam Islam negeri (PTKIN) tertua di Indonesia. Karena Al Makin termasuk ilmuan produktif yang telah banyak memproduksi ilmu pengetahuan dan salah satu professor penggerak budaya riset di Indonesia.
Al Makin merupakan akademisi asal Bojonegoro yang merupakan jebolan alumni MAPK Jember angkatan ke II (1988-1991). MAPK sendiri merupakan lembaga pendidikan yang digagas oleh Menteri Agama, Munawir Sjadzali sebagai lembaga yang memproduksi “ulama plus” yang dididik secara high-rated discipline. Dan saat ini MAPK telah berhasil mencetak “bibit unggul” yang saat ini menjadi pimpinan tertinggi di UIN Sunan Kalijaga.
Sebagai bagian dari civitas akademik, penulis ketika mendengar nama Al Makin pasti selalu dihubungkan dengan riset dan produksi-produksi ilmu pengetahuan. Ia sosok yang sangat produktif dalam berkarya, baik di Jurnal-Jurnal nasional dan Internasional. Di tengah kesibukannya pun ia masih sempat berkontribusi dalam mengedukasi masyarakat melalui artikel dan opini yang tersebar di berbagai media massa.
Ia merupakan professor di bidang ilmu Filsafat di Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam. Dalam pidato pengukuhan Guru besarnya (08/11/2018), ia menyampaikan orasi ilmiahnya berjudul; Bisakah menjadi Ilmuan di Indonesia? Keilmuan, Birokrasi dan Globalisasi. Al Makin dengan berani menggugat kentalnya tradisi lama, yakni produksi keilmuan di Indonesia yang masih jalan di tempat. Al Makin juga mengkritik terhadap buruknya manajemen birokrasi dan administrasi kampus yang seringkali menghambat kinerja seorang peneliti. Baginya kampus seakan disamakan dengan kantor kecamatan, desa dan pemda, dan seringkali aturan administrasi tersebut sangat membelenggu dan mengalihkan perhatian dosen dari riset dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Membudayakan Riset
Kehadirannya di pucuk civitas akademik UIN Sunan Kalijaga menjadi harapan besar agar munculnya reformasi birokrasi dan terobosan berbasis riset ilmiah bisa menjadi andalan program selama jabatannya. Sebelumnya, ketika masih menjadi ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UIN Sunan Kalijaga, Al Makin telah menggalakkan berbagai program riset baik di tingkat mahasiswa maupun dosen. Bahkan ketika mahasiswa melaksanakan program KKN, diharuskan melakukan riset ilmiah untuk menggali berbagai potensi lokal yang ada di sekitarnya.
“Menjadi ilmuan” merupakan pertanyaan filosofis yang ia wacanakan ketika orasi pengukuhan guru besarnya. Al Makin miris melihat masih minimnya kepedulian terhadap riset di Indonesia, pembelajaran berbasis riset masih menjadi hal yang cukup langka di lingkungan akademis kita. Sebagai seorang Filsuf, ia banyak mempertanyakan berbagai kemungkinan yang bisa dilakukan di Indonesia dalam produksi pengetahuan dengan argumentasi yang bisa dipertanggung jawabkan.
Kita ketahui bahwa kemajuan peradaban manusia disebabkan oleh pesatnya produksi ilmu pengetahuan. Sedangkan kampus menjadi salah satu corong dalam produksi pengetahuan manusia, mulai dari sains, teknologi dan ilmu-ilmu sosial.
Menuju World Class University
UIN Sunan Kalijaga sebagai kampus berbasis budaya memiliki komitmen untuk merawat khazanah keilmuan dan tradisi lokal lama yang baik untuk terus dilanjutkan. Sejak bertransformasi dari IAIN menjadi UIN pada tahun 2004, UIN Sunan Kalijaga memiliki visi integrasi-interkoneksi keilmuan yang saat itu digagas oleh Prof. Amin Abdullah, serta memiliki misi untuk menuju world class university, khususnya dalam bidang ilmu keislaman.
Menjadi universitas kelas dunia merupakan mimpi setiap civitas akademika kampus di Indonesia. Untuk menuju ke sana, kampus harus menguatkan riset dan mengedepankan produksi ilmu pengetahuan. UIN Sunan Kalijaga kedepan harus membuat terobosan dalam program-program akademiknya. Rektor yang sebelumnya, Yudian Wahyudi secara politis-akademis telah menjabat sebagai Presiden Asosiasi Perguruan Tinggi Islam Se-Asia. Untuk itu, sebagai peneliti, idealnya Al Makin kedepan diharapkan semakin menambahkan ghirah keilmuan di UIN Sunan Kalijaga agar lebih produktif dan dikenal dunia.
Apalagi saat ini, kampus telah dikepung dengan berbagai tendensi akademis berbasis riset. Berbagai model kampus hari ini, baik PTKIN maupun PTN harus menguatkan riset-riset keilmuannya dan bisa menembus jurnal internasional terindeks Scopus. Indeksasi Scopus telah menjadi gejala global yang mengakar di ranah perguruan tinggi di Indonesia. Untuk menjadi kampus kelas dunia, riset menjadi senjata andalan utama dalam proyeksi keilmuannya.
Al-Makin sejak di MAPK telah merenungi bagaimana menjadi seorang pembelajar tekun nan serius. Dalam artikelnya, Ustad Muhayyan: Renungan Sistem Pembelajaran (2020), ia telah mengkritik model-model pembelajaran yang ada saat ini. Melalui ustad Muhayyan, ia menggambarkan bagaimana idealnya model pembelajaran diterapkan. Untuk mencetak generasi emas nan produktif, idealnya harus dibarengi dengan maksimalnya peran Negara dalam memfasilitasi pendidikan yang kondusif. Negara memiliki tanggung jawab untuk membiayai pendidikan warganya dan menguatkan dana riset untuk kemajuan negaranya.
Selain itu, suasana pembelajaran yang kondusif dengan dibarengi ustad (guru/dosen) yang peduli terhadap perkembangan anak didiknya juga menjadi kunci untuk mencetak generasi yang produktif kedepannya. Sebagaimana yang telah dialami oleh para alumni MAPK Jember. Mereka telah menjadi “ulama plus” di bidangnya masing-masing.
Akhirnya, selamat mengemban amanah Prof. Al Makin. Selamat mengabdi untuk kemajuan UIN Sunan Kalijaga sebagai kampus terkemuka di bidang ilmu keislaman.