Alumnus Studi ilmu Agama Islam di Pascasarjana UIN Malang. Pernah mengampu mata kuliah Akhlak Tasawuf di Prodi Pendidikan Bahasa Arab, STAI al-Yasini, Kabupaten pasuruan, Jawa timur

Aya Sofya Dijual Kepada Sultan Al-Fatih

Kala menonton film The International (2009), ada cuplikan negosiasi jual beli senjata di lorong bawah tanah Masjid. Tidak diketahui apakah lokasi itu masjid biru (blue Mosque), Masjid Süleymaniye ataukah Hagia sophia (Aya Sofya). Lain halnya dengan film Argo (dibintangi Ben affleck) dan film Inferno (2016). di kedua film itu mengambil adegan di dalam Aya sofya.

Perlu diketahui, masjid-masjid megah di negara Turki ada yang menaranya berjumlah satu buah dan yang lebih dari dua buah. Adakah maksud dibalik itu?

Dalam program “Bukan Jalan-jalan Biasa” TV One (2014), Hesna Haral mengatakan, “Yang lebih dari dua buah dibangun oleh sultan, kalau yang satu menara dibangun orang biasa tapi kaya raya.”

Kembali kepada masjid Aya sofya, Presiden Recep Tayyip Erdogan mengejutkan dunia barat. Ia merubah status Aya sofya dari Museum ke masjid. Entah kenapa keputusan Erdogan ini berbarengan dengan peringatan gagalnya Kudeta 15 Juli 2016. Mungkinkah ada motif terselubung dibalik ini? Hanya Allah Swt dan Erdogan yang tahu.

Keputusan Erdogan membuat hati Paus Franciskus terluka. Dalam sebuah misa di Vatikan, pemimpin Katolik Roma itu hanya berbicara beberapa patah kata tentang perkara ini: “Saya memikirkan Istanbul. Saya memikirkan Santa Sophia dan saya sangat terluka.” katanya sebagaimana dilansir laman BBC (13/7/2020).

Baca juga:  Fakta dan Khayal Tuanku Rao

Hanya saja bulan Juli lalu ada dua kabar beredar di facebook, Line hingga grup whatsapp. Pertama, menyebut orang nasrani telah menjual Aya sofya ke Mehmed II atau yang dikenal Sultan Muhammad al-Fatih. Kedua, Aya sofya dibeli Sultan al-Fatih.
Anehnya penjelasan atau keterangan dijual maupun dibeli al-Fatih ini tidak bisa ditemukan semisal pembaca laman Alif.id mengecek ke laman Britannica, tulisan Gulru Necipoglu yang berjudul “The Life of An Imperial Monument: Hagia sophia after Byzantium” (Cambridge University Press, 1992), hingga tulisan Mark Cartwright dalam laman Ancient History Encyclopedia (23/1/2018), Mark hanya menulis begini: “In the afternoon, Mehmed entered the city himself, called an end to the pillaging and declared that the Hagia Sophia church be immediately converted into a mosque. It was a powerful statement that the city’s role as a bastion of Christianity for twelve centuries was now over.

Dalam catatan sejarah, perubahan status Aya sofya bukan terjadi tahun ini saja. Ozkan hasan, orang Turki yang kini menetap di London menulis dengan rinci tentang hal itu.
* Katedral Byzantium (537–1054)
* Katedral ortodoks Yunani (1054–1204)
* Katedral Katholik roma (1204–1261)
* Katedral ortodoks Yunani (1261–1453)
* Masjid (1453–1931)
* Museum (1935–2020)

Perubahan (konversi) status Aya Sofya dari museum ke masjid patut tak perlu kita bumbui dengan kabar yang tak jelas kebenarannya mengenai dijual atau dibelinya Aya Sofya oleh sultan al-Fatih. Bukankah bolak-balik diingatkan dalam al-Hujurat ayat 6: “Hai orang-orang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

Baca juga:  Kalah Perang, Jepang Menyebarkan Delusi Kemenangan

Wallahu’allam.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top