Sedang Membaca
Usaha Sederhana AIS Nusantara Mengenalkan Keberagaman Lewat #IndonesiaLebihNyantri

Usaha Sederhana AIS Nusantara Mengenalkan Keberagaman Lewat #IndonesiaLebihNyantri

Img 20211030 Wa0006

Lewat apa cinta bisa masuk, kata orang zaman dahulu, melalui mata turun ke hati. Jika ditanya ke anak digital, dari mana datangnya cinta, dari Instagram feed story turun ke jantung hati (baca: tombol love di IG).

Peribahasa ala-ala ini tampaknya cocok dengan usaha sederhana yang dilakukan sekelompok santri ketika berusaha mengenalkan khazanah berbeda tentang dunia santri bagi masyarakat umum—lebih tepatnya masyarakat urban yang mungkin asing dengan segala hal berbau santri maupun pesantren.

Lewat Jaringan AIS Nusantara, akronim dari Arus Informasi Santri Nusantara, yang tersebar di seluruh Indonesia dengan puluhan akun di Instagram mereka membuat sebuah kampanye sederhana dengan tagar #IndonesiaLebihNyantri sebagai upaya sederhana untuk mengenalkan dunia santri, sekaligus mengenalkan keragaman kepada publik digital.

Pemilahan platform Instagram tentu saja bukan hal yang tidak disengaja. Platform Instagram merupakan wahana bebas anak muda untuk kreasi segala hal. Berdasarkan laporan perusahaan riset We Are Social dan Hootsuite, sebanyak 86,6 % penduduk Indonesia yang didominasi anak muda menggunaan platform ini untuk keseharian mereka.

Para santri ini memasuki area ini dengan perhitungan dan juga kejenakaan hingga mudah dikenali.

#IndonesiaLebihNyantri sebagai Gerakan dan Kampanye

Sebagai sebuah gerakan kampanye di digital, kampanye ini cukup berhasil menyita perhatian netizen Instagram untuk melongok apa yang terjadi dalam tagar tersebut. Netizen Instagram melihat pelbagai khazanah santri.

Baca juga:  Sepotong Cerita Taman Kota Surakarta

Khazanah dari serius soal ibadah, tentang keindahan Islam lewat pesantren, hingga soal remeh temeh soal jodoh. Begitu halnya dengan keberagaman yang menjadi bagian dari, dalam bahasa komunikas disebut subliminal message (pesan tersembunyi) dalam beberapa postingan.

Misalnya, ada yang membuat konten terkait relasi mazhab dalam islam, perbedaan NU-Muhammadiyah dan bagaimana cinta NKRI adalah bagian dari sisi manusia Indonesia bernama santri ini.

Anda bisa bayangkan, per hari ini (21 November 2021) sudah lebih dari 92,763 post tercipta lewat tagar #IndonesiaLebihNyantri yang secara organik digerakkan oleh jari-jari mungil gadget milik para santri ini.

Anda bisa bayangkan, lewat post sebegitu banyak, berapa reach (jangkauan) yang diperoleh. Jutaan, puluhan juta? Para social media specialist pun saya yakin akan tergopoh-gopoh melihat ini dan para internet marketer akan menghitung, dengan jangkauan seperti ini pasti akan menghitung berapa ratus juta yang akan dihabiskan untuk iklan.

Faktanya, semua itu tidak dilakukan. Gerakan ini murni dilakukan secara organic oleh akun-akun yang tersar di jaringan AIS Nusantara. Mulai dari akun @alasantri dengan follower 655 ribu, @santrikeren dengan 124 ribu follower dan lain-lain.

Hingga akhirnya, tagar yang dimulai sejak 2018 lalu menjadi milik publik dan menghasilkan banyak sekali post. Sebuah prestasi yang layak dibanggakan.

Baca juga:  Meresapi Segarnya Taitung (3): Jejak Takeshi Kaneshiro di Mr. Brown Avenue

Dalam sebuah kampanye digital, ketika tagar atau kampanye yang anda lemparkan jadi milik publik, maka itu menjadi prestasi besar. Tagar #IndonesiaLebihNyantri adalah salah satu keberhasilan organik sebuah kampanye yang layak ditiru.

Akhlak dan Ilmu sebagai Rahasia Santri dan alat Komunikasi Keberagaman

Anifa Hambali, Koordinator Nasional Jaringan AIS Nusantara menjelaskan soal akhlak dan ilmu sebagai entitas santri dan pesantren menjadi dua hal penting menjangkau publik. Ketika publik dijangkau dengan hal berat dan terkesan ndaki-ndakik, maka tujuan dari sebuah kampanye akan sulit tercapai.

Pendiri akun @santriputrihits dengan follower ratusan ribu itu lantas menjelaskan, tujuan kampanye ini sejatinya cukup sederhana, yakni mengenalkan dua hal tadi kepada publik jagat media sosial tentang dunia santri yang beragam.

“Tujuannya biat indonesia lebih nyantri secara adab intelektualnya juga. Santri punya khas yang menjujung tinggo akhlak dan ilmu,” kepada saya lewat pesan daring, Kamis (19/11).

Akhlak dan ilmu ini adalah alat penting untuk meneguhkan santri dan keberagaman yang mereka miliki. Sebuah usaha untuk meninggikan ilmu sebagai alat untuk mematahkan egoism personal yang terkadang terpenjara lewat pelbagai bendera, warna baju maupun mazhab.

Padahal, sejatinya, lewat ilmu orang akan lebih menghargai orang yang berbeda. Lewat akun-akun santri di jagat Instagram itu pula, ia berharap ketika nanti Indonesia lebih ‘nyantri’ maka akan gampang orang menyebut diri sebagai Indonesia.

Baca juga:  Wisata Kuliner: Mengangkat Keistimewaan Becek

“Harapannya jika seluruh indonesia lebih nyantri. Adab dan ilmu itu akan selalu dijunjung tinggi daripada egoisme personal,” Papar Anifa.

Egoisme personal ini yang kerap menjad penghalang ketika seseorang berhadapan dengan orang yang berbeda. Baik berbeda dengan sesama Islam, berjumpa dengan mazhab berbeda, apalagi berurusan dengan agama yang berbeda.

AIS Nusantara dengan gerakan #IndonesiaLebihNyantri sudah memberikan contoh, bagaimaa sebuah gerakan digital bekerja dan memiliki arti nyata memperkenalkan keberagaman lewat suara sederhana para santri dan khazanah pesantren ke khalayak luas.

 

*Artikel ini adalah hasil kerja sama Alif.ID dan Biro Humas, Data, dan Informasi Kementerian Agama RI

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top