Beberapa bulan yang lalu tayang banyak tulisan dari beberapa media tentang Muhammadiyah dan Salafi-Wahabi. Tulisan-tulisan tersebut ditulis oleh orang-orang Muhammadiyah. Isinya tidak lain adalah kekhawatiran orang-orang Muhammadiyah tentang unsur-unsur Salafi-Wahabi yang ada di dalam tubuh Muhammadiyah. Terutama kehadiran mereka di antara kader-kader Muhammadiyah (untuk yang satu ini di tingkatan ranting sangat terasa).
Belum lama ini, saya mendapat kiriman meme yang dipositng di sebuah akun Instagram dari seorang teman, alumni Mualimin Yogyakarta, yang tentu saja orang Muhammadiyah, tentang perbedaan antara Muhammadiyah dan Salafi-Wahabi. Dalam meme tersebut dipaparkan banyaknya perbedaan antara Muhammadiyah dan Salafi-Wahabi.
Kalau dalam bentuk tulisan berisi kekhawatiran-kekhawatiran. Dalam meme itu, seakan menjawab kekhawatiran-kekhawatiran tersebut dengan menegaskan, “Muhammadiyah itu beda dengan Salafi-Wahabi. Muhammadiyah itu bukan Salafi-Wahabi.”
Baca Tulisan Menarik:
- Menelisik Wahabi (8): Mereka yang Memusihi Tasawuf
- Inilah Buku Terbaru Tentang Wahabi Berbahasa Indonesia
- Menelisik Wahabi (1): Sejarah Singkat Ibnu Abdul Wahab
Sejauh ini gerakan Salafi-Wahabi yang semakin massif memang menjadi sesuatu yang mengkhawatirkan. Salah satunya di antara orang-orang Muhammadiyah. Hal tersebut wajar, pasalnya Salafi-Wahabi yang markas utamanya di Arab Saudi itu begitu sering bertolak belakang dengan budaya-budaya lokal Indonesia. Bahkan dengan tegas menyebutkan bahwa seni itu haram.
Kita bawa lukisan bergambar manusia kepada mereka, pasti akan langsung diserang dengan kalimat, “Awas, besok kamu diakhirat disuruh memberikan nyawa lho !” Kita memperdengarkan musik kepada mereka, meraka akan bilang, “Awas itu alatnya setan untuk menggoda manusia loh!”
Seni sangat berkait erat dengan budaya. Dan manusia (di luar Salafi-Wahabi) menggunakan seni sebagai bagian dari menikmati hidup yang telah dianugerahkan oleh Allah Swt. Bahkan tidak jarang juga seni digunakan sebagai media untuk berdakwah. Baik orang Muhammadiyah atau NU, saya kira setuju dengan hal tersebut. Dan tentu saja dalam hal tersebut, Salafi-Wahabi mengacau kehidupan sosial.
Gerakan Salafi-Wahabi begitu massif karena mereka memang selalu melakukan terobosan-terobosan untuk memperkenalkan gerakan itu kepada khalayak umum. Mereka yang di dalam cermah-ceramah terkesan konservatif, nyatanya tidak. Misalnya mereka merasa mengikuti masa salaf, masa para sahabat dan tabi’in dulu. Padahal tidak sekonsisten itu antara ucapan dan perbuatan. Nyatanya mereka mencampuradukkan segala unsur modernitas dalam dakwahnya.
Saya tidak mengatakan bahwa gerakan hijrah yang gemanya begitu meluas itu adalah bagian dari gerakan Salafi-Wahabi. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa di dalamnya sangat kental unsur Salafi-Wahabinya. Banyak teman-teman saya yang ikut gerakan hijrah tersebut, yang tiba-tiba saja berubah drastis. Yang laki-laki berjubah, bercelana cingkrang dan mulai memelihara jenggot. Yang perempuan, biasanya memulai dengan jilbab besar dan lama-kelamaan bercadar. Orang-orang tersebut kalau bikin postingan Instagram caption-nya sering menyertakan kalimat thayyibah, masyaallah, subhanallah, atau yang lain. Begitu juga kalau ngomong, dikit-dikit masyaallah, subhanallah. Jadinya, agak terkesan agak gimana gitu. Gerakan hijrah tersebut juga mengadakan semacam festival-festival tahunan, untuk semakin memperkuat gemanya, yang paling populer di banyak kota dan selalu menuai sukses adalah Islamic Book Fair.
Dari adanya unsur Salafi-Wahabi pada gerakan hijrah tersebut, tidak mungkin jika tidak ada upaya dari orang-orang Salafi-Wahabi untuk memassifkan gerakannya. Selain memadukan unsur modernitas, seperti membuat festival tahunan, mereka juga gencar bersuara di Internet. Mulai dari website-website, Youtube, media-media sosial dalam bentuk tulisan, video ceramah, dan video-video animasi.
Terkait dengan video animasi saya pernah punya pengalaman. Saya bekerja sebagai guru PAI di sebuah madrasah. Suatu ketika saya akan mengajar di sebuah kelas. Dan saya mencoba mencari video animasi yang akan saya tampilkan di kelas dengan proyektor supaya pembelajaran saya lebih menarik. Materi saya tentang Salat Jum’at. Ketika saya search di Youtube ternyata sebagian besar dibuat oleh orang-orang Salafi-Wahabi, yang dari Muhammadiyah atau NU saya kira malah tidak ada. Terlihat dari kartun orang-orangnya yang berjubah dan bercadar, juga channel youtubenya.
Artinya mereka juga jeli, bahwa di zaman modern ini, video animasi yang dikonsumsi oleh anak-anak pun bisa dijadikan media untuk memberikan doktrin kepada anak-anak. Dan ingat, segala yang terjadi di masa kecil akan membekas di masa dewasa. Saya sampai sekarang masih ingat, dulu ketika SD, setiap jam 06.30 selalu menonton film Let’s and Go, yang bercerita tentang tamiya. Yang sampai sekarang, jika saya punya waktu luang, masih merasa asyik bermain tamiya. Bisa jadi, dari video-video itulah anak-anak akan tertarik dengan gerakan salafi-wahabi walaupun itu baru akan tercapai di masa depan.
Selain video animasi tentang pembelajaran, juga banya saluran-saluran baru dengan video animasi yang begitu kentara bahwa itu dibuat oleh orang-orang salafi-wahabi. Grafiknya bagus. Gambarnya menarik. Dan saya kira, akan membuat anak-anak manapun sangat ingin menontonnya. Mereka berhasil. Karena nyatanya dalam waktu singkat, saluran-saluran itu subscriber-nya sangat banyak.
Dalam hal ini, saya katakan, Muhammadiyah dan NU kecolongan. Karena mereka mulai mendoktrin anak-anak kecil melalui media digital, walaupun secara tidak langsung. Dan Muhammadiyah dan NU masih belum lebih gencar gerakannya di dunia digital dibanding Salafi-Wahabi, dengan berbagai bentuk. Untuk saat ini masih hanya tulisan dan video untuk orang-orang dewasa saja, belum ada yang membuat semacam video-video kartun untuk anak-anak.
Di satu sisi, massifnya gerakan salafi-wahabi yang begitu gencar dengan cara memasukkan unsur modernitas di dalamnya merupakan kritik kepada Muhammadiyah dan NU. Lah wong Salaf-Wahabi yang ngakunya konservatif saja begitu gencar di Internet. Masak Muhammadiyah dan NU yang dinamis dan mayoritas dengan perkembangan zaman kalah dengan Salafi-Wahabi. Katanya Muhammadiyah modern, banyak SDM, kampus keren, kok gaib di Youtube? Katanya NU melimpah konten, santrinya pinter-pinter, beribu pesantren, kok gaib di Youtube?
Di sisi lain, juga semakin membuat kita tahu. Mana yang salafi-wahabi dan mana yang tidak. Sehingga membuat kita bisa lebih berhati-hati. Paling tidak supaya kita bisa hidup biasa – biasa saja, tidak lebay dengan sedikit-sedikit membawa-bawa agama.