Sedang Membaca
Menyaksikan Keajaiban Goa Sunyaragi
Christian Saputro
Penulis Kolom

Nama lengkapnya Christian Heru Cahyo Saputro. Mantan Kontributor indochinatown.com, Penggiat Heritage di Jung Foundation Lampung Heritage dan Pan Sumatera Network (Pansumnet)

Menyaksikan Keajaiban Goa Sunyaragi

Goa Sunyaragi memiliki pesona keindahan alami, dinding-dinding gua dari bebatuan yang timbul, dan bermotifkan mega mendung berwarna hitam keputih-putihan. Di tengah gua terdapat menara pengawas setinggi 15 meter sebagi symbol objek wisata goa Sunyaragi. Menurut sejarah cirebon, menara pengawas itu dilambangkan sebagai ruang pendingin (AC) alam.

Kisahnya pada suatu hari Pangeran Aria Cirebon sedang meditasi atau bertapa, tiba-tiba dia bermimpi untuk membuat goa yang bahan-bahan bangunannya dari bebatuan, kapur dan dicampur dengan putih telur.

Lalu dibuatlah goa yang arsitekturnya diambuil dari Mesir yang model bangunannya ala Spanyol.Setelah selesai ternyata goa itu punya kekuatan luar biasa, yang tak bisa dilihat kasat mata oleh orang awam. Keajaiban ini hanya bisa dilihat oleh orang-orang yang mempunyai hati bersih dan telah bertapa (meditasi) selama empat puluh hari empat puluh malam sambil berpuasa sehingga ilmu kenatinnya bertambah.

Konon, kalau kita berniata melakukan meditasi untuk meningkatkan ketakwaan kepada Ilahi, maka akan mendapat ilmu putih dengan kebaikan yang abadi yang bersemayam dalam jiwanya.

Dinding luar yang tidak rata mengingatkan kita pada sarang lebah (Foto: penulis)

Namun pengalaman yang lebih eksotis lagi, bila seorang Sunan atau Elang dan pangeran melakukan meditasi seperti itu, maka ia kan memperoleh ilmu yang tingkatannya tinggi bahkan jiwa raganya bisa tembus dan melanglang sampai ke Mekah untuk berhaji atau tawaf, juga bisa sampai ke negeri Cina untuk belajar. Inilah hal yng dipercaya bisa dilakukan oleh keturunan Keraton di Zaman wali dulu bila mereka bermeditasi di Goa Sunyaragi.

Di Goa Sunyaragi terdapat sembilan pintu goa yang masing-masing mempunyai nama dan kegunaannya.Pertama, pintu goa Pengawal, yaitu tempat pengawalan tamu masuk goa. Kedua, pintu goa Pandekanasan, sebagai tempat pembuatan senjata tajam seperti tameng, golok, pedang, tombak dan keris.

Baca juga:  Melihat Indonesia dari Kaca Mata Orang Mesir

Ketiga, pintu goa Simanyang sebagai tempat pos penjagaan dan ada podium untuk latihan pidato, juga ada musik gamelan dengan lantunan shalawat, syair-syair nuansa keislaman dalam bahasa Jawa atau kromo inggil (bahasa keraton). 

Saat sebelum memasuki pintu doa keempat, terlihat patung batu Perawan Sunti berdiri, yang konon para gadis tidak boleh menyentuh batu patung tersebut, karena akibatnya tidak bisa dapat jodoh. Ada patung batu gajah kereta sebagai perlamabng persahabatan dari India.

Keempat, Goa Langse sebagai tirai Sultan Cirebon sedang Uzlah, tidak bisa dilihat karena ada air terjun. Kelima, pintu goa Peteng (gelap) sebagai tempat Pangeran Cirebon bisa meneropong 9melihat) keadaan di Gunung Jati (makam walisongo, beliau pengajar dan penyebara agama Islam pertama di Cirebon.

Setelah keluar dari Goa Peteng, kita melihat bangunan Kaputran (kamar hias pria) dan kaputren (kamar hias wanita) dan juga melihar Balai kambang, artinya balai (tempat duduk lesehan) terapung di atas air merupakan penghubung goa kepala dan belaknag perahu. Keenam, pintu goa Arga Jumud, disilah sebagai pusat kekuatan ilmu kebatinan jiwa raga para Sultan, elang, Pangeran yang bisa tembus ke Mekkah dan Ke Cina.

Keunikan goa Arga Jumud adalah di depan pintu goa terdapat meja batu marmer tempat perundingan para Sultan dan Pangeran Cirebon. Dinding goa ini sedikit condong ke kiri, karena pada tahun 1789 pernah di bom tentara Belanda.

Ketujuh, pintu goa Padang Hati sebagai tempat menenangkan hati kalau pangeran Cirebon hantinya sedang gundah gulana. Agar hatinya tenang kembali, ia meditasi tiga hari tiga malam dan puasa dengan hanya minum air putih di goa ini. Keluara dari goa kita melihat patung batu orang duduk yang menempel di dinding.

Baca juga:  Potret Ayam Betutu dalam Khazanah Kuliner Bali

Kedelapan, pintu goa Langgeng Abadi, yaitu; melambangkan orang yang mempunyai jabatan tinggi tapi tidak lupa-lupa pada orang bawah (rakyat kecil). Jadi bila seorang Sultan (pemimpjn) itu bertakwa dan tidak berdusta (jujur), bersih dari KKN, maka langgenglah kedudukannya. 

Di sini juga terdapat patung isteri kedua Sunan Gunungjati yang berasal dari negeri Cina, biasanya banyak dikunjungi orang-orang Tionghoa. Kemudian, yang kesembilan, pintu belakang yang ada di ruang goa Pawon (dapur), sebagai tempat mengambil makanan dan minuman. Di sampingnya terdapat pohon gambir yang di bawahnya terdapat dinding batu yang berlambang kiblat shalat ke luar goa Sunyaragi.

Setiap pintu-pintu goa tersebut besarnya pas sebadan dengan lorong sempit ukuran 9 X 9 meter dan gelap, sehingga bila musuk ke goa harus mengunanakn senter atau lilin dan kepala harus ditundukkan agar kepala kita tak terbetur tembok. Maknanya adalah kita dilatih untuk hormat dan patuh pada orang tua, berbudi pekerti yang baik serta berakhlak yang mulia.

Panggung Budaya Sunyaragi

Petilasan sejarah yang memiliki luas 1,5 Ha dan sangat berharga berdasar bentuk dan komposisi Tamansari Goa Sunyaragi ini merupakan sebuah taman air yang amat indah. Tahun 1852 pada jaman pemerintahan Sulatn Syamsuddin IV, setelah dilanda kerusakan oleh pihak Belanda pada tahun 1787 pada jama Sultan Matangaji Tajul yang memusi Belanda bangunan tersebut mengalami perbaikan.

Kemudian pada tahun 1937 -1938 pernah dipugar oleh Pemerintah Belanda yang pelaksanaannya diserahkan pada Krijgsman—petugas kebudayaan yang tinggal di Semarang. Krijgsman menangani pemugaran memperkuat konstruksi aslinya.

Baca juga:  Al Aminah, Masjid Terapung di Teluk Lampung

Kemudian pada jaman Orde Baru Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala, Direjen Kebudayan memugar Tamansari ini dari tahun 1976 hingga rampung pada tahun 1984. Setelah pemugaran pengunjung Goa Sunyaragi makin meningkat.

Pada perkembangan berikutnya pemerintah Kota Cirebon, Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan dukungan Bapak Ismail Saleh SH, beserta pengurus Yayasan Sunyaragi berhasil membangun Panggung Budaya yang lokasinya berlatar Tamansari Goa Sunyaragi. Adapun tujuan pembangunan Panggung Budaya ini untuk merangsang dan memotivasi agar seni budaya daerah Cirebon dan sekitarnya dapat diangkat ke forum yang lebih luas.

Tujuan lainnya, agar Tamansari Goa Sunyaragi dapat terus terpelihara, berfungsi dan lestari. Jadi, diharapkan  keduanya berjalan saling mendukung untuk mengokohkan eksistensi budaya dan sejarah Cirebon.

Panggung terbuka berlatar Goa Sunyaragi ini dibangun diatas lahan seluas 1 Ha. Panggung pementasan berukuran 13 X 30 meter ini merupakan dengan kapasitas tempat duduk 800 orang ini merupakan Panggung Terbuka pertama di Jawa Barat. Kini, selain situs cagar budayanya, obyek  gua sunyaragi ini juga menambah beberapa wahana. Hal ini bertujuan untuk menarik wisatawan dan mengantisipasi kebosanan bagi yang berkunjung.

 

Harga tiket masuk Gua Sunyaragi

Pengunjung yang ingin memasuki kawasan wisata gua akan dikenakan tiket masuk. Harga tiket masuk tidak terlalu mahal dan berlaku sama untuk setiap hari.

Senin – Minggu Rp10.000

Tiket Wahana Rp10.000 – Rp20.000

Jam Buka Gua Sunyaragi

Jam buka tempat wisata ini memang sama untuk setiap hari. Namun untuk akhir pekan beroprasi lebih panjang sampai pukul 6 sore hari.

Waktu operasional

Senin – Jumat 08.00 – 17.00

Akhir Pekan 08.00 – 18.00

tempat yang aasri di tengah Kota Cirebon yang panas (foto: penulis)
Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top