Sedang Membaca
Iklan, Kamus, dan Tokoh
Bandung Mawardi
Penulis Kolom

Esais. Pegiat literasi di Kuncen Bilik Literasi, Karanganyar, Jawa Tengah

Iklan, Kamus, dan Tokoh

Kamus Linguistik, Horison, Januari 1983

Pada masa 1950-an, terbit majalah-majalah memuat masalah bahasa dan sastra. Beragam tulisan berurusan lingusitik biasa terbit bareng puisi, kritik sastra, atau esai bertema sastra. Di perguruan tinggi, ada jurusan menggunakan nama “bahasa dan sastra”. Konon, dua hal itu mesra. Kita mungkin meragu setelah mengetahui para mahasiswa atau dosen menekuni linguistik kadang tak mau menggubris sastra. Nah, orang-orang tekun sastra mengaku sulit belajar linguistik. Sekian orang malah “membenci” linguistik.

Sejak 1960-an, orang-orang manja sastra membaca majalah Horison. Para pengarang menemukan ketenaran dan penghormatan setelah gubahan sastra dimuat dalam Horison atau mendapat ulasan. Horison menjadi penentu sastra. Horison pun (pernah) berpihak ke linguistik. Kita membaca Horison edisi Januari 1983. Kita membaca iklan, bukan esai.

Iklan buku dari Gramedia. Kaum sastra menerima godaan membeli Kamus Linguistik susunan Harimurti Kridalaksana. “Pertama kali diterbitkan di Indonesia!” Kalimat minta perhatian dan tepuk tangan. Kita mufakat saja. Di Indonesia, studi linguistik sudah berlangsung lama. Perkara telat mungkin penerbitan kamus khusus tentang linguistik. Buku-buku linguistik sudah melimpah di toko buku dan perpustakaan. Buku-buku terjemahan atau garapan orang Indonesia.

Iklan itu terlalu menggoda. Gambar sampul ditampilkan. Pengiklan pun menampilkan halaman daftar isi. Orang-orang dianjurkan mengakui mutu kamus. Mereka jangan membantah bahwa kamus itu penting dan penting.

Baca juga:  Sabilus Salikin (24): Taubat

Dalih pembuatan dan penerbitan kamus: “Perkembangan linguistik pada dua dasawarsa terakhir ini sangat pesat sehingga sering sulit diikuti oleh para peminat, baik yang baru mulai belajar maupun para sarjana yang sudah lama berkecimpun di bidang ini.” Kalimat itu berasal dari keterangan di sampul belakang.

Kamus mutlak diperlukan gara-gara kehadiran istilah-istilah baru. Ratusan istilah sering berasal dari bahasa-bahasa asing. Di Indonesia, istilah-istilah itu wajib dipelajari agar mengerti linguistik. Sulit-sulit ditanggulangi dengan Kamus Linguistik.

Pemuatan iklan Kamus Linguistik dalam majalah Horison itu mengajak kaum sastra belajar serius lingusitik ketimbang mengejek atau membenci. Linguistik terbukti berpengaruh selama abad XX. Kehadiran kamus untuk orang-orang Indonesia anggaplah kebaikan dan keseriusan.

Kita membuka Kamus Linguistik halaman 99: “Linguistik” berarti “ilmu tentang bahasa” dan “penyelidikan bahasa secara ilmiah”. Istilah itu mentereng di Indonesia. Konon, orang pintar linguistik disebut “linguis”. Sebutan tak dicantumkan dalam kamus sebagai entri.

Kamus itu laris. Kamus cetakan pertama, 1982. Setahun berlalu, Kamus Linguistik cetak ulang. Pada abad XXI, Kamus Linguistik cetak ulang dengan penampilan sampul berubah. Orang-orang masih suka belajar linguistik. Mereka mungkin dipengaruhi terbitan seri buku-buku mengenai linguistik dan filsafat. Sekian buku babon diterbitkan dalam terjemahan bahasa Indonesia. Bingung menghadapi istilah-istilah, orang bisa membuka Kamus Linguistik.

Kamus itu disusun Harimurti Kridalaksana. Di Indonesia, ia tokoh penting dalam perkembangan bahasa Indonesia. Ia menjadi pengajar atau dosen dan rajin menulis buku-buku. Kamus Linguistik diakui sebagai buku termoncer. Keahlian dalam linguistik tak cuma diakui di Indonesia. Ia sudah bertaraf internasional. Begitu.

Baca juga:  Sabilus Salikin (2): Tasawuf dalam Konteks Keilmuan

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top